Katanya berjiwa muda,

namun semangat kalah dengan yang lanjut usia.

Katanya mau membawa perubahan,

namun disuruh berjuang sudah banyak keluhan


Wahai para pemuda...

Katanya mau hidup kaya.

Katanya mau hidup bahagia.

Namun, kerjakannya mengkhayal saja.


Disuruh baca buku,

malah mengaku sudah berilmu.

Dikira mempunyai ilmu tinggi,

namun ternyata ilmu mengibuli.


Jiwa muda tak lagi berkobar.

Jiwa pengecut mulai terbongkar.

Ada apa?

Kenapa banyak pemuda yang hidupnya sia-sia.


Para pemuda tampan,

bangga dengan segala bualan

Para wanita cantik,

bangga pergi ke diskotik.


Pemuda dengan gaya mewah,

rumah yang megah,

harta yang melimpah ruah.

Namun, hidupnya penuh gelisah.


Wahai para pemuda...

Katanya mengaku putra bangsa.

Namun, bungkam ketika ditanya perihal Pancasila,

apalagi tentang Bhineka Tunggal Ika.


Wahai para pemuda...

Katanya kau tempat menaruh harapan,

tempat menggantung segala impian.

Namun, bila ditanya hanya ada jawaban yang berserakan.


Katanya siap dengan masalah yang pelik.

Ketika ditengok malah terlihat tercekik.

Katanya akan memberi ketenangan.

Ternyata hanya omong kosong yang dikoar-koarkan.


Wahai para pemudaku...

Tunjukkan segala wibawamu.

Jangan takut, jangan gugup.

Yakinlah bahwa kau sanggup.


Jangan jadi pemuda yang pandai berdusta,

jadilah pemuda dengan kehormatan yang luar biasa.

Jangan jadi pemuda yang tak tahu diri,

jadilah pemuda yang tegas dan berani.


Katanya punya semangat yang bergelora.

Tapi, malah cambuk yang mendera.

Mencoba gembira.

Namun, yang datang derita.


Kau ini bagaimana?

Punya otot yang perkasa.

Dada yang membusung bangga.

Tapi kenapa? Hanya dibuat pajangan saja.


Jangan jadi pemuda yang gampang galau,

Sedikit-sedikit bilang risau.

Katanya sudah banyak motivasi,

Kok dilihat-lihat belum ada aksi.


Jangan jadi pemuda yang hanya menanti,

Namun perjuangan tak mengikuti.

Seakan ingin melangitkan lintang,

Padahal sudah punah yang melintang.


Disetiap kerusuhan.

Disetiap keresahan.

Disetiap permusuhan.

Kenapa namamu masih mengisi kehadiran?


Ini bukan leluconkan?

Pemuda yang digadang-gadang untuk dibanggakan,

Kenapa pulang membawa kenistaan?

Seakan harapan dan impian diledakkan.


Ayo sadar...

Buat apimu berkobar.

Buatlah musuhmu gentar.

Dengan aura kemenangan yang terpancar.


Pemuda penuh semangat.

Pemuda penuh tekad.

Pemuda penuh keyakinan,

akan mengambil segala kemungkinan.


Bangkit...

Pikiran  jangan diperumit.

Kehidupan sudah pahit,

Mari ukir sejarah yang lebih menarik.


Jangan jadi pemuda yang lemah.

Dibentak, semangat langsung patah.

Jangan jadi pemuda yang ceriwis,

Ketika disuruh bicara malah jadi apatis.


Jangan jadi pemuda yang selalu berkata terserah.

Ditegur, malah meluapkan amarah.

Sadarlah...

Perbuatan itu amat salah.


Katanya mengaku pemuda yang gagah,

tapi kelakuan seperti bocah.

Katanya pintar bergaul dengan manusia,

namun sangat bodoh menjalin hubungan dengan yang Kuasa.


Katanya mau hidup bebas.

Disuruh menebas, malah seperti pohon yang meranggas.

Katanya mau kehidupan yang dapat dinikmati.

Eh... Malah sibuk berteori.


Teori yang membodohi.

Teori yang tak dapat direnungi.

Teori yang tak disadari,

menumbuhkan cela di dirinya sendiri.


Katanya mau berzikir,

ternyata sama sekali tidak ada hal yang dipikir.

Sibuk berhalusinasi.

Yang muncul hanya ilusi.


Katanya mau jadi pemuda yang mengikat,

ditanya malah ucapannya tercekat.

Katanya mau jadi pemuda yang merdeka,

ditanya malah jawab dengan senyum saja.


Katanya mau menembus cakrawala,

disuruh gerak malah diam saja.

Ingin menjadi cahaya.

Namun, hanya angan semata.


Pemuda yang terlahir.

Merasa yang paling mahir,

dalam hal berbicara,

dalam hal merangkai kata yang mengembara.


Jangan jadi pemuda yang menutup mata dengan tenang,

segala penghinaan kau terima dengan lapang.

Kau itu bisa terbang.

Bahkan, untuk melayang di awang-awang.


Jangan mudah terpengaruh oleh pembodohan,

pembodohan yang disamarkan oleh nama kepandaian.

Bukan... Bukan hanya tentang ilmu.

Namun juga mengenai adab dan perilaku.


Melihat para pemuda.

Seolah membuat pohon dan ang saling bertanya-tanya. 

Ada apa dengan mereka?

Semangat luntur karena hal yang sia-sia.


Wahai para pemuda...

Katanya mau bangkit.

Malah sakit tidur di ranjang rumah sakit,

dengan selang yang melilit.


Kau ini kenapa?

Lantang meneriakkan nama,

bahwa akulah sang pemuda bangsa.

Namun sayang, teriakkanmu tak menggema.


Ayolah...

Jangan lemah.

Buatlah musuh marah.

Dengan semangat yang meriah.


Jangan jadi pemuda yang pengecut,

disuruh mengangkat senjata bilang takut.

Jangan jadi pemuda yang pesimis,

dikritik langsung menangis.


Wahai para pemuda...

Kita ini penerus bangsa.

Jadilah pemuda yang berguna,

dengan membawa perubahan pada semesta.


Wahai para pemuda...

Kita ini penguat bangsa.

Jangan jadi pemuda yang rapuh,

agar martabat tidak jatuh.


Ucapan demi ucapan.

Tamparan demi tamparan.

Semakin kesini semakin tajam

Bagaikan batu yang siap merajam.


Bukan...

Kritikan ini bukan hinaan,

kritikan ini sebuah cambukkan.

Agar kita pantas menjadi pemuda yang mengharumkan.

Mungkin sudah waktunya berhenti,

Mencari kebahagiaan lewat mimpi disiang hari,

mencari kesenangan lewat halusinasi,

Mari kita perjuangkan kehidupan dengan aksi.