Politik, seperti apakah politik? Sekarang ini kebanyakan orang memandang politik sebagai alat untuk meraih sebuah kekuasaan saja. Ya, memang itu benar. Karena hanya sedikit orang yang mengetahui sejarah politik. Lalu seperti apakah sejarah politik itu? Apakah dulu politik itu alat mencapai kekuasaan supaya memperoleh harta sekian banyak?
Menurut Islam, sejarah politik sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu Nabi yang tinggal di Makkah mendapat wahyu untuk berhijrah ke Madinah. Di Madinah-lah kemudian muncul sebuah negara yang mana disebuah negaralah sistem pemerintahan ada dan Nabi pada saat itu menjadi pionir terbentuknya Madinah menjadi negara.(Pulungan:1994, hal.1-2)
Dalam suatu negara pastilah di dalamnya ada sistem pemerintahan yang mengatur negara. Sistem pengaturan dalam negara mengatur segala hal yang ada pada negara tersebut. Seperti halnya perundang-undangan, kepala negara, warga negara maupun batas-batas negara tersebut. Pemerintahan sebuah negara terdapat dasar-dasar perpolitikan didalamya, kerena tanpa adanya suatu politik dalam pemerintaha bagaimana bisa seorang pemimpin mengorganisir warga negaranya?
Nabi pada saat itu memegang kekuasaan penuh atas segala yang ada di Madinah karena Nabi adalah kepala negara pada saat itu dan juga dia menjadi pemimpin agama. Menurut kajian ilmu ‘Ulumul hadist, apa saja yang disampaikan, dilakukan dan dicontohkan oleh Nabi dikatakan sebagai hadist. Praktik politik yang dilakukan oleh Nabi pada saat dia menjadi seorang kepala negara di Madinah juga dapat dikatakan sebagai hadist, karena Nabi melakukannya.
Sejarah politik yang dipraktikkan oleh Nabi sangatlah memberi contoh, karena dalam praktik politik yang dilakukan Nabi benar-benar memakmurkan rakyat di Madinah dengan membuat ladang khusus untuk para petani kurma disana. Ketika itu sektor pertanian benar-benar menjadi konsen Nabi dalam memajukan perekonomian Madinah. Tidak sampai disitu saja, pada saat itu Nabi juga membuat sebuah kabinet-kabinet dalam pemerintah di Madinah, dan pastilah yang megisi kabinet-kabinet tersebut adalah beberapa sahabat kepercayaan Nabi.
Menurut teori-teori politik yang dikeluarkan di barat, politik pertama kali muncul dari mulut seorang filsuf, yaitu Aristoteles. Dia adalah filsuf dari Yunani, murid dari Plato yang juga seorang filsuf Yunani. Menurut Suhelmi (Suhelmi,2001:43-44), Aristoteles dalam merumuskan teori politiknya dia menggunakan metode induktif dengan melihat fakta-fakta empiris.
Menurutnya manusia adalah makhluk politik (Zoon Politikon), bahwa negara adalah institusi moral untuk membantu manusia dalam menciptakan kesempurnaannya dan negara bener-bener berupaya untuk menciptakan kesejahteraan semua orang bukan untuk kelompok (Schmandt,2002:85). Jadi ketika membicarakan mengenai politik pasti akan sampai pada suatu negara, dan jika membicarakan negara pasti akan sampai pada teori politik.
Politik Kita
Bagaimanakah politik di Indonesia? Adalah pertanyaan yang menurut penulis perlu dilontarkan untuk Negara kita ini. Lalu, pertanyaan selanjutnya, bagaimanakah perpolitikan di Indonesia, apakah sudah sesuai dengan yang diajarkan Rasul? Menimbang pertanyaan tersebut karena Indonesia adalah Negara yang mayoritas peduduknya Muslim meskipun bukan Negara Islam.
Sistem pemerintahan Indonesia sekarang ini adalah presidensial, yang artinya presiden sebagai badan eksekutif (kepala negara) dan badan legislatif berdiri secara independen. Kepala Negara (presiden) dipilih langsung oleh rakyat begitu juga dengan badan legislatif yang dipilih oleh rakyat. Selanjutnya, presiden akan memilih menteri sebagai pembantu presiden dan bertanggung jawab atas presiden sekalius bertanggung jawab kepada Negara.
Penerapan sistem pemerintahan tersebut meurut penulis mirip dengan sistem pemerintahan yang dilakukan oleh Rasul pada masanya. Rasul pun memiliki beberapa orang kepercayaannya yang bias disebut menteri dalam istilah sekarang, tetapi pada masa Rasul belum ada badan legislatif yang bertugas mengawasi badan eksekutif, hanya ada beberapa sahabat yang kerap mengingatkan Rasul dalam menjalankan sistem pemerintahan.
Secara struktural sistem pemerintahan Indonesia memang mirip dengan apa yang dijalankan oleh Rasul, akan tetapi secara praksis sangat jauh berbeda. Secara praksis sistem pemerintahan Indonesia menuai banyak problematika yang dianggap seru oleh pelaku poitik, seperti perebutan kekuasan untuk menjadi nomor satu, saling suap menyuap, dan berbagai cara dilakukan untuk memperoleh kursi kekuasaan.
Tidak jarang setelah memperoleh kursi kekuasaan orientasi pelaku politik selanjutnya bukanlah untuk mensejahterakan rakyat yang memilih mereka, tetapi lebih kepada bagaimana mengembalikan modal yang dikeluarkan untuk mencalonkan diri di kursi pemerintahan.
Hal tersebut memang tidak bisa seratus persen dibenarkan, kita sebagai rakyat hanya ber-husnudzan semoga para pelaku pemerintahan tidak berbuat demikian dan tetap pada jalan yang benar yaitu, menjalankan tugas dan amanat untuk mensejahterakan rakyat.
Harapan selanjutnya adalah kepada kalangan muda mudi. Harapan tersebut adalah semoga kalangan intelektual muda Indonesia dapat menjadikan Indonesia menjadi Negara yang kaffah. Dengan tidak hanya tergoda oleh uang, jabatan dan popularitas setelah menjabat di pemerintahan. Hanya saja dengan kondisi seperti sekarang ini dapatkah lingkungan dan diri sendiri memperbaiki moral pemuda Indonesia?