Hari Selasa di bulan Oktober, pagi itu langit tidak menampakkan mentarinya. Langit berwarna abu-abu, udara dingin yang menyeruak ke tubuh, dan perut yang merasa lapar.
Kami berkumpul di ruang makan milik pesantren. Sambil menunggu makanan yang dimasak, kami memulai perbincangan.
Diawali dengan perbincangan dengan pembahasan yang ringan bahkan hingga pembahasan tentang isu-isu lingkungan yang sedang terjadi saat ini maupun beberapa tahun lalu. Perbincangan begitu syahdu ditambah dengan gerimis yang tiba-tiba saja datang.
Di Bulan Oktober ini sering sekali turun hujan. Bahkan tak jarang juga pesantren kami mengalami mati listrik. Pada akhirnya kami tidak dapat melakukan aktivitas yang biasa kami lakukan masing-masing di dalam kamar. Tentu saja internet tidak berjalan dan keadaan sekitar yang gelap tanpa ada penerangan.
Pernah di suatu ketika pada bulan Oktober juga, pesantren mengalami mati listrik yang lama akibat hujan yang begitu deras dan disertai angin yang sangat kencang. Kilat dan gemuruh guntur bersautan.
Hal tersebut membuat kami takut akan terjadi sesuatu. Semua orang keluar dari kamar masing-masing dan berkumpul di salah satu kamar milik pengurus pesantren.
Dengan penerangan seadanya kami memulai perbincangan sambil menunggu hujan mereda dan menanti listrik kembali hidup. Ditambah dengan makanan ringan yang menemani kami dalam perbincangan saat itu.
Dari situlah Saya menyadari bahwa hikmah dari turunnya hujan yang deras dan matinya listrik yang lama membuat kami menjadi lebih dekat, ukhuwah kami terbangun semakin erat, menjadi lebih paham satu dengan yang lainnya.
Bisa terbangunnya ukhuwah yang semakin erat karena dalam turunnya hujan Allah mendatangkan ketenangan hati dan pikiran untuk menguatkan atau mengukuhkan hati seseorang.
Hati yang dikukuhkan akan membangun rasa yang dalam untuk dirinya maupun orang lain. Hujan yang biasanya membawa dingin, kali ini membawa kehangatan untuk kami penghuni pesantren.
Menurut kami, hujan adalah suatu tetesan rahmat yang dirindukan apabila ia tidak turun. Hujan membawa begitu banyak hikmah. Salah satunya di dalam Al-Quran surat Al Anfal ayat 11. Di mana artinya “(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).”
Ayat tersebut menjelaskan tentang ketika para pejuang mukmin saat itu sedang berperang. Dengan turunnya hujan, salah satunya Allah telah mengukuhkan hati para pejuang mukmin yang merasa gelisah akan hadirnya hujan.
Dengan kukuhnya hati, maka ukhuwah akan terbangun dan membuat pejuang mukmin semakin dekat dengan sesama pejuangnya. Tidak gentar menghadapi musuh-musuh yang ada.
Apabila ditarik dalam kehidupan saat ini, dapat kita rasakan bahwa hujan membawa ketenangan bagi hati dan pikiran. Hujan dapat menyamarkan berbagai suara berisik yang mengganggu.
Konstannya ritme dari rintik hujan dapat mempengaruhi pikiran menjadi fokus. Masuknya bunyi hujan ke dalam otak dapat membuat pikiran menjadi rileks dan hati yang kukuh. Karena bisa jadi awal kembali kukuhnya hati seseorang ketika ia memiliki pikiran yang jernih.
Hujan juga membawa kita dalam hangatnya kebersamaan. Tidak jarang pula ketika hujan, sebuah keluarga akan berkumpul bersama di ruang keluarga ataupun di satu kamar untuk saling bercerita.
Adapun teman ketika diliputi rasa gelisah ketika turunnya hujan, maka teman lain akan menemaninya agar tidak merasa gelisah lagi. Mengukuhkan hati kembali untuk menjalani kehidupan yang akan datang.
Di satu halte yang sama untuk menunggu bus datang di saat hujan, mau tidak mau orang akan berdempetan untuk menghindari basahnya baju karena hujan. Di sisi lain akan terjadi interaksi antar sesamanya. Bersama mengukuhkan hati yang tadinya cemas karena hujan yang tak kunjung berhenti sedangan banyak hal menanti di sana.
Di situlah hujan yang turun bisa menjadi sebuah kehangatan. Rasa gelisah, takut, dan cemas akan sirna ketika kita bisa dekat dan berkumpul dengan orang yang kita sayangi dan menyayangi kita. Hujan membawa ketentraman bagi hati dan pikiran. Suara dari hujan seolah menenggelamkan kegelisahan yang ada.
Ukhuwah yang terbentuk menumbuhkan rasa syukur kita. Masih banyak orang yang bisa memahami kita. Saling berbagi kasih sayang dengan sesama. Mendekatkan yang jauh dan semakin merekatkan yang dekat. Apalagi ketika hujan turun, hujan menjadi penyimpan kenangan yang baik.
Berbahagialah kita yang bisa berkumpul di saat hujan, kita bisa membangun ukhuwah terhadap sesama dengan hati yang kukuh untuk menghadapi hari esok, mempererat rasa harmonis dalam keluarga, karena ada sebagian orang yang tidak memiliki tempat untuk berteduh ketika hujan. Hujan tetap dingin untuk mereka. Hangatnya ukhuwah belum mereka rasakan dengan hadirnya hujan.