Namaku Tarno. Wajahku biasa-biasa saja.Aku asli orang Tegal, Pekerjaanku hanya kuli bangunan, tetapi aku memiliki tiga istri semuanya cantik. Bagiku ketiga istriku adalah hadiah dari Tuhan semuanya menerimaku dan menyayangiku.
Dulu, aku banyak ditaksir para gadis dan janda. Saat, waktu aku masih bujang. Aku tidak memiliki ajian jaran goyang atau apapun untuk memelet dengan aji-aji apa pun para gadis atau janda, tetapi mereka yang datang kepadaku.
Kata mereka, "bukankah tertawa membuat jatuh cinta," aku memang selalu membuat mereka tertawa jika sedang bersama.
Aku pun langsung tersenyum mendengar mereka berkata seperti itu. Seolah- olah tubuhku melayang- layang, agar mereka tidak kecewa akhirnya aku menikahi tiga sekaligus perempuan. Mereka pun semuanya mau dimadu.
“Bagai rezeki nomplok,” kata batinku.
Setelah pernikahan pun mereka semuanya akur tanpa keributan. Aku juga tidak terlalu bekerja keras, semua istriku yang bekerja keras. Anehnya lagi semuanya tidak pernah protes padaku.
Istri pertamaku seorang janda beranak lima, Dia bekerja sebagai bakul tempe di pasar. Dagangannya selalu laris manis seperti wajahnya. Penghasilannya pun lebih besar daripad aku.
Istri keduaku keturunan jepang matanya yang sipit dan kulitnya putih mulus membuat yang memandangnya terpesona. menurut ceritanya pada zaman penjajahan neneknya tertinggal di Indonesia, karena lupa pulang besok ke Jepang.
Akhirnya nenek istri ke duaku menikah dengan orang Indonesia. Mata istri keduaku sangat sipit,layaknya orang jepang. Pekerjaannya jadi tukang rias di salon milik tetanggaku.
Istri ke tigaku berasal dari Bandung. Sudah pasti gelis-gelis pisan, putih dan memesona. Pekerjaannya jadi baby sister di kampung halamanku Tegal. Aku bertemu ia pada saat aku harus membetulkan rumah majikakanku. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama karena menurutku iya benar-benar keibuan. Anehnya lagi, Dia akan dikawin oleh majikannya tetapi Dia tidak mau, padahal majikannya, sawahnya berhektar-hektar. Betapa Ia perempuan yang tak memandang harta
Ketiga istriku semuanya rukun, tidak ada yang bertengkar membuat rumah adem ayem. Pernah suatu Ketika aKu sedang sakit badanku lemas semua . Mereka bekerja sama agar aku cepat sembuh.
Aku merasa hidupku, Indah sekali sepert bak raja dikelilingi perempuan-perempuan cantik. . Ya, itulah yang membuat tetanggaku iri terhadapku memiliki istri yang selalu nurut.
Mereka pun mulai menawarkan segala pengobatan kepadaku
Kata, istri pertama: " Kang, aku pijetin ya , biar tidak sakit lagi."
Kata, Istri kedua : "Kang, Aku buatin wedang jahe biar kuat lagi."
Kata, Istri ke tiga : "Kang, Aku buatin bubur biar cepat sembuh."
Begitulah, kelakuan istri-istriku mereka rukun-rukun saja jika di rumah. tidak pernah ribut sedikitpun. Itulah, yang membuat para tetanggaku menganggap orang yang beruntung karena punya istri tiga yang pandai mencari uang.Secara halusnya bagi orang kere sepertiku apalagi tak tampan bisa memiliki istri tiga, cantil-cantik semua pula.
Masalah asmara, tidak menjadikan aku rumit. Sesuatu hal yang membuatku rumit adalah ke sepuluh anakku yang ekstrim-ekstrim. AKu memiliki sepuluh anak, 5 dari istri pertamaku, 3 dari istri ke duaku,2 dari istri ketigaku.
Mereka selalu ribut-ribut di rumah. mereka berebut mainan atau televisi. Televisiku sudah gonta-ganti sampai 10 kali seperti jumlah Anakku.Terutama anak sulungku yang hobinya selalu ribut dengan anak sebelah, bertengkar dengan anak tetanggaku.
Suatu hari hanya masalah kelereng anak sulungku dan anak tetanggaku bertengkar. Akhirnya, ketiga istriku pun ikut bertengkar dengan tetanggaku. Ketika mereka bertengkar seluruh perabotan dapur keluar semua, seperti panci, susuk, wajan , sendok, dan piring.
Peralatan itu digunakan bukan untuk saling melempar. Tetapi dibunyikan secara bersama-sama seperti layaknya orkestra yang sedang ditanggap oleh sekampung halaman.
Tak heran, Jika para warga hampir seluruhnya mendatangi rumahku. Sungguh kelakuan mereka para istri membuat suami kebinguangan bukan kepayang. Pertengakaran mereka sangat sengit, sampai-sampai mereka harus di bawa Pak RT ke kelurahan, menandatangani sebuah kontrak perjanjian akan hidup damai sesama tetangga.
Kejadian itu terulang lagi di sebuah pasar di tengah Kabupaten Tegal. Sesampainya, di sana bukan untuk belanja malahan mereka ribut besar. Gara-gara memilih baju lebaran yang sama tinggal satu.
Entahlah selera ketiga istriku sama dengan tetanggaku, akhirnya satpam pasar pun datang untung melerai mereka . mereka di bawa ke pos satpam untuk di damaikan. Satpam pun mulai kebingungan bukannya malah damai , malah tambah ribut tidak ada yang mau mengalah sehingga satpam pun menelpon para sang suami untuk melerai.
Akhirnya ,Aku pun datang ke pasar dengan si suami tetanggaku. Bukannya , bertambah akur, Aku malah jadi ribut besar dengan suami tetanggaku. Hal ini dikarenakan istri tetanggaku memujiku di depan para suaminya.
Akhirnya , istri-istriku bertambah marah besar .
“Kalian harusnya bersyukur punya suami kaya Tarno, sayangnya dapat istri- istri seperti kalian” Kata istri tetanggaku.”
“Memangnya kamu tak bersyukur dapat seperti suamiku, balas suami tetanggaku itu.”Menjawab pertanyaan istrinya.
Istri tetanggaku pun diam membisu tak menjawab apapun
Ketiga istriku pun langsung berkata dengan nada marah agar tidak terlalu mengurus suaminya.
“ Tidak usah memuji-muji suamiku,” kata ketiga istriku.
Satpam pasar pun menelpon polisi sekitar. Serentak , kami pun langsung diam dan meminta maaf agar tidak dibawa ke kantor polisi.
“ Maafkan kami Pak,” serentak kata kami.
“ Ya sudah kalian pulang dan bawa istri kalian agar tidak membuat gaduh,” kata satpam tersebut.
“Aku mau ikut Tarno saja.,“ kata istri tetangga ku.
Satpam pun mengatakan agar ia tidak aneh-aneh lagi membuat perkara .
“Jangan aneh-aneh di pasar.”
Istri tetangga pun mau mengikuti kata satpam tersebut agar tidak membuat kegaduhan. Dengan muka prengat-prengut sambil berkata,“ wes angel-angel," maksud dari bahasa Indonesianya adalah sudah terlalu susah.
Akhirnya , Aku pun membawa ketiga istriku pulang. Dalam perjalanan pulang ke rumah aku berpikir mengapa sampai istri tetanggaku berkata seperti itu.
Sesampaiku di rumaku memikirkan kejadian di pasar, “Apakah ia memiliki perasaan terhadapku sehingga selalu membuat masalah terhadap ketiga istriku , maklum saja aku memiliki talenta.”
Kemudian , aku mengingat beberapa hal yang janggal terhadap istri tetanggaku itu. Kenapa ia selalu menatapiku. Setiap aku akan bekerja.
Sontak aku sebagai tetangga yang baik , langsung menyapanya. Bukan berarti aku punya hati dengannya. Tetapi Aku ingin menjaga perdamain rukun tetangga.
“Bukankah itu setiap peraturan di lingkungan RT setiap rumah menjaga perdamain”
Aku berpikir setelah kejadian ini. Aku harus berhati-hati dalam berucap dengan lawan jenis agar tidak disangka kegatelan. Bagiku ketiga istriku sudah sangat cukup menemaniku di hari tua. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan yang dimiliki."