Seperti Neale Donald Walsch—penulis buku Conversation with God—yang menyatakan bahwa dia sudah menyerah dalam menginginkan sesuatu, saya juga telah menyerah dalam menginginkan sesuatu. Tentu saja saya masih memiliki kebutuhan dalam hidup saya, tetapi saya tidak terlalu menginginkannya.

Lalu apa bedanya antara "keinginan" dan "kebutuhan"?

"Itu dapat selalu kamu bedakan dengan sejauh mana kamu menjadi marah, ketika sesuatu hal yang kamu inginkan tidak terpenuhi," kata Neale Donald Walsch.

Saya membaca itu di internet kemarin pagi, dan membacanya di teras rumah; di bawah langit kota Jakarta yang sedang turun hujan di awal tahun.

Ini tahun baru, dan sebagian besar orang membikin resolusi tahun baru; sebagian kecilnya mungkin tidak membikin resolusi sama sekali.

Untuk orang-orang yang membikin resolusi, mereka akan menjejali kepalanya dengan penuh rencana, dengan penuh keinginan, atau memiliki tujuan yang sudah terdefinisi dengan jelas, yang hendak mereka capai.

Untuk orang-orang yang tidak membikin resolusi, mungkin mereka menjalani hidup dengan cara spontan; tidak merencanakan sesuatu sama sekali untuk ke depannya. 

Mereka mungkin akan terlihat sebagai orang yang tidak masuk akal yang menjalani hidup dengan cara berguling begitu saja, di atas jalan kehidupan yang begitu luas, dan tanpa perencanaan yang jelas.

Cara hidup yang seperti itu mungkin suatu saat akan membikin kita, misalnya, terperosok ke comberan atau menabrak sesuatu, atau berakhir di tempat sampah, yang akhirnya akan memberi kita pada kebuntuan dan kesengsaraan.

Tetapi hidup ini memang aneh, kadang-kadang begitu berengsek dan kurang ajar, tidak peduli apakah kita sudah menjalani hidup dengan jelas atau tidak jelas, atau apakah kita sudah menjalani hidup dengan rencana atau tanpa rencana.

Hidup, kadang-kadang, akan menendang kita ke luar jalur, yang sebelumnya sudah kita rencanakan dengan baik dan struktur. Dia bisa dengan seenaknya melempar kita ke kuburan, padahal kita sudah merencanakan dengan baik untuk memilih jalan yang akan kita lewati menuju taman.

Hidup bisa seenaknya membuat tikungan, untuk jalan yang sebelumnya sudah kita rencanakan dengan lurus. Dengan kata lain, dia bisa mematahkan begitu saja sesuatu yang sudah kita rencanakan.

Pamela Kribe, seorang wanita Belanda yang saya temukan di sebuah situs di internet, melalui salah satu konten channeling-nya, membahas hal ini, tentang bagaimana "hidup memiliki kecenderungan untuk mengambil jalan memutar dengan segala cara yang mungkin", membuat semacam belokan atau balik arah, yaitu untuk melakukan kebalikan dari apa yang kita harapkan, pikirkan, inginkan, atau rencanakan.

Tapi hidup memiliki makna, katanya, dan akan mengantar kita ke tempat di mana kita seharusnya berada, meskipun tempat itu tidak ada sama sekali di dalam rencana kita, atau bahkan meskipun tempat itu tampak buruk untuk kita.

Dan seperti Osho, seseorang yang melabeli dirinya sendiri sebagai pria tanpa rencana, yang memutuskan untuk tidak membikin resolusi apa pun, karena menurutnya, "resolusi adalah pembatasan bagi masa depan". Saya juga memutuskan untuk tidak membikin resolusi sama sekali.

"Semua resolusi adalah penjara," katanya. Anda memutuskan hari ini untuk hari esok? Itu artinya, Anda telah menghancurkan hari esok. 

Menurut orang aneh dari India itu, biarkan hari esok untuk memiliki dirinya sendiri, atau muncul dengan caranya sendiri, dan mencangking hadiahnya sendiri. Resolusi berarti kita hanya akan menginginkan ini dan tidak menginginkan itu.

Resolusi juga adalah ego atau perjuangan. Dan resolusi mungkin mengatakan, "Saya tidak dapat hidup secara spontan. Jatuhkan semua resolusi," katanya. "Biarkan hidup menjadi spontanitas alami."

Sepanjang tahun-tahun sebelumnya, mungkin kita selalu kekurangan dalam soal uang, dan kita terus menginginkan untuk lebih banyak uang lagi di setiap tahun sebagai resolusi kita. Dan kita mengumumkannya kepada alam semesta tentang keadaan kita, melalui kata-kata di benak kita.

Pikirkan saja dengan cara ini, kata Neale Donald Walsch, bayangkan bahwa kata "saya" adalah kata ajaib yang akan membikin jin tiba-tiba langsung keluar dari botol atau teko atau tupperware atau entah dari mana. Maksudnya, kata-kata apa pun yang kita semburkan setelah kata "saya" adalah semacam deklarasi atau pengumuman.

Kita mengumumkan kepada alam semesta tentang siapa kita atau keadaan kita, yaitu orang yang sedang menginginkan lebih banyak uang.

Dan kata-kata kita, kata Donald, adalah hukum alam semesta. Jika kita berpikir bahwa kita menginginkan lebih banyak uang, itu adalah hasil yang kita akan dapatkan. Selanjutnya, kita akan terus menginginkan lebih banyak uang lagi, seolah-olah kita tidak pernah akan merasa cukup.

Atau jika kita mengatakan bahwa kita muak dengan hidup ini karena telah banyak memberi kita kesengsaraan, atau mengatakan bahwa semua orang bajingan, alam semesta akan membenarkan hal itu, dan itu akan terjadi dalam kehidupan kita.

Alam semesta tidak pernah tidak setuju dengan kita, kata Neale Donald Walsch. Dan coba amati baik-baik, setiap kita "menginginkan" sesuatu, itu malah justru mendorongnya menjauh dari kita.

Neale Donald Walsch menyatakan bahwa sebetulnya kita hanya memiliki sedikit kebutuhan (itu adalah hal yang kita tidak bisa hidup tanpa itu). Dan saya, katanya, bisa melakukan hampir tanpa apa-apa dan bisa menjadi sangat bahagia. 

Dan saya, di awal tahun ini, memulai hari dengan hanya merayakan diri saya sendiri dengan sangat bahagia, sangat bahagia, sangat bahagia. Selamat tahun baru.