Rencana Terbatas
Aku ingin jadi Presiden!
Aku ingin jadi Menteri!
Aku ingin jadi Orang Kaya!
Aku ingin jadi Orang Terpenting!
Kapan?
Besok. Aku pasti bisa.
Hari ini?
Aku sedang berusaha. Aku pasti berhasil.
Yakin bisa?
Aku masih berusaha.
Kalau mati?
Kapan mau mati? Rahasia Tuhan Itu
Kenapa tidak direncanakan saja?
Agar kamu sadar dan mau bersyukur
Bahwa hakikat hidup itu juga tentang hubungan dengan Tuhan, bukan melulu pencapaian.
Takut
Jangan! Nanti terluka
Jangan! Nanti sakit
Jangan! Nanti rugi
Jangan! Nanti mengerikan
Jangan! Nanti buruk
Jangan! Nanti gagal
Jangan ! jangan ! jangan !
Kotakku
Berjalan ku ke kanan, mentok
Berjalan ku ke kiri, mentok
Berjalan ku ke atas, mentok
Berjalan ku ke bawah, mentok
Lelah!
Inginku menyerah, sayang sudah ku usaha
Inginku menangis, siapa yang mau bantu?
Kasihani aku
Gamang
Seakan isyaratkan kegagalan
Langkahku takut-takut
Langkahku ragu-ragu
Langkahku mengambang, tak lagi sampai di tanah
Andai adalah kata-kataku
Mungkin adalah rasaku
Jika adalah kekuatanku
Masih saja diri ini bergantung, masih saja diri ini meminta, masih saja diri ini benalu
Jijik rasa ini, benci hati ini, walau tidak terucap namun ini rasaku
Masihkah mampu aku menunggu?
Akankah selamanya?
Aku, gamang
Gagal
Bukanlah hancur menjadi abu
Hanya menunda perjalanan saja
Mungkin untuk beberapa saat
Sebelum dapat harapan
Jangan lagi menyerah
Menyerah bukan akhir
Hanya awal untuk kegagalan-kagagalan yang selanjutnya
Hanya ujung dari kesedihan-kesedihan selanjutnya
Hanya sumbat untuk keberhasilan nanti
Api
Dia belumlah padam
Meski nampak asap tebal membumbung tinggi
Kelip-kelipnya masih terlihat
Mungkin, hampir mati
Tapi, tidak!
Dia akan tetap terjaga, meski berat
Meski angin besar menerjangnya, dia akan hidup
Dia, akan membesar
Makin besar, dan menerjang
Membakar segala halangan
Dia adalah aku, diriku
Api itu
Adalah aku dengan segala keyakinanku
Frustasi
Aku berjalan sendiri, hanya sendiri
Dalam gelap dan sunyi, hampa dan pengap berganti menemani
Sinar terang amat kunanti, berharap lekas hapus rasaku
Bila dapat aku ceritakan, kawan
Ingin aku laksana burung, yang mampu terbang tinggi menjelajahi angkasa
Ingin aku laksana ikan, yang mampu berenang melintasi lautan
Ingin aku laksana gunung yang kokoh berdiri dalam kerasnya cuaca
Ingin aku laksana angin yang enggan berhenti untuk bergerak
Namun kawan, terlalu dalam goa yang kulintasi
Ujungnyapun belum sampai dalam pikirku
Kawan,
Aku berjalan hanya sendiri
Dalam gelap dan sunyi, hampa dan pengap berganti menemani
Sinar terang amat kunanti, berharap lekas hapus rasaku
Sendiri
Bagai musim yang akan berganti, musim-musimku pun akan begitu
Dalam diam, dingin ini menusukku, perlahan
Tak kan mati, hanya hipotermi
Bagai waktu yang perlahan kan berlalu, begitupun waktuku
Dalam sunyi, derik jarum merubah posisi, detik-demi detik
Tak kan mati, hanya menua
Bagai pantai-pantai yang silih berganti didatangi dan ditinggalkan kapal-kapal
Dalam sepi yang semakin memekakkanku, buatku merasa
Muak, bosan, jijik
Takan mati, hanya merana
Kangen
Saat langit mengisyaratkan akan datangnya hujan
Sambil bergumam aku ungkapkan, “Andai kamu ada.”
Saat senja mengisyaratkan akan berganti malam
Sambil bergumam aku ungkapkan, “Andai kamu ada.”
Namun,
Saat langit begitu cerah, hangatnya matahari tidak menyengat dan hembusan angin membelaiku lembut
Aku pun masih berguman, “Andai kamu ada.”
Saat malam mulai beranjak, dan pagi telah datang
Aku tetap bergumam, “Andai kamu ada.”
Kamu
Dulu,
Saat aku belum mengenalmu
Tanya itu muncul selalu
Kapankah sosokmu aku bertemu?
Dulu,
Saat aku belum mengenalmu
Janji itu terucap selalu
Takkan aku menyentuh noda agar suci sampai denganmu
Dulu,
Saat aku belum mengenalmu
Do’a itu terucap selalu
Ya rabb pastikan aku terbaik untuknya begitupun dia untukku
Kini,
Saat tibanya waktu itu
Tanyaku terjawab (Alhamdulillah)
Janjiku terbayar (Subhanallah)
Do’aku terkabul (Laa Illaha Illallah)
RESTU
Ku harap kau dapati dia untuk masa depanku dan kamu
Saat nanti kita bertemu
Dengannya, kita akan bahagia
Dengannya jauh akan nestapa
Dengannya bukan hanya cinta, tapi rahmat Sang Kuasa menyertai tiap langkah kaki kita
Bukan Tuhan
Hidup, mati, jodoh, dan rizki adalah takdir Tuhan
Sukses dan gagal bukan suratan
Bila hanya burung yang ditakdirkan di langit, bagaimana pendapatmu pada pesawat?
Bila hanya ikan yang ditakdirkan di laut, bagaimana kau jelaskan keberadaan kapal?
Bila jurang pasti pemisah, mungkinkah itu karena kau yang tak mampu membuat jembatan?
Sudahlah
Menyerahlah
Tak pada kapasitasnya kau menetapkan
Hai, hentikan!
Jangan berceloteh! Kita ini sejajar
Sama-sama makhluk
Bukan Tuhan
Kasih itu ...
Kasih itu ...
Bagaikan hembus angin yang menyentuh permukaan kulit
Begitu sejuk, begitu lembut, namun tak terlihat
Kasih itu ...
Seperti lolipop yang warna warni
Rasanya manis, manis sekali
Kasih itu ...
Bagaikan embun dipagi hari
Sedikit, lembut, namun menyejukkan
Kasih itu ...
Memberi bukan meminta kembali
Ibu
Dari tangan itu
Dari kaki itu
Dari tubuh itu
Aku
Dari air mata itu
Dari keringat itu
Dari luka-luka itu
Aku
Tak ada sesal
Tak ada malu
Tak ada takut
Untukku
Hanya untukku
Semuanya untukku
Terima kasih ibu