Diantara agama-agama besar di dunia, Islam memiliki keistimewaan karena mempunyai satu nama yang penting sekali artinya, satu nama yang menunjukan arti yang sebenarnya (Ali, 1935: 2).
Islam artinya masuk dalam salm, kata salm dan silm dua-duanya artinya damai, sehingga kata Islam makna aslinya adalah masuk dalam perdamaian, dan orang Muslim ialah orang orang yang damai dengan Allah SWT dan damai dengan manusia.
Damai dengan Allah SWT artinya berserah diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya, dan damai dengan manusia bukan saja berarti menyingkiri berbuat jahat atau sewenang-wenang kepada sesamanya melainkan pula ia berbuat baik kepada sesamanya.
Dua pengertian ini dinyatakan dalam Al-Quran yang dalam Ali (1935) dikatakan sebagai inti agama Islam yang sebenarnya.
Sebagaimana dalam Q.S. Al-Baqarah : 112, yang artinya :
"(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati".
"sedang ia berbuat kebajikan" yang oleh Ali (1935) ditafsirkan sebagai berbuat baik kepada orang lain, sehingga menurutnya sudah jadi permulaan sekali bahwa Islam adalah agama perdamaian, dan dua ajaran pokonya yaitu 'Keesaan Allah' dan 'kesatuan atau persaudaraan umat manusia' menjadi bukti nyata, bahwa agama islam selaras dengan namanya.
Islam Universal
Islam seringkali didefenisikan sebagai agama Allah yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengajarkan pokok-pokok dan peraturan-Nya serta menugaskan untuk menyampaikan agama tersebut kepada seluruh manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya.
Dari defenisi tersebut dapat kita katakan bahwa Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Namun pertanyaan selanjutnya adalah 'jika Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW lantas apa agama dari Nabi-Nabi sebelumnya?
Azhari Akmal Tarigan (2007) mengatakan bahwa "Islam bukanlah semata-mata nama sebuah agama yang dibawa oleh Muhammad SAW, melainkan Islam merupakan ajaran Tuhan yang universal, yang mana disampaikan kepada seluruh makhluk dengan perantaraan para Nabi dan Rasul, sesuai dengan tempat dan masa tertentu"
Islam sebagai ajaran universal yang dimaksud oleh Tarigan (2007) adalah sikap pasrah dan tunduk sepenuhnya kepada Allah SWT.
Al-Quran juga menginformasikan bahwa seluruh Nabi mengajarkan Islam. Nabi Nuh mengajarkan Islam (Q.S. Yunus: 72), Nabi Ibrahim pun membawa ajaran Islam dan mewariskan ajaran itu kepada anak turunannya, termasuk kepada anak turunan Ya'kub atau Isra'el (Q.S. Al-Baqarah: 130-132), begitu pun Nabi Yusuf, Nabi Musa, dan lain-lain (Madjid, 1996: 2).
Untuk mendukung argumentasi diatas maka Ibn Taymiyyah dalam Madjid (1996) mengatakan bahwa "agama semua Nabi adalah satu, yaitu Islam, meskipun syari'atnya berbeda-beda sesuai dengan zaman dan tempat khusus masing-masing Nabi itu".
Ibn Taymiyah juga juga menuliskan sebuah Hadis Nabi yang menyatakan bahwa "para Nabi itu bersaudara satu ayah lain ibu.... jadi agama mereka adalah satu, yaitu ajaran beribadat hanya kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang tiada padanan bagi-Nya".
Muhammadanisme
Muhammadanisme adalah suatu paham yang berpandangan bahwa agama Islam dibuat dan diciptakan oleh Nabi Muhammad.
Istilah Muhammadanisme sengaja diciptakan oleh Barat, dimana dalam kata 'Muhammadanisme' tersebut Nabi Muhammad sering dianggap sebagai "pemalsu" atau penyeleweng agama kristen (Daniel dalam Said, 1978: 90)
Adapun alasan istilah tersebut ciptakan oleh Barat sebagaimana dijelaskan dalam Said (1978) karena kendala analogis yang sering dialami oleh para pemikir Kristen dalam memahami Islam.
Misalnya, karena Kristus merupakan dasar bagi agama Kristen, maka secara salah kaprah pula Muhammad bagi Islam dianggap tidak berbeda dengan Kristus bagi agama Kristen (Said, 1978: 90).
Hal inilah yang menjadi cikal bakal kelahiran istilah Muhammadanisme.
Tidak berhenti disini saja, gambaran Umat kristen yang sempit mengenai Islam ini masih diintensifkan dengan seribu satu macam cara yang lain, seperti intelektual, dan takhayul-takhayul populer selama abad pertengahan dan renaisans awal, yang memang dibuat untuk tujuan menyudutkan agama islam (Comfort dalam Said, 1978: 91).
Pada zaman itu, Timur Dekat seluruhnya digambarkan menurut persepsi dunia Kristen Latin, seperti dalam Chanson de Roland yang didalamnya kita dapat menemukan bagaimana ibadah kaum Muslimin dilakukan dengan menyembah Muhammad dan Apollo.
Tak hanya itu Daniel dalam Said (1978) juga menggambarkan bahwa Nabi Muhammad dianggap sebagai penyebar wahyu palsu, nafsu seks yang besar, kebejatan moral, sodomi, dan semua bentuk sifat khianat lainnya yang semuanya secara logis bersumber dari pemalsuan-pemalsuan doktrinalnya yakni, Islam.
Islam Bukan Muhammadanisme
Bertolak dari berbagai penjelasan diatas, maka masalah penting yang pertama kali harus diperhatikan dalam membahas agama Islam ialah, bahwa agama ini bukanlah muhammadanisme seperti anggapan orang Barat pada umumnya, melainkan Islam (Ali, 1935: 1).
Muhammad adalah Nabi yang kepadanya agama ini di wahyukan. Para penulis Barat mengambil nama beliau sebagai nama agama yaitu Muhammadanisme, berdasarkan analogi nama-nama agama seperti Christianity, Budhisme, Confusianisme, dan sebagainya. Tetapi nama Muhammadanisme yang diberikan oleh para penulis Barat ini tak dikenal dalam sama sekali oleh para penganut agama Islam, dan termaktub dalam Al-Quran maupun Hadist.
Adapun dalam Al-Quran tidak pernah disebutkan Muhammadanisme bahkan dijelaskan seterang-terangnya bahwa nama agama ini adalah Islam dan penganutnya disebut Muslim.
Jadi, agama Islam tidak dinamakan menurut pendirinya, bahkan pendirinya sendiri disebut Muslim (Ali,1935:1).
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa dalam Islam tidak ada istilah Muhammadanisme seperti yang dicanangkan oleh orang Barat. Dan Nabi Muhammad bukan hanya utusan untuk umat Muslim melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, Sebagaimana dinyatakan dalam Q.S. Al-Anbiya: 107 "Tidak kami utus engkau Muhammad melainkan rahmat bagi seluruh alam".
Sumber :
1. Said, Edward. W (1978).Orientalism. (Achmad Fawaid,Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2. Ali, Muhammad. M (1935). The Religion of Islam. (R, Kaelan dan H. M. Bachrun, Terjemahan). Jakarta Pusat: CV Darul Kutubil Islamiyah.
3. Tarigan, Azhari.A (2007). Islam Mazhab Hmi : Tafsir Tema Besar Nilai Dasar Peejuangan (NDP). Jakarta: Kultura.
4. Madjid, N (1996). Pintu-Pintu Menuju Tuhan. Jakarta: Paramadina