Hegemoni  berasal dari bahasa yunani ( Hegemonia ), yang artinya dominasi kota/negara terhadap kota/negara lainya. Dengan cara menggunakan kekuasaan dan kekuatan.  Namun berbeda lagi hegemoni dalam pengertian Antonio Gramsci. Menurut Antonio Gramsci, hegemoni bukan dominasi dalam menggunakan kekuasaan dan kekuatan, tetapi hubungan  persetujuan menggunakan politik dan ideologis. Yang dimana ketertundukan diperoleh melalui penguasaan ideologi dari kelas yang menghegomoni. (Jurnal Translitera, Edisi 5/2017)

Hegemoni adalah senjata yang digunakan kapitalis untuk memainkan psikologi masyarakat dalam mempertahankan kekuasaan atau memperpanjang relasi penindasan. Lewat kelembagaan pendidikan, gereja dan media massa menjadi kaki tangan kapitalis untuk menghegemoni pola pikir masyarakat. Atau dalam suatu perusahaan buruh cenderung menerima persetujuan  karena kurangnya daya kritis dalam memahami realita sosial atau menerima segala konsensus sebagai suatu kewajaran dalam perusahaan. 

Namun dalam hal ini kita tidak akan menelitik lebih jauh bagaimana hegemoni kapitalis terhadap masyarakat lewat kelembagaan pendidikan, gereja atau buruh dalam perusahaan.  Tapi kita akan menkonseptualkan hegemoni eksploitasi kapitalis terhadap perempuan.

Jika dulu, sebelum masa peralihan feodalisme ke kapitalisme ( dalam konteks indonesia ), kaum perempuan cenderung mendominasi ranah domestik untuk memenuhi setiap kebutuhan keluarga ( Memasak,  mencuci, membersihkan  rumah, memenuhi semua kebutuhan makan minum suami dan anak ). Perempuan dikenal sebagai sosok yang lemah, tidak bisa menjadi pemimpin,  tidak pantas terlibat dalam dunia politik karena perempuan cenderung lebih menggunakan perasaan dari pada logika. 

Perempuan juga tidak mendapat kebebasan atas diri sendiri, baik sebelum menikah ataupun sesudah menikah.  Perempuan cenderung mengikuti segala perintah ayah atau suami tanpa perlu dipertanyakan.  Perintah ayah dan suami seolah menjadi perintah Tuhan yang mutlak dipatuhi kemudian dilaksanakan. 

Dari pola pikir perempuan sampai pada cara berpakaian perempuan diatur oleh norma-norma dalam masyarakat. Cara berpakaian perempuan pribumi berbeda dengan cara berpakaian entek belanda. Cara berpakaian pribumi rakyat biasa, harus juga berbeda dengan cara berpakaian perempuan pribumi yang berstatus kelurga kerajaan. Emansipasi perempuan dimasa feodal cukup berlangsung lama, kaum lelaki tampil sebagai kaum suporitas.

Namun ketika kapitalisme hadir sebagai formula baru dalam perekonomian, telah berhasil melengserkan kekuatan feodalisme yang sudah berlansung lama. Hal ini juga  membuka jalan bagi kaum perempuan untuk terlibat dalam ranah produksi. Atau dengan kata lain tidak lagi mendominasi ranah domestik. Meskipun tidak sepenuhnya. 

Kenapa tidak sepenuhnya? karena dilihat dari relita sekarang, sampai hari ini budaya patriarki masih ada yang mengakar dalam watak perempuan.

Lalu bagaimana hubungan teori hegemoni Antonio Gramsci dengan eksploitasi terhadap perempuan? Sejak hadirnya kapitalis dalam meruntuhkan sistem feodalisme, seolah menjadi angin segar untuk kaum perempuan. Kaum perempuan yang sebelumnya dikekang oleh budaya patriarki, kini dapat dapat memenuhi setiap ranah produksi. Kapitalis membuka ruang dalam gerakan perempuan. 

Tapi tetap saja, meskipun kapitalis membuka ruang untuk memenuhi ranah produksi, eksploitasi terhadap perempuan masih berlansung. Contoh konkritnya tenaga perempuan yang dieksploitasi tidak sebanding dengan hasil upah yang didapatkan. 

Karena  Kenapa? Karena kapitalis hadir dan menanamkan pola pikir baru bahwa ia sebagai sosok pahlawan dalam pembebasan perempuan dari sangkar patriarki. Pola pikir yang ditanamkan sangatlah kompleks. Dari pada perempuan terkekang oleh wilayah deomestik, lebih baik menjadi tenaga produksi meskipun dengan upah yang rendah. 

Namun eksploitasi kapitalis tidak hanya berfokus pada tenaga produksi perempuan, tapi eksploitasi ini merambat sampai pada tubuh perempuan. Yang dimana media massa sebagai kaki tangan kapitalis dengan gencarnya menanamkan standarisasi kecantikan untuk  perempuan. Perempuan digunakan sebagai objek untuk menarik minat penggunaan produk yang diproduksi oleh tenaga produktif. 

Dengan ciri tertentu ( tinggi, berkulit putih, hidung mancung, mulus dll ), mampu menarik minat penggunaan suatu produk, lewat eksploitasi tubuh perempuan. Tak berhenti sampai disitu, kapitalis memperhalus cara mainya lewat wacana kebebasan. Saya sepakat ketika kaum perempuan berbicara tentang kebebasan ( kebebasan berpendapat, kebebasan berbicara, kebebasan berpakaian ), karena history tentang emansipasi perempuan tidak akan pernah habis untuk dibicarakan.

Namun ketika kebebasan dan cantiknya perempuan menjadi objek untuk mengakumulasi kekayaan, maka jangan berpikir bahwa kebebasan perempuan itu ada. Sebab kebebasanmu adalah nilai lebih bagi sang kapitalis

Lewat ajang kecantikan dunia, perempuan menjadi objek untuk menarik minat masyarakat dunia. Lelaki akan tertarik dengan tubuh perempuan yang diekploitasi, berlenggok setengah telanjang diatas panggung. Dan untuk perempuan, untuk menjadi cantik harus menggunakan produk kecantikan yang digunakan oleh model kapitalis, atau jenis pakaian yang digunakan. Hal ini ketika sudah tertanam dalam pola pikir masyarakat, maka dengan sendirinya masyarakat akan menjadi manusia-manusia konsumeris. Menggunakan sesuatu bukan lagi berdasarkan kebutuhan, tapi berdasarkan keinginan.