Airbnb mencetak majalah tahun 2017 kemarin. Namanya Airbnbmag. Iya, benar, mencetak majalah. Padahal di lini bisnisnya, Airbnb fokus pada digital marketing dalam platform online.
Ketika kita bertindak sebagai pemilik homestay ataupun pelancong mencari hotel, sepenuhya kita bersentuhan dengan dunia maya. Sistem sudah dibuat di sana dan siap 24 jam.
"Ini bukan majalah perjalanan. Ini majalah tentang orang, tentang pengalaman. Ini juga tentang komunitas, tentang bagaimana Anda mengambil waktu luang untuk mengubah hidup Anda," ujar CEO Airbnb Brian Chesky.
Brian menegaskan, dengan mencetak majalah, masing-masing orang akan merasakan langsung sentuhan, sentuhan dengan kertas.
Dalam dunia yang bergerak cepat sekali, kita harus merasakan kehidupan dengan berbagi, bisa memegang sesuatu bersama-sama. Ini sesuatu yang luar biasa. Dan itu hanya bisa kalau majalah dicetak dalam sebuah kertas.
Kerinduan Brian barangkali kerinduan kita semua. Sering kali di keramaian kita merasa sendirian. Riuh di dunia maya dan sepi dalam jabat tangan dan candaan.
Kapan terakhir jabat tangan dan memandang mata lawan bicaramu saat jumpa? Atas nama efisiensi pun, rapat-rapat di kantor dilakukan dengan video conference atau conference call. Teknologi memudahkan itu.
Dalam waktu singkat, kita bisa membahas banyak hal dengan teman kerja dari Sumatra, Jakarta, Bandung, Cilegon, hingga Pontianak. Dan di saat yang lain, video call dengan partner kerja di Belanda, Kanada, dan Jakarta.
Suara jelas terdengar, pesan tersampaikan. Tetapi untuk melihat lawan bicara, bisa dipastikan wajahnya tidak sejelas saat jumpa. Terlebih untuk mata yang sudah minus dan menua.
Brian ingin mengatakan, dengan majalah di meja kopi, pembicaraan bisa dimulai. Kita bisa menyentuh sesuatu yang sama dan bersama-sama. Lain bila di tangan kita ada gawai, ada orang di sebelah kita pun, enggan rasanya menyapa. Itulah kenapa muncul istilah phubbing kemudian.
Phubbing adalah sebuah istilah tindakan acuh tak acuh seseorang di dalam sebuah lingkungan karena lebih fokus pada gawai daripada membangun sebuah percakapan. Istilah ini mulai booming bersamaan dengan booming-nya smartphone di pasaran.
Efek candu gawai ini luar biasa. Ini pula yang membuat Emil Rustige yang baru berusia 7 tahun di Jerman menggalang demo bersama teman-temannya. Kecil-kecil sudah jadi kordinator lapangan dia.
"Kami di sini, kami bersuara karena kalian hanya melihat ponsel kalian. Saya harap setelah demo ini, orang-orang akan menghabiskan waktu lebih sedikit dengan ponsel mereka. Mainlah denganku bukan dengan smartphone kalian," kata Emil yang diiringi tepuk tangan anak-anak lainnya.
Saya yakin, Emil dan teman-temannya hanya ingin diajak bicara, kejar-kejaran, atau bahkan melakukan hal bodoh dengan membuat rumah-rumahan di bawah meja makan atau di ruang tamu kita. Mematikan semua lampu, lalu mengambil senter dan menyalakannya, lalu sambung-menyambung bercerita yang mereka suka.
Sama seperti anak-anak di Jawa dan daerah lain di Indonesia, pengabaian ini mungkin menyakitkan buat anak-anak, pun kita orang dewasa. Dan tidak setiap kita bisa menyuarakannya seperti Emil.
Bila mengejar banyak pembaca, harusnya platform online yang dilakukan Airbnb dengan majalahnya. Sasarannya jelas dan jumlahnya tak sedikit, bisa menjangkau ke berbagai negara pula. Dengan mencetak majalah, Airbnb menggunakan pendekatan yang lebih tua, pemasaran konten melalui media cetak.
Demikian juga dengan Ikea yang mencetak katalognya setahun sekali. Katalog versi cetak lebih nyaman dilihat dan dipegang. Bentuk fisik juga memiliki daya tarik tersendiri bila dibandingkan dengan foto atau gambar secara digital.
Kontak langsung antara produk dan pelanggan menjadi sasarannya. Supermarket furniture ini meyakini, katalog cetak menjadi salah satu cara menjaga kedekatan perusahaan dengan konsumen.
Pelanggan bisa mendapatkan katalog secara gratis. Bahkan sering kali dilombakan di radio halaman ke sekian dari katalog isinya apa, atau hal-hal sederhana lainnya.
Di YouTube, ada orang yang bisa mengingat detail setiap gambar di majalah tersebut. Ketika katalog cetak dibawa pulang ke rumah, ada satu bentuk barang fisik milik Ikea yang sudah meramaikan tempat tinggal mereka, dan ini memang tujuannya.
Seperti halnya Ikea, banyak orang mengapresiasi majalah Airbnb. Meski dicetak beberapa bulan sekali, tetapi selalu saja ada yang menunggu.
Airbnbmag tak lagi penting isinya apa, tetapi ia menjadi media untuk memulai pembicaraan dengan sekitar kita. Ada manusia yang kita manusiakan dalam setiap percakapan.
Kertas bukan sekadar lambang kreativitas, tetapi ia juga sesuatu yang menghidupkan. Paling tidak menghidupan percakapan di sudut meja kopi dalam setiap perjalanan kita melintas dunia.
Kertas, sekalipun bekas, ia tetap memiliki manfaatnya. Isi di dalamnya tak pernah basi. Ketika kita tak meminati untuk membaca pun, kertas bekas tetap berguna. Tanya saja pada penjual pepaya atau alpukat di ujung jalan sana.
Sudahkah memulai pembicaraan dengan sekitarmu saat ngopi hari ini? Buktikan bahwa percakapanmu hari ini nyata, dan bukan sekadar di dunia maya.