Memudarnya kepercayaan anak muda kepada Tuhan 

Di Dunia sekarang ini banyak terjadi penurunan kepercayaan anak muda terhadap Tuhan, karena anak muda di zaman sekarang ini cenderung banyak mempertanyakan masalah dogma-dogma keagamaan dan anak muda di zaman sekarang ini lebih banyak yang mencari penjelasan menurut akal sehat dan rasionalitas mereka terhadap sosok “Tuhan”.

Hal tersebut juga disebabkan karena berkembangnya ilmu pengetahuan yang hampir bisa untuk menjelaskan segala sesuatu yang ada di dunia ini berdasarkan science, sehingga para anak muda ini mempercayai segala sesuatu yang berdasarkan dari ilmu pasti/ilmu pengetahuan, dan menganggap hal yang tidak dapat dibuktikan secara science adalah sesuatu yang tidak valid.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga membuat banyak anak muda yang merasa bahwa Perkembangan Agama dan segala sesuatu yang berbau Ketuhanan pun menjadi tidak relevan di dunia yang sekarang, dan mereka juga berpandangan bahwa itu telah usang dan tidak keren sama sekali.

Salah satu contoh ke-kunoan budaya keagamaan adalah seperti masih mengadakan acara peribadatan yang masih mementingkan tradisi-tradisi yang ada di masa lalu, bagi kaum Atheis Agnostik hal itu merupakan suatu hal yang tidak relevan di masa sekarang

Banyak anak muda di dunia sekarang ini lebih memilih menjadi penganut Agnostik dan Atheis, Agnostik adalah seseorang yang tidak tahu, atau percaya bahwa Tuhan itu ada, sedangkan Atheis adalah seseorang yang tidak percaya pada Tuhan atau Dewa apa pun,

Perkembangan Atheis Agnostik ini pun kita bisa ambil contohnya secara statistik, seperti di Amerika Serikat, salah satu lembaga survey di Amerika Serikat (Pew Research Center) melakukan survey kepada masyarakat Amerika Serikat di tahun 2011, 2016, dan 2021. Mendapatkan hasil bahwa terjadi kenaikkan angka ketidakpercayaan terhadap Tuhan, mulai dari 19% (2011), 23% (2016), dan 29% (2021) .

 Sekarang kita akan pindah ke United Kingdom, survey di United Kingdom dilakukan oleh British Social Research, survey ini dilakukan pertama kali pada 1983 dan mendapatkan persentase atheist sebesar 31%, lalu pada tahun 2015 sebesar 48%, dan di tahun 2021 sebesar 53%. Di kedua negara tersebut mengalami peningkatan ketidakpercayaan kepada sosok Tuhan.

Mereka merasa bahwa eksistensi “Tuhan” itu tidak dapat dibuktikan, sehingga mereka lebih berfokus terhadap norma-norma masyarakat dan sosial yang ada, serta bagi mereka keberadaan “Tuhan” itu sendiri tidak masuk akal dan tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, mereka menganggap bahwa sosok “Tuhan” itu sendiri menjadi penghambat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Seperti di Belanda di mana merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah seorang Atheis dan Agnostic, di Belanda memiliki tingkat literasi point sebesar 502.3 dan juga dengan rata-rata iq 100.74, dibandingkan dengan negara “Indonesia” yang memiliki tingkat litterasi point sebesar 382.0  dan juga dengan iq rata-rata 78.49. Berdasarkan perbandingan literasi point dan iq, negara dengan mayoritas penduduk atheis agnostic memiliki tingkat kepintaran yang lebih tinggi dibandingkan negara dengan  mayoritas penduduk beragama.

Materialisme, Positivisme dan Makna kepercayaan akan Eksistensi Tuhan

Kita semua perlu mengetahui makna Materialisme, Materialisme secara etimologi berasal dari kata matter yang dalam bahasa Latin disebut material yang diartikan sebagai bahan untuk menyusun sesuatu ataupun segala sesuatu yang tampak. Sedangkan isme adalah pemahaman atau sudut pandang yang berdasarkan ideologi.

Pengertian Materialisme adalah bahwa sebuah materi hanya bisa berasal dari materi lain (Richins and Dawson, 1992), dan tidak mungkin berasal dari ketiadaan (Demokritos). Bagi Demokritos jiwa manusia merupakan material yang tersusun dari atom-atom yang paling kecil dan halus, dan dia tidak mengakui entitas-entitas non-material seperti Roh, Hantu, Setan, Malaikat, dan Tuhan.

Pemikiran Demokritos tersebut menginspirasi Pemikiran-pemikiran lain tentang spiritualisme, seperti “Keinginan manusia yang tidak terhingga membuat mereka menciptakan sosok Tuhan atau agama dalam angan-angan mereka sendiri” serta , “Tuhan tidak menciptakan manusia, tetapi manusia menciptakan Tuhan”.

Dalam hal ini ketidakpercayaan tentang entitas-entitas non-material merupakan inti/pokok dari pemikiran materialisme, tidak hanya terhadap Tuhan/Roh tetapi juga kepada sesuatu yang tidak dapat dibuktikan secara materiil, karena bagi Demokritos kenyataan yang sesungguhnya adalah benda atau materi, dan teori tersebut berguna untuk menjawab sejumlah persoalan kehidupan yang berhubungan dengan sifat dan wujud dari keberadaan segala sesuatu secara fisik.

Pemikiran Materialisme ini melatarbelakangi terciptanya Teori Positivisme oleh August Comte, Teori ini menyatakan bahwa bentuk pemikiran yang berfokus pada aspek faktual pengetahuan, khususnya pengetahuan ilmiah, dan berdasarkan pada bukti-bukti yang bisa dirasakan oleh panca indera dan bisa di observasi secara publik.

Ketidakpercayaan akan Tuhan dan Konsep Pandangan Positivisme.

           

Segala hal di dunia ini harus bisa dibuktikan secara material, faktual, serta berdasarkan pengetahuan ilmiah yang didukung oleh bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan, adalah pengertian dari pandangan Positivisme oleh August Comte.

Atheis Agnostik memiliki kepercayaan bahwa keberadaan Tuhan itu harus bisa dibuktikan secara material dan bisa diteliti dengan bukti-bukti yang mendukung penelitian tersebut. Fenomena berkurangnya kepercayaan anak muda terhadap Tuhan ini dilandasi karena berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan berkembangnya pola pikir anak muda yang semakin menjadi rasional. Salah satu penunjangnya adalah karena adanya teori positivism oleh August Comte.

Bagi anak muda yang menganut paham Atheis Agnostik, pandangan Positivisme ini merupakan sebuah bahan bakar dalam berargumen dengan kaum agamis, karena secara garis besar pandangan ini menolak eksistensi dari Tuhan yang dimana Tuhan dalam pandangan filsafat ini merupakan keberadaan yang semu dan tidak nyata.

 Dikarenakan para anak muda yang menganut paham Atheis Agnostik ini mereka hanya mengedepankan science dan rasionalitas, sehingga bisa digolongkan sebagai seseorang yang berpandangan positif/positifisme, karena mereka memandang eksistensi Tuhan itu dari pembuktiannya secara fisik dan material, bukan secara mental spiritual. Karena pandangan ini juga, semakin banyaknya anak muda yang menjadi skeptic dan lebih berpegang pada ilmu pengetahuan.

            .

Kesimpulan

Memudarnya kepercayaan anak muda terhadap eksistensi Tuhan disebabkan oleh berkembangnya pola pikir anak muda ke arah yang lebih rasional dan logis, dimana hal ini sejalan dengan prinsip filsafat yang dikemukakan oleh seorang filsuf positivism yang bernama August Comte, di mana Comte mengatakan bahwa sebuah eksistensi sesuatu harus bisa dibuktikan, baik itu secara fisik maupun material.

Positivisme ini sendiri banyak mempengaruhi anak muda dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin mempengaruhi pola pikir anak muda yang menjadi semakin rasionalis dan skeptic terhadap segala sesuatu.

Bagi kaum Atheis Agnostik agama merupakan sebuah penghambat, dikarenakan Agama hanya membatasi perkembangan ilmu pengetahuan dengan dalih bahwa ajaran mereka yang paling benar. Mereka  menganggap bahwa dogma-dogma keagamaan tersebut membatasi pola pikir tiap individu, tetapi tidak setiap dogma tersebut dapat dibuktikan fungsinya