Komunis dan fasis selalu dipandang memiliki ciri yang berbeda, namun jika kita amati secara teliti keduanya memiliki persamaan yang cukup mencolok, yaitu keduanya sama-sama mengembangkan politik yang represif dan otoriter. Meskipun keduanya memiliki persamaan yang mencolok, namun harus diakui terhadap pertarungan yang sudah berlangsung fasisme menempatkan diri disayap kanan ekstrem dan jelas anti komunis yang berhaluan sayap kiri ekstrem.

Ide politik sayap kiri yang menunjukan perlawanan terhadap kapitalisme, serta sayap kanan yang ingin menghidupkan kapitalisme seolah mencari pembuktian kekuatannya dengan jalan pertarungan. Pertarungan antara kapitalisme dan sosialisme memanas sejak revolusi Rusia pada tahun 1917 yang dimenangkan oleh kaum sosialis, serta membentuk negara sosialis pertama didunia. Sejak saat itu banyak tema-tema yang muncul dari argumentasi serta perdebatan ideologis antara dua filsafat ekonomi, yaitu kapitalisme dan sosialisme.

Pertarungan antar dua ideologi ini nampaknya belum berakhir, meskipun memasuki abad ke-21 ini sosialisme seperti kehilangan pengikutnya, namun cukup banyak yang masih memegang kepercayaanya terhadap ramalan Karl Marx bahwa kapitalisme akan menciptakan kehancurannya sendiri. namun opini ini berbanding terbalik dengan opini seorang penulis dari barat.

Dalam sebuah tesis samuel huntington yang cukup kontroversial ia mengatakan bahwa, "pertempuran ideologis antara kapitalisme dan komunisme telah diganti oleh benturan sebuah peradaban, dimana penilaian paling pentingnya adalah antara Islam dan Barat." Perubahan arus ideologi memang sepertinya nyata karna disebabkan arus Globalisasi, sama seperti halnya Nasionalisme yang kini telah menggantikan posisi Marxisme-Leninisme sebagai ideologi dibanyak negara, kemudian fundamentalisme agama yang mengalami perkembangan pesat di negara-negara berkembang.

Kaum Sosialis demokratik kini mulai menerima pasar sebagai alat yang bisa digunakan untuk menciptakan kemakmuran, sosialisme revolusioner ala Uni Soviet pun kini kehilangan kepercayaan akibat bentuk otoritarianisme nya. Globalisasi memang telah cukup banyak merubah tatanan yang ada, termasuk tatanan sosial. Contoh nya adalah di era sekarang ini yang bisa kita sebut era pasca industri, masyarakat cenderung bersifat individual, berbeda dengan masyarakat di era revolusi industri yang masih bersifat kolektif di dasarkan kelas sosial.

Meskipun komunisme kini semakin kehilangan pengikut nya, saya masih bertanya-tanya tentang sebuah kesimpulan yang dipaparkan Karl Marx bahwa kapitalisme akan menghasilkan kehancuran nya sendiri, paparan itu sama sekali tidak terlihat pada realita yang ada, yang justru kapitalisme semakin berkuasa dan semakin menjadi penindas kelas kakap. 

Jika apa yang dipaparkan karl marx ini tetap tak terbukti, itu artinya kapitalisme lah pemenang sejarah setidak nya sampai hari ini. Karna faktor yang menentukan sejarah adalah ekonomi. Lantas apakah kita tetap berdiam diri dan menunggu kapitalisme hancur dengan sendirinya? sedangkan kita melihat realita yang ada kapitalisme semakin tumbuh subur dan mengakar. 

Atau kita harus melawan serta membinasakan nya atas dasar dorongan cita-cita moral? Ingatlah bahwa manusia hanya dapat dibebaskan apabila hak milik pribadi atas alat-alat produksi dihapuskan. Lalu sampai kapan kita harus menunggu pembebasan tersebut jika kita hanya berdiam diri dan menunggu kapitalisme hancur dengan sendiri nya? sampai kapan para buruh harus merasakan keterasingan diri karna terus menerus dijadikan bahan eksploitasi?

Seorang teoritis akan jauh lebih eksis daripada seorang aktivis, itulah yang terjadi hari ini sehingga pergerakan dan ideologi semakin hilang. Generasi sekarang memandang seorang teoritis sebagai seorang yang cerdas tanpa berfikir apakah teori nya relevan dan mampu di implementasikan atau tidak nya kedalam sebuah realita yang ada.

Itulah mengapa di era sekarang lebih banyak orang yang berteori daripada terjun langsung serta melihat realita di lapangan, eksistensi menjadi sebuah harga mati yang mendahulukan esensi. Orang lebih suka membaca buku, mengkaji, dan menulis tentang konsep kesejahteraan masyarakat, daripada duduk sama rendah serta berdiskusi dengan masyarakat itu sendiri.

Orang lebih suka mengkritik kepicikan pemerintah di sosial media nya, ketimbang turun langsung bersama pasang surut nya perjuangan melawan kepicikan pemerintah itu sendiri. Seorang teoritis menganggap aktivis yang turun ke jalan lalu ditangkap dan di penjara demi memperjuangkan kebenaran sebagai segerombolan orang bodoh dan tak berpendidikan karna dianggap sebagai sesuatu yang tak relevan dan tak berpendidikan, padahal tanpa ia sadari dia lah yang merawat kebodohan karna memenjarakan pengetahuanya akan kebenaran. 

Kalangan pemuda yang selalu berbicara "revolusi" di jaman sekarang atau bisa diberi nama revolusionis generasi milenial, tak pernah bekerja keras untuk mengaplikasikan gagasan nya seperti layaknya para revolusionis terdahulu yang mengalami sendiri munculnya revolusi. Entah karena faktor apa, pribadi saya sendiri tak tahu harus memulai dari mana sebuah gerakan revolusi. Bahkan saya hanya mampu ber-Imajinasi bahwa saya telah mencapai revolusi itu sendiri.

Saya sama sekali belum mampu menghalangi apalagi melakukan perlawanan terhadap para penguasa yang senantiasa merawat kebodohan masyarakat yang mereka kuasai agar masyarakat tak mempunyai rasa percaya diri untuk melawan. Secara tidak langsung masyarakat telah diinjak derajat nya sampai pada struktur paling rendah, sehingga para penguasa senantiasa dapat mengatur mereka dari struktur yang paling tinggi. 

Mungkin itulah alasan mengapa saya tak tahu harus memulai darimana, karena saya mungkin telah menjadi salah satu diantara masyarakat yang dikuasai para penguasa.