Tinggal menghitung Hari umat Islam dunia kembali merayakan Hari Raya Idhul Adha atau dalam tradisi masyarakat Indonesia ialah “lebaran Haji atau Idhul kurban”.Karena memang pada saat itu  sebagian umat Islam menunaikan rukun Islam kelima (Ibadah Haji) setelah syahadat, shalat, puasa, zakat serta dilengkapi dengan ritual menyembelih hewan kurban yang telah ditentuikan menurut syariat Islam.

Secara historis, Idhul Adha terbilang fenomenal. Mengapa demikian, perayaan besar keagamaan yang dilaksanakan setiap 10 Zulhijah ini termuat makna subtansial atas sebuah perjalanan besar Nabi Ibrahim atas sebuah perintah yang teramat besar untuk dilaksanakan.

Momentum tersebut setidaknya menjadi sebuah refleksi atas ketabahan seorang Nabi Ibrahim dengan kerelaan serta kesungguhan hatinya bersedia mengorbankan putranya Ismail untuk Allah. Kendati kemudian digantikan olehnya (Allah Swt) dengan seekor domba.

Haji dan Umrah

Menurut bahasa “Umrah” itu sendiri artinya meramaikan. Dalam konteks ibadah, umrah tidak hanya sekedar meramaikan tempat suci Mekah, melaikan agar umat Islam mengambil manfaat serta memberi pelajaran  perserahan diri manusia atas perjalanan napak tilas orang – orang pilihan yang dikasihi oleh Allah. Yakni, Nabi Ibrahim, Istrinya, Siti Hajar, serta putranya, Nabi Ismail. Oleh karena itu ibadah Haji dan Umrah dikategorikan sebagai ibadah yang paling sempurna.

Seiring dengan kemajuan Zaman yang ditandai dengan kemajuan Teknologi dan Ekonomi pada bangsa kita (Indonesia). Menjadi rahasia umum pada setiap tahunnya atas izin Allah semakin banyak masyarakat Indonesia yang melakukan ibadah Haji dan Umrah. Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima setelah syahadat, shalat, puasa, zakat serta dilengkapi dengan ritual menyembelih hewan kurban yang telah ditentukan sebagai bentuk ritual  tahunan yang dilaksanakan umat Islam.

Meminjam bahasa Ali Syariati, Ibadah Haji ialah evolusi manusia menuju Allah yang merupakan sebuah demonstrasi simbolis dan falsafah penciptaan Adam. Gambaran selanjutnya, pelaksanaan ibadah haji dapat dikatakan sebagai suatu pertunjukan banyak hal yang dilakukan umat islam secara serempak. Simbol kekuatan dan kebesaran Islam itu sendiri.  Sebagai sebuah simbol tentang ‘’ penciptaan, sejarah, keesaan, idiologi islam, dan ummah,’’.

Haji dalam pemahaman Ali Syariati merupakan kepulangan manusia kepada Allah yang mutlak dan tidak diserupai oleh sesuatu apapun. Kepulangan kepada Allah merupakan gerakan menuju kesempurnaan, kebaikan, keindahan, kekutan, pengetahuan nilai dan fakta fakta. Dengan melakukan perjalanan menuju keabadian ini, tujuan manusia bukanlah sebuah kebinasaan.

Tujuan ini bukanlah untuk Allah, tetapi untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Makna tersebut dipraktikan dalam pelaksanaan Ibadah Haji, dalam acara – Acara ritual atau dalam tuntunan non – ritualnya, dalam bentuk kewajiban atau larangan, dalam bentuk nyata atau simbolik. Sehingga, pada akhirnya menghantarkan seorang haji hidup dengan sebuah pengalaman – pengalaman kemanusiaan yang Universal.

Egalitarianisme dan kesalehan Sosial

Haji dan Umrah secara konteks mencoba untuk menyapaikan sebuah pesan persamaan kemanusiaan.  Hal tersebuat terejawantahkan kedalam tata cara berpakaian yakni pakaian Ihram. Pakaian Ihram itu putih – putih. Artinya, tanpa warna lain secara simbolik menyampaikan sebuah pesan bahwa kita tidak mempunyai klaim dan mengaku baik bahkan paling baik. Berkaitan juga dengan warna putih – putih tersebut adalah sikap rendah hati. Ajaran Islam tegas menuntut agar kita sebagai manusia harus bersikap rendah hati.

Nurcholish Madjid (2000) dalam Umrah dan Haji menjelaskan, dengan mengenakan pakaian ihram itu, kira –kira kita disuruh kembali kepada yang paling generic, paling universal (umum). Dan yang generik itu adalah selembar kain tanpa jahitan. Dari segi warna  yang paling generic adalah warna putih. Dengan begitu kita semua menjadi sama.

Pada lebaran Idhul Adha pada tahun 2015 ini, diyakini sejumlah pihak yang berkurban,  siap menyembelih sekaligus menyerahkan daging hewan kurban sesuai ketentuan dalam syariat Islam  kepada penerima daging kurban tersebut. Kesalehan sosial merupakan sebuah tindakan yang dilakukan secara sadar, dengannya perbuatan tersebut sangat berguna bagi diri sendiri serta lingkungan sosial masyarakatnya.


Kesalehan sosial ialah implementasi iman serta pernyataan logis produk dari iman dengan maksud mengharap ridha dari Allah demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Kesalehan sosial tentu akan kita raih dengan sendirinya seiring dengan pelaksanaan ibadah yang mencangkup keseluruhan aspek kehidupan manusia. Dengan demikian, kesalehan sosial akan tercapai ketika senantiasa beribadah  untuk kehidupan manusia secara individu dan sosialnya.

Melalui ritual penyembelihan hewan kurban itu umat manusia diajak untuk semakin peka terhadap lingkungan sosial serta peduli pada nasib fakir – miskin serta pihak yang lemah. Melalui ritual kesalehan sosial berlomba – lomba berbuat baik dan  aksi menggalakan aksi solidaritas sosial kebangsaan dan keumatan. Sehingga, dengan kesalehan tersebut, niscaya terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhai oleh Allah Swt.