Islam memiliki sejarah panjang dan kaya dalam perkembangan sains modern, salah satu bidang keterlibatannya yang sangat jelas adalah di bidang astronomi. Umat Islam sejak lama telah tertarik dengan pergerakan benda langit, dan hal ini menyebabkan berkembangnya disiplin hisab-rukyat dalam tradisi Islam yang berkaitan dengan pengamatan bulan sabit baru dan penentuan awal bulan Islam. Ini sekaligus menjadi salah satu indikator bahwa Islam adalah agama yang visoner dan memiliki visi yang jelas dalam mengatur kehidupan manusia.

Amalan hisab-rukyat didasarkan pada penanggalan Islam, yaitu penanggalan bulan yang terdiri dari 12 bulan. Awal setiap bulan ditentukan oleh penampakan bulan baru, dan ini membutuhkan pengamatan dan perhitungan yang cermat untuk memastikan keakuratannya. Ulama Islam telah mengembangkan sejumlah metode dan alat untuk membantu proses ini, termasuk penggunaan tabel dan instrumen astronomi.

Salah satu perdebatan kunci dalam bidang hisab-rukyat adalah boleh atau tidaknya menggunakan metode ilmiah modern, seperti perhitungan astronomis untuk menentukan awal bulan Islam. 

Perdebatan ini kemudian digunakan oleh dua ormas islam terbesar di Indonesia. Salah satunya berpendapat bahwa ini adalah penyimpangan dari metode tradisional, yang mengandalkan pengamatan langsung terhadap bulan sabit baru. Yang lain berpendapat bahwa penggunaan teknologi diperlukan untuk memastikan akurasi dan konsistensi dalam menentukan awal bulan Islam.

Keduanya sama-sama memiliki dasar argumentasinya masing-masing. Praktik hisab-rukyat hingga saat ini tetap menjadi bagian penting dari tradisi Islam yang terus dipelajari dan dipraktikkan oleh para ulama pun orang awam. Ini adalah bukti keterlibatan Islam dalam dunia sains terutama di bidang astronomi, dan pengingat akan kekayaan sejarah intelektual dunia Islam.

Titik temu antara Islam dan sains telah menjadi topik diskusi selama bertahun-tahun. Salah satu isu yang banyak diperdebatkan adalah fenomena hisab dan rukyat hilal, atau perhitungan dan pengamatan bulan sabit untuk menentukan awal bulan penanggalan Islam. Praktik ini telah digunakan oleh umat Islam selama berabad-abad untuk menandai peristiwa penting seperti Ramadhan dan Idul Fitri.

Proses hisab melibatkan perhitungan posisi bulan menggunakan rumus matematika, sedangkan rukyat melibatkan pengamatan langsung terhadap bulan sabit. Kedua metode ini diakui oleh para ulama Islam, namun hingga kini masih ada perdebatan mengenai metode mana yang lebih akurat dan tepat untuk menentukan awal bulan lunar.

Sains Modern di Bidang Astronomi

Dalam beberapa dekade terakhir, astronomi  (bidang ilmu yang mempelajari tentang benda-benda langit di luar angkasa, seperti bintang, planet, galaksi, dan fenomena alam semesta lainnya) menjadi bidang ilmu yang mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Salah satu kemajuan terbesar dalam teknologi astronomi adalah penggunaan teleskop, yang fungsinya setiap waktu terus dilakukan optimalisasi hingga sampai pada teleskop saat ini yang telah dilengkapi dengan berbagai macam teknologi canggih seperti kamera dan instrumen spektroskopi yang memungkinkan para astronom untuk memperoleh informasi lebih detail tentang objek di luar angkasa. Beberapa di antaranya seperti teleskop optik, radio teleskop, dan teleskop sinar-X, dll.

Selain perkembangan teleskop, teknologi komputer juga memainkan peran penting dalam perkembangan astronomi. Dengan menggunakan komputer, para astronom dapat mengolah data yang dihasilkan oleh teleskop dengan lebih efisien dan akurat. Pemodelan dan simulasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer untuk memahami fenomena alam semesta yang kompleks.

Kemudian saat ini satelit juga dilibatkan dan digunakan dalam astronomi modern. Seperti yang diketahui, satelit dapat memberikan data dan gambar yang lebih jelas dan akurat tentang objek di luar angkasa. Beberapa misi satelit yang terkenal antara lain seperti Hubble Space Telescope, Chandra X-ray Observatory, dan Spitzer Space Telescope, dll.

Penggunaan teleskop, komputer, dan satelit telah memungkinkan para astronom untuk mengamati dan memahami fenomena alam semesta dengan lebih efisien dan akurat. Teknologi ini akan terus berkembang dan membuka lebih banyak peluang untuk mengeksplorasi alam semesta yang luar biasa ini.

Hisab-Rukyat dan Sains Modern

Dalam beberapa tahun terakhir, perdebatan tentang hisab-rukyat telah mengambil dimensi baru dengan kemajuan teknologi. Beberapa berpendapat bahwa alat-alat teknologi seperti teleskop dan algoritma komputer harus digunakan bersama dengan metode tradisional untuk memastikan akurasi yang lebih besar dalam perhitungan dan pengamatan bulan sabit.

Namun, ini menimbulkan pertanyaan tentang peran sains dalam praktik Islam. Beberapa orang berpendapat bahwa terlalu mengandalkan metode ilmiah merusak signifikansi spiritual dan mengurangi aspek tradisi dan komunitas dari praktik tersebut. Yang lain berpendapat bahwa memasukkan sains ke dalam praktik keagamaan adalah perkembangan alami dan dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi kita terhadap alam semesta dan tempat kita di dalamnya.

Fenomena hisab-rukyat adalah contoh menarik dari persilangan antara Islam dan sains. Perdebatan yang sedang berlangsung tentang metode yang paling akurat dan tepat untuk menentukan awal bulan menyoroti hubungan kompleks antara ‘tradisi dan kemajuan zaman’; antara  ‘iman dan akal’. Penting untuk melanjutkan diskusi ini dengan sikap hormat dan berpikiran terbuka, mengakui nilai dan pentingnya sains dan agama dalam kehidupan kita.

Seperti yang sudah di jelaskan di atas, perbedaan utama antara hisab dan rukyat sebetulnya hanya terletak pada metode atau instrument yang digunakan dalam menentukan awal bulan dalam kalender hijriah. Di mana hisab adalah metode matematika yang memprediksi kedatangan bulan baru berdasarkan perhitungan astronomi, sedangkan rukyat adalah metode pengamatan langsung bulan baru dengan mata telanjang.

Dalam hisab, perhitungan matematika dilakukan untuk memprediksi kedatangan bulan baru berdasarkan posisi dan gerakan bulan serta matahari. Hasil perhitungan kemudian digunakan untuk menentukan awal bulan hijriah. Sementara hisab merupakan metode yang lebih mudah dilakukan dan dapat diprediksi jauh-jauh hari sebelum kedatangan bulan baru dengan menggunakan instrument simulasi komputer dengan melibatkan teknologi modern yang hasilnya bahkan bisa mengetahui garis edar dan tata letak astronomi puluhan bahkan ratusan tahun yang akan datang.

Sementara rukyat menggunakan metode tradisional di mana bulan baru diumumkan setelah pengamatan langsung oleh ahli hisab dan atau oleh umat Islam yang terlatih. Pengamatan ini dilakukan dengan mata telanjang namun membutuhkan kondisi cuaca yang baik serta posisi bulan dan matahari yang tepat untuk dilakukan.

Islam Agama yang Menghargai Akal

Dengan melihat dasar argumentasi dari kedua metode di atas dan mengingat perkembangan dunia astronomi modern yang telah mampu memahami fenomena alam semesta (seperti mengetahui letak dan garis edar matahari dan bulan) dengan lebih efisien dan akurat, kita sebetulnya sudah bisa menyimpulkan dengan sangat mudah mana di antara hisab dan rukyat yang relevan untuk digunakan saat ini.

Antara tradisi dan kemajuan zaman tidak bisa dipertentangkan karena kehidupan manusia yang terus mengalami perkembangan, sehingga tradisi lama mau tidak mau harus disesuaikan dengan tradisi baru yang lebih relevan selama tidak menyentuh persoalan akidah dalam beragama. 

Selayaknya dulu para Rasulullah dan sahabat menggunakan tradisi menulis menggunakan kertas dan tinta yang kemudian mengalami perkembangan hingga sekarang tradisi menulis itu digantikan dengan menggunakan instrument komputer/hp. Substansi dan hakikatnya sama, yaitu untuk menyampaikan sebuah informasi dan sama sekali tidak menyalahi akidah.

Antara  iman dan akal juga tidak bisa dipertentangkan karena Islam adalah agama yang menghargai akal dan memberikan tempat yang penting bagi ilmu pengetahuan. Bahkan dalam Al-Qur'an sering kali disebutkan tentang pentingnya pengetahuan dan pemikiran yang rasional yang dipertegas dalam surah Al-Baqarah ayat 269, dimana Allah SWT berfirman " Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.” Juga dalam surah Ar-Rahman ayat 3, Allah SWT berfirman "Dia menciptakan manusia dan mengajarkan kepadanya pengetahuan."

Sehingga dengan demikian penggunakan instrument sains modern (dalam hal ini astronomi modern) dalam penentuan bulan dalam Islam sama sekali tidak menyalahi tradisi Islam mau pun akidah keislaman. Sebab islam sendiri merupakan agama yang visioner dengan mengikuti perkembangan zaman, juga menghargai akal dalam proses keimanan umatnya.

Wallahualam.