Berbekal sebilah payung biru dan segumpal nyali di saku, engkau menerobos lautan api. Ya, lautan api! Lalu dengan tenangnya engkau percikkan beberapa tetes hujan. Kau besarkan nama Tuhan, tanpa memekik, menyergah, memaksa--seperti mereka.
Engkau pasti tahu bahwa itu bukanlah rumah yang ramah bagimu. Rumah itu telah lama membara dan marah. Para penghuninya takkan mungkin mengelu-elukan dirimu laiknya pahlawan. Kemarin mereka terbakar, tapi engkau tak datang.
Namun engkau bukanlah pengeluh dan pengaduh. Kau tampak teguh menyampaikan beberapa patah kata, lantas... berlalu. Hari itu kau lolos dari celaka dan neraka duabelas!
Akankah mereka puas? Demi Monas, ini hanyalah satu episode dari drama yang panjang. Di dalamnya terkandung kisah agama dan ketulusan, juga ambisi dan petualangan. Terselip pula mahkota yang kembali dirindu--serta keculasan.
Engkau paham perkara, walau berlagak bak pemadam kebakaran lugu. Setelah Monas, entah mana lagi titik api yang mesti kau padamkan. Aku berharap, engkau jujur berbakti dan tidak mangkrak dari tugas.
Bagimu Jokowi,
lautan hati
Selamat bertugas,
sampai kan tuntas!
Jakarta, 02.12.16