Kala bermain, Ole Gunnar Solskjaer dikenal sebagai super-sub di Manchester United. Sir Alex Ferguson, manajer MU, biasanya memasukkan Solskjaer ke lapangan untuk memecah kebuntuan. Solskjaer nyaris selalu sukses menuntaskan tugasnya.

Hampir semua gol Solskjaer dibuat saat ia masuk sebagai pemain pengganti. Berwajah seperti bayi dengan kemampuan mencetak gol mematikan, membuat pria bertinggi 178 cm tersebut dijuluki “Baby-faced Assassin”.

Old Trafford kembali memanggil Solskjaer untuk memecah kebuntuan sebagai pengganti. Kali ini, sebagai manajer setelah 11 tahun lalu ia meninggalkan stadion MU tersebut, pensiun sebagai pemain. Pada 19 Desember lalu, pria Norwegia tersebut ditunjuk menjadi manajer pengganti sementara sampai akhir musim menggantikan Jose Mourinho.

Rekam Jejak yang Meragukan

Masalahnya, rekam jejak Solskjaer sebagai manajer sangat meragukan. Pendukung MU tidak bisa lagi mengharapkan ia akan memberi efek magis dengan cepat, seperti saat ia masih menjadi striker The Red Devils puluhan tahun silam.

Pada Januari 2014, Solskjaer memulai debut melatih di Liga Utama Inggris dengan menangani Cardiff City. Dari 18 pertandingan, Solskjaer hanya berhasil memenangkan tiga, seri tiga kali dan kalah dalam 12 laga sisa.Hasilnya, Cardiff terdampar di peringkat ke-20, urutan buncit klasemen akhir.

Memang Solskjaer baru diangkat sebagai manajer pengganti Malky Mackay di tengah musim. Namun itu cukup menunjukkan peran Solskjaer sebagai pengganti kali itu berakhir gagal.  Solskajer pun gagal mengangkat performa tim saat diberi kesempatan bertarung di Championship Division.

Total rasio kemenangan Solskjaer di Cardiff cuma 30%. Vincent Tan memuji karakter jujur dan semangat kerja keras Solskjaer. Sayangnya, hasil laga yang tidak berpihak pada Solskjaer. Vincent Tan adalah pemilik Cardiff City saat itu.

Dukungan tidak maksimal dari klub dan suporter menyulitkan Soskjaer saat itu. Kondisi makin parah saat para pemain yang baru datang tidak bermain cemerlang. Padahal pemain itu datang atas permintaan Solskjaer. Setidaknya, itulah faktor penyebab kegagalan Solskjaer kala itu menurut Craig Bellamy, mantan pemainnya di Cardiff.

Ketidaksiapan menjadi penyebab kegagalan saat menangani Cardiff City, begitu pengakuan Solskjaer. Pria kelahiran 26 Februari 1973 tersebut mengaku telah belajar dari kegagalannya saat melatih Cardiff City.

Sekalipun demikian, Solskjaer belum memiliki prestasi terbaru yang meyakinkan untuk melatih MU. Sejak Cardiff, Solskjaer belum pernah melatih tim divisi utama di liga besar seperti Inggris, Spanyol, Jerman atau Italia.

Solskjaer pun belum lagi mempersembahkan piala untuk Molde, klub yang kembali ia tangani sejak meninggalkan Cardiff.  Gelar terakhir yang diberikan Solskjaer untuk Molde terjadi lima tahun silam. Rasional bila para pendukung skeptis pada kapabilitasnya menyelesaikan krisis di MU pada sisa musim ini. 

Jejak Fergie dalam Diri Solskjaer

Pengaruh Sir Alex Ferguson dalam karir Solskjaer tak terbantahkan lagi. Selama sebelas tahun Solskjaer berada di bawah asuhan Fergie sebagai pemain. Sejak ia ditransfer MU dari Molde pada tahun 1996 hingga ia pensiun pada tahun 2007.

Pasca gantung sepatu pun, Solskjaer masih berada di lingkungan Manchester United pada masa Alex Ferguson. Solskjaer melatih tim cadangan Manchester United. Sepanjang 2008 hingga 2010, setidaknya ia telah memenangkan Liga Utama Inggris Cadangan, Liga Utama Inggris Utara Cadangan, Piala Lanchashire Senior dan Piala Manchester Senior.

Pada percobaan pertama sebagai manajer tim senior di Liga Norwegia, Solskjaer relatif sukses. Sejak musim 2011 hingga musim 2012, ia mempersembahkan Tippeligaen, gelar liga Norwegia. Sedangkan pada musim 2013, ia memenangkan Piala Sepakbola Norwegia. Semua dicapainya bersama Molde FK.

Pengaruh Ferguson dalam cara Solskjaer menangani tim, setidaknya, terlihat dalam dua hal, yakni metode membangun tim dan metode komunikasi. Pertama, dalam membangun tim, Solskjaer menekankan soliditas, kreativitas dan imajinasi. Ia terinspirasi dari Fergie.

Kedua, metode komunikasi Solskjaer. Wajahnya memang imut-imut. Namun Solskjaer tidak segan menegakkan aturan. Dia tahu betul apa yang diinginkan. Solskjaer juga punya temperamen yang mirip dengan Fergie. 

Dalam sesi wawancara saat perkenalan sebagai manajer baru, Solskjaer mengindikasikan akan menerapkan hairdryer treatment kembali. Hairdryer treatment terkenal sebagai metode yang digunakan Fergie untuk mengobarkan gairah bertanding tim untuk menang.

Hairdryer treatment adalah metode membangkitkan semangat pemain dengan menggunakan nada bicara tinggi. Ferguson hanya mengungkap ekspektasi memenangkan pertandingan setelah berlatih selama seminggu secara jujur.

Solskjaer sendiri punya dua sisi kepribadian. Ia bisa menjadi sosok yang bersahabat, selalu tersenyum, mudah bercanda dan pandai membuat semua orang nyaman di dekatnya. Namun, ia bisa menjadi tegas  ketika timnya bermain buruk serta lugas menjelaskan keputusan.  

Secara taktik, Solskjaer menekankan gaya mengoper lalu cekatan bergerak. Setidaknya begitulah deskripsi karakter dan taktik Solskjaer menurut Mattias Mostrom. Gelandang asal Swedia tersebut adalah anak asuh Solskjaer selama di Molde.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Bermodal rekam jejak kurang meyakinkan dan metode melatih yang terinspirasi dari Alex Ferguson, apa yang bisa dilakukan Solskjaer sebagai manajer sementara MU hingga akhir musim nanti? Setidaknya ada dua hal yang bisa dieksekusi langsung dalam waktu singkat.

Pertama, mengangkat moral tim. Jose Mourinho terlalu sering bertikai secara terbuka dengan para pemain. Friksi dengan Luke Shaw, Paul Pogba dan Antony Martial, sebagai contoh. Akibatnya, modal pemain MU menjadi ambruk. Rangkaian hasil buruk yang menjadi premis pemecatan Mou menjadi buktinya.

Saat wawancara pertama sebagai manajer caretaker, Solskjaer menyatakan kenikmatannya berbicara dan berhubungan dengan manusia. Ia juga ingin orang yang ditemuinya mengekspresikan diri. Gaya manajemen Solskjaer menekankan pada optimalisasi potensi terbaik setiap orang, berbicara dengan pemain, staf dan semua orang.

Sebelum laga melawan Cardiff City (23/12), Solskjaer mengatakan tidak boleh ada satu pemain pun yang lebih malas dari pemain tim lawan. Siapapun lawannya. Anak asuhnya harus lebih banyak berlari dari pemain lawan. Kemudian, teknik individu pemain akan memberikan kemenangan.

Kalimat motivasi tersebut terbukti manjur. MU menang 5-1 di kandang Cardiff City, Sebuah skor yang belum pernah diraih lagi oleh MU dari zaman David Moyes, Louis Van Gaal sampai Jose Mourinho.  Terakhir kali MU mencetak lima gol dalam satu pertandingan terjadi saat di bawah kepemimpinan Alex Ferguson, Mei 2013, kala melawan West Bromwich Albion.  

Paul Poga dan Antony Martial bermain cemerlang dalam pertandingan itu. Kedua pemain asal Prancis dulu tersebut terlibat perseteruan dengan Jose Mourinho. Pogba terlibat dalam tiga dari lima gol MU. Pogba memberi umpan-umpan pada Herrera dan Lingard yang langsung menghasilkan gol.

Gaya bermain cerdik, gesit dan cepat mengoper bola memang cocok untuk Martial. Mantan pemain AS Monaco ini mencetak gol ketiga MU dengan indah. Ia memainkan kombinasi umpan-umpan pendek bersama Pogba dan Lingard sebelum menceploskan bola. 

Kedua, membangkitkan insting Lukaku mencetak gol. Romelu Lukaku mengalami paceklik gol hebat musim ini. Hingga gol saat melawan Southampton (2/12), penyerang Belgia itu menderita 12 pertandingan tanpa gol.  Musim ini, ia baru mencetak enam gol di Liga Inggris dari 16 kali bermain.

Solskjaer bisa menjadi solusi bagi masalah Lukaku Solskjaer dulu bermain sebagai penyerang. Posisi yang sama dengan Lukaku. Solskjaer dapat memberi tips penempatan posisi dan mencari celah dalam kotak penalty lawan pada Lukaku. Selain memberi semangat lewat kata-kata.

Dengan dorongan motivasi Solskjaer dan tips teknis mencetak gol sebagai striker andal, bukan tidak mungkin Lukaku dapat menembak lebih dari 20 gol hingga akhir musim nanti. Toh, Lukaku sebenarnya striker berbakat.

Target Apa yang Bisa Dicapai?

Berdasarkan hasil pertandingan melawan Cardiff City, Solskjaer tampak berhasil membangkitkan semangat para pemain MU. Mereka bermain menyerang cepat dan dominan. Para pemain yang bermasalah di bawah Jose Mourinho, seperti Pogba dan Martial, kemarin bermain gemilang.

Wayne Rooney mengungkapkan atmosfer positif MU sejak kedatangan Solskjaer. Mantan striker MU tersebut masih berkomunikasi dengan orang-orang di MU. Ia menyatakan para staf dan pemain MU kini lebih bersemangat dan senang sejak kedatangan Solskjaer dan Mike Phelan.

Namun pendukung MU tak dapat berharap terlalu banyak pada Solskjaer. Manajer Liga Utama Inggris banyak yang lebih hebat. Guardiola, Pellegrini, Ranieri Klopp dan Emery pernah menjuarai Liga Inggris, Jerman dan Prancis.

Pep Guardiola punya system tiki-taka. Jurgen Klopp terkenal dengan gaya Gegenpressing. Sedangkan Maurizio Sarri dikenal sebagai perancang Sarrismo. Manajer-manajer kompetitor Solskjaer adalah manajer juara dan ahli taktik yang mumpuni.

Setidaknya ada dua target yang bisa diraih Solskjaer hingga akhir musim. Pertama, menciptakan atmosfer positif di lingkungan MU. Solskjaer punya gaya manajemen yang bisa membangkitkan semangat pemain dan gairah para staf MU yang sempat hancur selama masa akhir kepemimpinan Mourinho.

Kedua, target klasemen dan piala.  Mencapai empat besar Liga Inggris dan meraih salah satu piala dari Liga Champions, Piala FA dan Piala Liga menjadi sasaran realistis MU musim ini. Apalagi bila Solskjaer bisa memimpin MU menempati empat besar klasemen ditambah dua sampai tiga piala. Perpanjangan kontrak menjadi manajer tetap musim depan akan berada di depan mata.

Kedatangan Solskjaer bersama Mike Phelan tentu membangkitkan romantisme kejayaan MU di bawah Alex Ferguson. Mike Phelan yang dulu menjadi asisten Fergie, kini mendampingi Solskjaer sebagai pelatih tim utama.

Namun harap diingat, era Ferguson telah selesai. Di akhir masa kepemimpinannya pun, dominasi Fergie di Liga Inggris sudah memudar. MU membutuhkan manajer dengan kecerdikan taktis termutakhir dan kemampuan membangkitkan semangat pemain. Kembali ke zaman Fergie, bukanlah solusi. Jadi pendukung MU janganlah terlalu berharap pada Ferguson.

Sumber:

www.fourfourtwo.com

www.skysports.com

www.manchestereveningnews.co.uk

www.theguardian.com