Indonesia pada tahun 2021 menjadi tuan rumah dalam acara penting yang dihadiri oleh beberapa negara di dunia. Acara tersebut tidak lain adalah Presidensial G20 yang diselenggarakan mulai 1 Desember 2021 hingga berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi G20 pada 15 November 2022.

Forum G20 (Group of Twenty) merupakan sebuah forum kerja sama ekonomi yang beranggotakan 19 negara di dunia dan 1 organisasi regional yakni Uni Eropa. 19 Negara di antaranya adalah Indonesia, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Brasil, Australia, Inggris, India, Argentina, Jepang, Meksiko, Italia, Perancis, Republik Korea, Kanada, Tiongkok, Turki dan Uni Eropa.

Awal mula pembentukan G20 didasari atas krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang menyebabkan menurunnya ekonomi dunia. pembentukan G20 setelah adanya krisis tersebut dilakukan pada tahun 1999 dengan maksud menciptakan perekonomian global yang menguat dan mengembalikan stabilitas ekonomi dunia.

Permasalahaan ekonomi yang timbul semakin kompleks sehingga memerlukan solusi untuk menyelesaikannya. Forum G20 melalui anggotanya merepresentasikan 2/3 dari populasi negara di dunia, 80 persen ekonomi dunia hingga 75 persen perdagangan internasional.

G20 hadir untuk mengeluarkan negara di dunia dari krisis tahun 1997-1998 dan berlanjut hingga terjadi lagi krisis akibat pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan ekonomi di berbagai negara di dunia.

Krisis akibat pandemi Covid-19 melatarbelakangi Indonesia dalam menyelenggarakan Presidensi G20 dengan mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”. Kehadiran G20 sebagai forum ekonomi dunia yang berkekuatan politik serta ekonomi diharapkan dapat memulihkan perekonomian negara-negara di dunia.

Menjadi tuan rumah dalam Presidensi G20, Indonesia menjadwalkan serangkaian acara yang berupa Engagement Group, Pertemuan Tingkat Deputies, Pertemuan Working Grroups hingga Konferensi Tingkat Tinggi yang dihadiri oleh kepala negara anggota G20. Acara-acara yang telah dijadwalkan tersebut dilaksanakan di berbagai kota yang ada di Indonesia.

Tiga sektor yang menjadi fokus utama Indonesia dalam Presidensi G20 yakni penguatan arsitektur kesehatan global dengan mempersiapkan dunia agar cepat tanggap pada saat menghadapi krisis di masa mendatang, transformasi dalam digital dengan meningkatkan kemampuan digital serta transisi energi dengan berlandaskan keberlanjutan.

Presidensi G20 dimulai dengan dilaksanakannya pertemuan perdana yang dilakukan pada tanggal 7 – 8 Desember 2021 melalui Pertemuan Pertama Sherpa G20 yang berlangsung di Jakarta, Indonesia.

Puncak acara dari Presidensi G20 di Indonesia adalah Konferensi Tingkat Tinggi yang dilaksanakan pada 15 – 16 November 2022 bertempat di Bali, Indonesia. Konferensi Tingkat Tinggi tersebut dihadiri oleh kepala negara di dunia.

KTT G20 yang dilaksanakan di Bali menghasilkan capaian yang disebut dengan Deklarasi Bali. Deklarasi Bali menghasilkan antara lain adalah krisis yang disebabkan Pandemi Covid-19 serta masalah lainnya terkait perubahan iklim menyebabkan penurunan ekonomi dan peningkatan tingkat kemiskinan.

Hal lain yang tertulis dalam Deklarasi Bali adalah penurunan ekonomi dunia yang disebabkan eskalasi perang antara Rusia dan Ukraina yang terjadi pada tahun 2021. Melalui KTT G20 menegaskan kembali Resolusi Dewan Keamanan PBB No. ES-11/1 yang berisikan perlawanan terhadap agresi yang dilakukan Rusia kepada Ukraina.

Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina berdampak terhadap penderitaan manusia serta menjadi tantangan baru dalam pemulihan pertumbuhan ekonomi dunia pasca Pandemi Covid-19. Perang Rusia dan Ukraina menyebabkan beberapa dampak dengan bentuk peningkatan tingkat inflasi, meningkatkan kerawanan pangan, mengganggu rantai pemasokan pangan hingga resiko terhadap stabilitas keuangan negara.

Deklarasi Bali yang dihasilkan dari Konferensi Tingkat Tinggi di Bali tentu memerlukan komitmen dari negara-negara di dunia untuk mewujudkannya agar tujuan yang hendak dicapai dapat terealisasi.

Realisasi dari Deklarasi bali tercermin dari terkumpulnya dana pandemi sebesar 1,5 miliar dolar Amerika Serikat yang digunakan untuk membantu negara-negara yang sedang menghadapi krisis di negaranya.

Komitmen yang dilakukan dalam transisi energi keberlanjutan dengan adanya komitmen 30 persen dari daratan dan 30 persen lautan di dunia akan dilindungi di tahun 2030. Terdapat pula komitmen dalam rangka pengurangan degradasi tanah hingga 50 persen pada tahun 2040 yang dilakukan secara sukarela.

Melalui KTT G20, Amerika Serikat berkomitmen untuk berinvestasi dengan mengeluarkan dana sebesar 600 miliar dolar Amerika Serikat. Investasi melalui skema Partnership for Global Infrastructure yang diberikan kepada negara-negara berkembang.

Investasi tersebut digunakan untuk merealisasikan salah satu fokus utama G20 yakni terkait dengan transisi energi keberlanjutan. Dilanjutkan dengan melalui Just Energy Transition Partnership sebesar 20 miliar dolar Amerika Serikat dalam rangka pengembangan kendaraan listrik.

Selain itu, terdapat komitmen investasi dari Korea Selatan yang diinvestasikan untuk pembangunan MRT di Jakarta hingga investasi dari Turki untuk merealisasikan pembangunan jalan tol Trans-Sumatra.

Konferensi Tingkat Tinggi yang dilaksanakan di Bali pada 15 – 16 November 2022 telah menghasilkan hal yang penting dalam kehidupan internasional. Keberhasilan dalam Deklarasi Bali memerlukan aksi nyata dari kepala negara di dunia yang merumuskan serta membentuknya termasuk Indonesia.

Menyelenggarakan Presidensial G20 yang diawali pada tahun 2021 hingga November 2022 menjadi bentuk komitmen yang dilakukan Indonesia sebagai anggota G20. Bergabungnya Indonesia dengan G20 menunjukkan bahwa Indonesia berupaya untuk meningkatkan serta memulihkan perekonomian dunia.