Dunia memang tak seperti alunan melodi, yang bisa kita putar kembali atau kita ulang kembali. Dunia ini temporal, dibenturkan oleh ruang, waktu, dan tempat. Ada gesekkan yang membuat semua ini berubah, muda berubah menjadi tua, tua  menjadi tiada. Sesuatu yang ada meniadakan dirinya, setelah kematiannya menjemput nyawanya.Kematian adalah akhir dari kehidupan, tetapi bukan suatu akhir dari sebuah cerita melainkan sesuatu awal dunia, setelah kematian. Will durant menegaskan bahwa mati adalah asal muasal agama. 

Boleh jadi jika tidak ada kematian dalam benak kita secara otomatis agama tak akan terbentuk dalam pikiran kita.Bagi yang pesimis dan takut menghadapi pedihnya kematian dihibur oleh  filosof schopenhauer (1788-1860) dengan berkata, “mengantuk nyaman, tetapi mati lebih nyaman, dan yang lebih nyaman dari segala yang nyaman adalah kematian.”

Jean paul sartre (salah satu tokoh filsafat eksistensialisme), menghibur dengan mengingatkan bahwa semua manusia adalah mati. Manusia tidak berkata “saya mati” tetapi “ kita mati”. Kekitaan ini mengurangi kesedihan menghadapi kepunahan, karena semakin yang bersedih, semakin ringan penyebab kesedihan.Dia juga mengingatkan bahwa mati adalah resiko hidup. Karena itu jangan terlalu memikirkannya, jangan juga terbuai oleh pandangan yang menyatakan masih ada hidup setelah kematian. Berakhirnya kehidupan adalah kematian.

HMI adalah organisasi yang disinyalir mengalami detik-detik kematiannya, dalam psikologi dikenal dengan istilah insting kematian (death instinct). Fenomena ini sering kali kita jumpai  dalam masyarakat. Namun firasat  baru disadari setelah kematian. Sama seperti organisasi HMI, firasat kematiannya akan terasa setelah kematian itu terjadi.

Belief or not, percaya ‘gak percaya. Seseorang yang mati akan merasakan firasat akan kematianya. Seperti, meninggalkan sesuatu yang menjadi pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari atau yang lebih ekstrem-nya dengan cara membeli kain kafan untuk pemakamannya sendiri.Ibarat seperti manusia HMI sebelum kejadian kematian HMI akan menunjukan perilaku dan sikap kader-kadernya, menunjukan keanehan seperti dulunya kader-kadernya begadang untuk mendiskusikan pemikiran filsafat, serta memperjuangkan aspirasi masyarakat dengan cara turun kejalan.

Tetapi sekarang kader HMI hanya bisa mendengarkan arahan-arahan dari seniornya, serta demo pun hanya dijadikan untuk mengisi perut yang lapar, untuk membayar kos, lebih parah lagi kader HMI merubah peran HMI sebagai organisasi perjuangan menjadi organisasi kepentingan. Sekali lagi, sangat banyak berbagai isyarat kehidupan yang nalar kita sering kali mengganggap remeh, namun kita baru tersadar dan menyesali ketika semua telah berlalu dan kita tidak mengambil hikmah yang terkandung. Jika kader tidak mengambil hikmah dari kejadian saat ini, sudah pasti kematian HMI akan berjalan dengan sempurna.

Dalam psikologi dikenal istilah NDE (near death experience), yaitu orang yang pernah mengalami kematian. Adalagi yang menyebutkan dengan sebutan NDS (near death survival) yaitu mereka yang menurut dokter telah dinyatakan mati, tetapi tak lama kemudian hidup dan sadar kembali. Dalam HMI, NDE atau NDS sebagai salah satu kemungkinan terakhir dari kejadian yang akan terjadi, setelah matinya organisasi HMI, HMI bangkit kembali untuk tersadar akan perilaku yang salah pada dirinya. Tetapi hanya menjadi kemungkinan yang sangat kecil bisa kita temui. Organisasi yang bangkit dari dalam kubur dan hidup kembali, itu jarang terjadi.

Sejarah adalah menemukan rasionalitas sejarah, yakni arti tujuan dalam proses sejarah secara keseluruhan serta mencoba  untuk menjawab apakah sejarah lebih dari hanya sekedar rangkaian peristwa yang terkait satu sama lain. Menurut hegel, dalam filsafat sejarah Hegel, sejarah pengertian pokok adalah budi. Budi tersebut aktif dalam dua bidang. Bidang pertama, sebagai roh objektif, budi menguasai hal-hal dalam kenyataan objekti, kenyataan tersebut memperlihatkan tata tertib dan keteraturan sesuai dengan kaidah atau prinsip nasional.

Bidang kedua, oleh hegel disebut sebagai roh subjektif. Identifikasi antara roh objektif dan roh subjektif berlangsung terus menerus, yang pada hakikatnya merupakan suatu proses sejarah yang saling berjumpa dalam sintesa tertinggi, yakni roh mutlakDisebut roh mutlak karena roh objektif telah melepaskan diri dari dikotomi antara subjek dan objek. Bila tahap roh mutlak sudah tercapai maka sejarah pun selesai. Sejarah merupaka suatu gerak menuju tujuan.

Hegel membedakan tiga macam tulisan sejarah. 

Pertama, penulisan sejarah secara orisinil. Disini masa silam seolah-olah ditulis berbicara sendiri, yaitu laporan seseorang mengenai peristiwa yang terjadi pada zamannya sebagai roh subjektif. Kedua, penulisan sejarah reflektif, yang mengambil jarak terhadap masa silam sehingga menciptakan ruang bagi suatu penilaian oleh roh subjektif sebagai roh objektif. Dari masa silam diambil hikmah atau melalui diskusi-diskusi kritis melacak kebenaran melalui diskusi-diskusi kritis melacak kebenaran mengenai masa silam.Ketiga, penulisan sejarah secara filsafati.

Selama penulisan sejarah masih berada pada tahap roh subjektif, maka pengertian-pengertiannya mengenai masa silam belum lengkap, maka diperlukan penyempurnaan. Penyempurnaan ini terjadi di dalam penulian sejarah secara filsafati yaitu padanan bagi roh mutlak.Bisa ditarik dari beberapa paparan yang diambil dari sebuah sejarah. Sejarah HMI belum dikatakan berakhir dalam arti bahwa masih ada masa depan, karena peristiwa sejarah ini belum berakhir. Dengan kondisi HMI yang sedang semeraut, sebaiknya kita sama-sama berfikir untuk memperbaiki problematika HMI saat ini.

Tidak hanya mengisi air dalam bejana, tidak hanya mengisi perut yang kosong atau tidak bisa dikatakan mengisi uang dalam kantong, karena di HMI adalah organisasi kader yang dikatakan sebagai membakar api. Master-master yang tangguh hanya membakar api tetapi api itu akan tetap menyala, jika kayunya ditambah itulah perkaderan.

Perjuangan di HMI adalah bagaimana merubah dari kondisi yang kurang baik menjadi baik, bukan hanya kepentingan atau miliki khususi. Sartre secara tegas mengungkapkan, Manusia makhluk eksistensi. Tetapi bagaimana mengaktulkan diri manusia itu sendiri. Bukan hanya mengkonsepsinya saja. Jika dikorelasikan kader seharusnya bukan hanya mengkonsepsi perkembangan dirinya, melainkan  bagaimana mengaktualkan dirinya potensi dirinya sebagai kader HMI. Didalam tubuh HMI, mengaktualkan diri kader HMI sudah tercatat sebagai muslim intelektual profesional, yang memiliki kualitas insan cita.

Yang semuanya ini dirangkum dalam pasal 5, yang menjadikan usaha sebagai de jure pencapaian tujuan HMI. Kalau kita hanya ingin mencapai mission HMI, saya rasa mission HMI tidak akan pernah tercapai, karena titik fokus kita terhadap mission HMI itu.adalah tujuan, malah hanya membuat kita sakit hati dengan menulis tulisan akan kesakit hatiannya.

NDP bab ketiga menjelaskan bahwa manusia yang merdeka adalah manusia yang ikhlas, kemerdekaan tidak akan bisa terwujud jika tidak ada keikhlasan dalam dirinya. Ikhlas diartikan bukan hanya pasrah melainkan kreatifitas tak terkekang, seperti ibarat kita menginginkan gaji 3 juta, pada saat jadwal gajian kita hanya dapat 1 juta, yang terjadi adalah kesakit hatian.

Sama seperti perubahan dalam dinamika HMI, jangan pernah terfokus kepada kejelekan HMI tapi bagaimana kita terfokus dalam hal usaha-usaha untuk memperbaiki HMI, agar tercapainya tujuan HMI. Akan sakit hati kalau kita hanya berfikir kejelekan HMI apalagi kita bawa sampai dalam kubur “HMI sudah mati, bersama pikiran ku, yang terbawa mati dalam kuburanku.”