Pernahkah Anda berpikir bahwa penemuan di dunia ini mempunyai masalah? Misal penemuan lampu oleh James Watt. Apakah James Watt memang sungguh-sungguh pure menemukan lampu karena dengan ia ingin menemukan hal yang baru ataukah penemuan lampu merupakan penemuan yang ditunggangi oleh kepentingan yang lain?
Asumsi tersebut muncul di pikiran penulis. Sebab, pada kala itu, telah terjadi revolusi industri yang kian melejit. Semua hal yang berkaitan dengan manusia di ganti dengan kekuatan mesin. Dalam hal ini, ada mungkin terdapat campuran pihak lain yang bermain di belakang layar. Hal yang demikian seharusnya tidak boleh dilakukan. Mengapa?
Bila sesuatu dikatakan sebagai Ilmu Pengetahuan, pasti penemuan barang atau sesuatu yang lain merupakan sesuatu yang baik dalam kehidupan manusia. pada ilmu pengetahuan, terdapat kaidah yakni bebas nilai. Apa maksud dari bebas nilai? Ilmu pengetahuan haruslah murni dari peneliti. Ia harus benar-benar meneliti dengan kemauannya meneliti suatu objek.
Maka, hasil dari penelitiannya tersebut tidak boleh ditambahi untuk kepentingan yang lain. Jika hasil penemuan atau penelitiannya terdapat campour tangan pihak lain bukan murni maka pengetahuan tersebut tidaklah benar – benar asli, original. Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki kebenaran dalam kaitannya dengan kejujuran.
Jadi, ilmu pengetahuan haruslah jujur, mengatakan apa adanya di depan publik. Itulah arti bahwa ilmu pengetahuan haruslah memiliki nilai bebas murni. Ada dua dasar yang dapat dikatakan sebagai indikator bahwa suatu ilmu pengetahuan tersebut dapat memiliki nilai bebas murni. Pertama, adalah kecenderungan puritan-eletis dan kcenderungan Pragmatis.
Kecenderungan puritas-eletis, beranggapan bahwa tujuan akhir ilmu pengetahuan ialah demi ilmu pengetahuan. Kecenderungan ini berarti ilmu pengetahuan hanya sampai pada rasa ingin tahu saja. Misal, dalam penemuan tenaga nuklir di Indonesia. Tenaga nuklir yang digadang untuk membangun PLTN hingga saat ini masih belum. Kejadian inilah dapat menjadi contoh bahwa ilmu pengetahuan hanya sampai pada titik rasa ingin tahu saja, tanpa ada kelanjutannya.
Kepuasan seorang ilmuwan disini terutama terletak pada teori-teori besar yang mampu menjelaskan segala persoalan,teka-teki, dan gejala alam terlepas dari apakah ilmu pengetahuan tersebut berdaya guna atau tidak. Apa akibatnya? Akibatnya ialah ilmu pengetahuan sekan “mandek” dan tidak berkembang. Jika berpikir secara logika, untuk apakah suatu ilmu pengetahuan yang telah ada dan sudah menjadi fix tidak dilanjutkan lagi.
Kedua, kecenderungan Pragmatis. Disinilah para Ilmuan mulai memikirkan bahwa ilmu pengetahuan tersebut berdaya guna atau tidak. Ilmu pengetahuan memang bertujuan untuk menemukan kebenaran. Ilmu pengetahuan yang berdaya guna, dapat digunakan untuk memecahkan masalah demi masalah yang ada di masyarakat.
Jadi, ilmu pengetahuan dikembangkan bukan hanya mandeg begitu saja tetapi juga dapat membantu persoalan hidup manusia. tentu dengan menemukan ilmu pengetahuan yang konkret tetapi juga berdaya guna. Itulah Pragmatis. Selama ilmu itu berguna bagi manusia, ilmu pengetahuan dipakai oleh manusia.
Manakah yang paling benar? Salah satu jawaban sekaligus jalan keluar dari kesulitasn dengan adanya dua hal yakni context of discovery dan context of justification. Mari pada penjelasan pertama. Context of discovery merupakan ilmu pengetahuan tidaklah tetap (statis) tetapi dinamis. Karena itulah manusia terus mencari dengan melakukan kegiatan ilmiah.
Jadi, ilmu pengetahuan tidaklah muncul secara mendadak begitu saja. Para ilmuwan melakukan kegiatan ilmiahnya dimotivasi oleh keinginan, baik itu bersifat personal maupun kolektif. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang lebih luas dari sekedar kebenaran ilmiah murni. Singkatnya, ilmu pengetahuan lahir dari dorongan sejumlah pihak untuk meneliti suatu objek.
Kedua, ialah Context of Justification. Merupakan konteks pengujian ilmiah terjdap hasil penelitian dan kehitan ilmiah. Inilah konteks dimana kegiatan ilmiah dan hasil-hasilnya diuji berdasarkan kategori dan kriteria yang murni. Di dalam penelitian ilmiah terdapat fakta dan data yang juga mempertimbangkan hal yang lain diluar itu. Misal, ada pandangan dari sesama ilmuwan.
Yang ingin dikatakan adalah bahwa dalam konteks pembuktian sebuah hipotesis atau teori hanyalah faktor dan kriteria ilmiah. Hal yang diperhitungkan adalah bukti empiris yang berasal dari sebuah objek yang diteliti. Semua itu memunculkan satu hal yaitu kebenaran. Jika pada context of discovery, ilmu pengetahuan adalah tidak bebas nilai. Tetapi, di dalam context of justification ilmu pengetahuan haruslah bebas nilai. Ada beberapa konsekuensi yang dapat dipertanggungjawabkan
Pertama, tujuan ilmiah dari penelitian ilmiah harus dibedakan dari tujuan pribadi dan sosial yang terkandung dalam penelitian ilmiah.tujuan akhir yaitu mencari kebenaran dalam sesuatu yang ia amati.
Kedua, kemajuan ilmiah harus dibedakan dengan kemajuan sosial. Kemajuan ilmiah berkaitan dengan pencapaian kebenaran secara objektif terlepas dari faktor-faktor persoalan dan sosial yang menjadi konteks penemuan perkembangan ilmu pengetahuan.
Ketiga, rasionalitas, kaidah ilmiah, dan kriteria ilmiah hanya berkaitan dengan penilaian mengenai kebenaran, dengan bukti-bukti empiris. Keempat, dalam kaitan dengan ilmu-ilmu empiris, penilaian mengenai hasil kegiatan ilmiah hanya didasarkan pada keberhasilan ilmiah.
Dengan demikian, sebagai manusia memang memiliki pilihan pilih yang mana. Tetapi satu hal yang perlu dilihat bahwa ilmu pengetahuan lahir karena ada manusia. manusia melihat fenomena dengan apik dan kagum. Setiap fenomena kemudian dicari fakta-fakta dan diteliti. Entah itu apakah lahirnya ilmu pengetahuan ditunggangi oleh pihak tertentu sehingga setelah tidak ada kepentingan berhenti mengobservasi atau sebaliknya.
Maka seharusnya ilmu pengetahuan memiliki nilai daya guna bagi masyarakat. Mengapa? Karena ilmu pengetahuan manusia hidup. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat berpikir dengan logis ke ke arah masa depan. Dengan ilmu pengetahuan pula, manusia menemukan kebebasan dalam berekspresi.