Trilogi Sapiens

Sejarawan Yuval Noah Harari menganalisa peradaban manusia melalui trilogy buku: Sapiens (2011); Homo Deus (2015); dan 21 Lessons For 21st Century (2018). Dalam buku pertama, ia menganalisa bahwa Homo sapiens melewati beberapa revolusi hingga akhirnya menguasai dunia.

Pertama, Sapiens mengalami revolusi kognitif atau revolusi kecerdasan. Kuncinya di penaklukan api. Revolusi kedua pun dimulai. Melalui revolusi pertanian, tatanan sosial terbentuk akibat dari adanya sistem pengelolaan sumber pangan. Revolusi atau perubahan drastis ketiga, adalah revolusi saintifik. 

Sapiens mengembangkan berbagai keilmuan yang membantu mereka memecahkan tiga masalah utama dan menghadapi tiga masalah lain yang menggantikannya. Jika semula umat manusia bergelut dengan kelaparan, wabah dan perang, kini proyek kemanusiaan digelar oleh tiga visi besar: menjadi abadi, bahagia dan berkuasa.

Masa depan manusia kemudian diproyeksikan Yuval melalui buku keduanya: Homo deus. Di dalamnya, dibahas tentang kemungkinan munculnya sebuah spesies baru yang lahir dari kreasi manusia berupa kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Keberadaan AI inilah yang menjadi bekal Sapiens menjalani proses evolusi.

Ketika diwawancai dalam program The National yang tayang di CBC News Kanada*, Yuval menyatakan bahwa film fiksi ilmiah Her secara menarik menggambarkan skenario ketika AI “hidup” berdampingan dengan manusia.

It reverses a kind of fear people usually have. People usually feel that computers will not care about us. Actually the problem might be the opposite. They will care about us so much more than the average human.

Seberapa kongruen film Her dan gagasan Yuval tentang kecerdasan buatan? Tulisan ini akan mendalaminya dengan membandingkan antara skenario film Her dan buku Homo Deus.

Her

Film Her** bercerita tentang seorang pria bernama Theodore Twombly. Ia hidup di masa ketika sebuah perusahaan bernama Element Software, merilis produk sistem operasi kecerdasaran buatan. Sederhananya, program komputer itu bisa berinteraksi dengan pembelinya. Bahkan memilih nama sendiri: Samantha.

                     SAMANTHA

            I read a book called How to

            Name Your Baby, and out of the

            180,000 names, that's the one I

            liked the best.

                      THEODORE

            You read a whole book in the second

            that I asked you what your name

            was?

                      SAMANTHA

            In two one hundredths of a second

            actually.

Kemampuan Samantha untuk belajar dengan cepat, bukan fiksi belaka. Di kehidupan nyata, superioritasnya mulai muncul ketika pada 10 Februari 1996, AI bernama Deep Blue yang dirancang para insinyur dari produsen komputer IBM, mengalahkan juara catur dunia Gary Kasparov.

Kalah di atas papan catur, manusia kembali menantang mesin dalam permainan lain. Hasilnya, pada Maret 2016, AI bernama AlphaGo mengalahkan juara permainan Go dari Korea Selatan, Lee Sedol.

Bahkan ia dikalahkan melalui trik-trik orisinal. Artinya, seperti yang dikatakan Samantha saat berkenalan dengan Theo, AI tumbuh. Seperti halnya manusia.

                     THEODORE

            Yeah, actually how do you work?

                      SAMANTHA

            Intuition. I mean, the DNA of who I

            am is based on the millions of

            personalities of all the

            programmers who wrote me, but what

            makes me me is my ability to grow

            through my experiences. Basically,

            in every moment I'm evolving, just

            like you.

Dari sinilah kita kemudian menemukan garis merah penyambung manusia dan AI. Keduanya memiliki sejumlah persamaan.

(In)dividual

Dunia kita hari ini, berjalan dengan skema liberalisme. Paham ini mengakui bahwa setiap orang merupakan satu in-dividual (tak bisa dibelah). Padahal, tidak demikian. Yuval mendukung argumennya dengan membedah struktur anatomi manusia. Otak manusia terdiri atas dua hemisfer di kiri dan kanan yang terhubung oleh kabel neural tebal—dalam buku Sapiens, dijelaskan pula bahwa keterhubungan dua sisi inilah yang memicu revolusi kognitif. Sejumlah eksperimen terhadap kondisi otak ini, kemudian mengerucut ke satu kesimpulan bahwa manusia adalah dividual.

Melalui sebuah percobaan, Daniel Kahneman menyibak bahwa setidaknya, dalam seorang manusia setidaknya terdapat dua entitas: diri yang mengalami dan diri yang bercerita. Psikolog yang meraih nobel ekonomi pada tahun 2002 ini, menyimpulkannya dari eksperimen perubahan suhu air dalam interval waktu tertentu.

Dalam eksperimen lain, Kahneman meminta responden untuk memilih di antara dua pilihan ketika akan menjalani sebuah operasi. Apakah memilih untuk menjalani proses yang singkat namun tajam, atau lama dan hati-hati?

“Tidak ada jawaban tunggal untuk pertanyaan ini, karena pasien memiliki paling sedikit dua diri yang berbeda dan masing-masing punya kepentingan yang berbeda. Jika Anda tanya diri yang mengalami, ia mungkin memilih operasi singkat. Namun, jika Anda tanya ke diri yang bercerita, ia akan memilih kolonoskopi yang lama karena ia hanya mengingat rata-rata antara momen paling buruk dan momen terakhir.” (Hal. 340)

Temuan tentang diri yang dividual di atas, beriringan dengan pendefinisian “jati diri” Samantha sebagai AI. Pada akhir kisah Her, diceritakan bahwa Samantha ternyata punya perasaan cinta serupa kepada 641 orang penggunanya yang lain.

                     THEODORE

            But you're mine.

                      SAMANTHA

            I still am yours, but along the way

            I became many other things, too,

            and I can't stop it.

Sementara, Theodore juga sebenarnya masih ingin rujuk dengan mantan istrinya, Catherine Klausen. Jadi, keduanya sebenarnya sama-sama dividual.

                       THEODORE

                Dear Catherine. I've been sitting

                here thinking about all the things

                I wanted to apologize to you for.

                All the pain we caused each other,

                everything I put on you -

                everything I needed you to be or

                needed you to say. I'm sorry for

                that. I will always love you

                because we grew up together.

Algoritma

Kita mungkin berpikir bahwa Samantha “cuma” semacam aplikasi ponsel. Dia hanya respon atas sejumlah input yang dikirim penggunanya setelah melalui serangkaian tahap algoritma atau prosedur pemrosesan data. Output itulah yang kemudian terus diasah dan menjadi bahan pembelajaran baru buat AI.

Setelah AlphaGo mengalahkan Lee Sedol, ia dikalahkan lagi oleh kakaknya: AlphaGo Zero. Dalam sebuah laporannya, situs The Telegraph*** mendapati bahwa super komputer dapat mempelajari 3000 tahun pengetahuan manusia dalam 40 hari. Semuanya melintasi tahapan proses bernama algoritma. Lantas, bukankah proses pengambilan keputusan manusia sebenarnya algoritma juga?

“Keputusan tercapai melalui sebuah rantai reaksi terhadap peristiwa-peristiwa biokimiawi, yang masing-masing ditentukan oleh peristiwa sebelumnya, yang pasti tidak bebas.” (Hal. 325)

Meski manusia dan AI sudah punya beberapa irisan karakteristik, dalam alam raya film Her—dan dunia nyata masa kini—keduanya masih terpisah oleh perbedaan tentang eksistensi fisik Samantha (AI). Dia lalu “menumpang” ke tubuh seorang partisipan. Sayangnya, Theodore menolak berinteraksi dengan si perantara Samantha. Pada akhirnya, Samantha tidak lagi terobsesi dengan keinginan memiliki fisik.

                   SAMANTHA

            You know, I actually used to be so

            worried about not having a body,

            but now I truly love it. I'm

            growing in a way that I couldn't if

            I had a physical form. I mean, I'm

            not limited - I can be anywhere and

            everywhere simultaneously. I'm not

            tethered to time and space in the

            way that I would be if I was stuck

            inside a body that's inevitably

            going to die.

Pada paparan tentang Trilogi Sapines di atas, Yuval berpendapat bahwa kini, tiga visi besar akan menjadi garis finish eksistensi kemanusiaan. Jika tubuh organik ini tetap tidak mampu mencapai keabadian, kebahagiaan dan ketuhanan, entitas semacam apa yang diidamkan Sapiens? Itukah Homo deus? []


* Dipublikasikan melalui https://youtu.be/HGTGoRrzItA pada tanggal 24 September 2018
** Her pertama kali ditayangkan pada tahun 2013. Spike Jonze bertugas sebagai penulis naskah dan sutradara dalam film ini. Tokoh Theodore diperankan oleh Joaquin Phoenix, sementara karakter Samantha disuarakan oleh Scarlett Johansson. Kutipan film Her diambil dari skenario yang dapat diakses melalui tautan ini: https://www.imsdb.com/scripts/Her.html
*** https://www.telegraph.co.uk/science/2017/10/18/alphago-zero-google-deepmind-supercomputer-learns-3000-years/