Harap (Raja’) secara etimologi adalah perasaan hati yang senang berharap atau optimis. Raja’ adalah perasaan hati yang senang karena menanti Raja’ adalah perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang diinginkan dan disenangi. Secara terminology raja’ diartikan sebagai suatu sikap mental optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat ilahi yang disediakan bagi hamba-hambaNya yang shaleh. Takut (khauf) secara bahasa beraasal dari kata khofa, yakhofu, khoufan, yang artinya takut.

Yang dimaksud takut disini adalah sikap jiwa yang menunggu sesuatu yang tidak disenangi oleh Allah , atau kegalauan hati yang membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya. Raja’ (pengharapan) berbeda dengan tamanni (angan-angan). Sebab, orang yang berharap adalah orang yang mengerjakan sebab, yakni ketaatan, seraya mengharap ridha dan pengabulan dari Allah. Sedangkan orang yang berangan-angan meninggalkan sebab dan usaha, lalu dia menunggu datangnya ganjaran dan pahala dari Allah.

Orang semacam inilah yang terekam dalam sabda Nabi, “dan orang yang lemah adalah orang yang selalu menurutkan hawa nafsunya dan baerangan-angan terhadap Allah.” (HR. Tirmidzi). Al-Ashfahani menyatakan bahwa kha’uf adalah “Perkiraan akan terjadinya sesuatu yang dibenci karena yang bertanda yang diyakini, sebagai harapan dan hasrat tinggi itu adalah perkiraan akan terjadinya sesuatu yang disenangi karena pertanda yang diduga atau diyakini, baik dalam urusan duniawi ataupun ukhrawi".

Ia pun melihat ada dua istilah yang berkaitan dengan hal ini, yaitu al-Khauf minallah (takut dari Allah), maksudnya adalah bukan berupa ketakutan kepada Allah yang bergetar dan terasa didada manusia seperti takut kepada singa. Tetapi yang dimaksud dengan hal ini adalah takut dari perbuatan maksiat dan selanjutnya mengarahkannya untuk tunduk dan patuh kepada Allah. Oleh sebab itu, tidaklah disebut sebagai seorang yang takut kepada Allah, apabila belum sanggup menghilangkan perbuatan-perbuatan dosa.

Dan yang kedua, at-Takwif minallah (membuat seseorang takut akan Allah) adalah perintah agar tetap melaksanakan dan juga memelihara kepatuhan kepada-Nya. Separti halnya disebut di dalam Qs. Az-Zumar [39]: 16. Artinya: “Demikianlah Allah membuat takut hamba-hamban_Nya dengan ajab itu. Maka bertakwalah kepada_Ku hai hamba-hamba_Ku.” Dalil al-Qur’an tentang Khuf (Harap) yakni: di dalam QS. Yusuf : 87. Artinya: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya  dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (Q.s. Yusuf : 87)

Dan Allah menyifati orang yang selalu mengharap rahmat-Nya dalam firman-Nya. Di dalam Qs. Al-Baqarah : 218. Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Al-Baqarah : 218). Hadis-hadis nabi juga banyak yang menganjurkan untuk selalu mengharap rahmat Allah. Diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik:

“Wahai anak Adam, sesungguhnya selama kamu bermohon kepada-Ku dan ber-raja’ pada-Ku, Aku pasti mengampunimu atas segala keadaanmu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, kalualah dosa-dosamu mencapai langit kemudian kamu memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu. Wahai anak Ada, jika sekiranya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa dosa/ kesalahan sebanyak isi bumi tetapi kamu tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku akan datang dengan kemampuan sebanyak isi bumi pula”. (HR. Turmudzi).

Dalil al-Qur’an tentang Khauf, di dalam Qs. Annur : 52. “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan”. (Q.s Annur :52) juga di dalam Q.s ali Imron : 175. Yang artinya: “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Q.s Ali Imron : 175)

Al-Ashfahani menyatakan bahwa khauf adalah “Perkiraan akan terjadinya sesuatu yang dibenci  karena pertanda yang diduga atau diyakini, sebagaimana harap dan hasrat tinggi itu adalah perkiraan akan terjadinya sesuatu yang disenangi karena pertanda yang diduga atau diyakini, baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi”. Macam-macam Raja’ dan Khauf yakni ialah seperti macam-macam Raja’. Ada dua macam termasuk raja’ yang terpuji pelakunya sedangkan satu lainya adalah raja’ yang tercela.

Yaitu: Seseorang mengharap disertai dengan amalan taat kepada Allah di atas cahaya Allah, ia senantiasa mengharap pahala-Nya. Seseorang yang berbuat dosa lalu bertaubat darinya, dan ia senantiasa mengharap ampunan Allah, kebaikan-Nya kemurahan-Nya. Adapun yang menjadikan pelaku-Nya tercela ialah seseorang yang terus-menerus dalam kesalahan-kesalahannya lalu mengharap rahmat Allah tanpa diiringi amalan. Raja’ yang seperti ini hanyalah angan-angan belaka, sebuah harapan yang dusta.

Macam-macam Khauf, Khauf thabi’i seperti orang takut kepada hewan buas, takut api, takut tenggelam, maka rasa takut semacam ini tidak membuat orangnya dicela akan tetapi apabila rasa takut ini  menjadi sebab dia meninggalkan kewajiban atau melakukan yang diharamkan maka hal itu haram. Khauf ibadah adalah seseorang merasa takut kepada sesuatu sehingga membuatnya tunduk beribadah kepadanya maka hal yang seperti inilah tidak boleh ada kecuali ditujukan kepada Allah Ta’ala.

Adapun menujukan kepada selain Allah adalah syirik akbar. Khauf sirr seperti halnya orang takut kepada penghuni kubur atau wali yang berada di kejauhan serta tidak bisa mendatangkan pengaruh baginya akan tetapi dia merasa takut kepadanya maka para ulama pun menyebutnya sebagai bagian dari syirik. Ciri-ciri Raja’ dan Khauf yakni : Adapun ciri-ciri raja’ adalah Memiliki sifat jiwa yang optimis dan penuh semangat dalam menjauhi kehidupan yang bersifat bersenang-senang.

Menghargai waktu dan kesempatan untuk senantiasa di isi dan dimanfaatkan dengan pekerjaan yang baik dan bermaslahat. Meyakini bahwa Allah Swt, adalah maha pengasih dan lagi maha penyayang bagi hambanya. Tekun dan ulet dalam mengerjakan suatu pekerjaan meskipun sering dihadapkan pada kegagalan dan kerugian. Tidak lekas prustasi dan patah semangat dalam menjalani suaru tugas belajar ataupun bekerja.

Adapun ciri-ciri khauf adalah Senantiasa menjauhi dan menghindari perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt. Tampak berani menghadapi setiap rintangan, sepanjang untuk membela kebenaran. Jika disebutkan nama Allah kepadanya, hatinya bergetar dan jiwanya khusuk mengagumi keagungan Allah. Mampu menjaga tutur kata dan perbuatannya dari perilaku maksiat yang di larang oleh Allah. Semakin hari bertambah rajin ibadahnya dan serta amal kebaikannya.

Hubungan Kesinambungan Khauf dan Raja’. Berbicara tentang hubungan antara khauf dan raja’ sangatlah berkesinambungan. Sebab setiap orang yang raja’ pastilah ia khauf. Misalkan seorang pejalan untuk pergi kesuatu pengajian, jika ia takut untuk ketinggalan, ia pastilah mempercepat langkah demi langkahnya, kalau-kalau ia tidak mendapatkan yang ditujunya. Ibnu Qayyim mengatakan bahwa dalam perjalanan menuju tuhan, cinta, takut, dan harapan merupakan inti. Sebab setiap orang yang mencintai tentu berharap dan takut.

Mengharap apa yang ada pada diri kekasih dan takut tidak diperhatikan oleh kekasih ataupun ditinggalkan, sehingga setiap cinta disertai rasa takut dan harapan. Karena perjalanan menuju Tuhan tidak terlepas dari dosa dan mengharapkan ampunan, tidak terlepas dari amal saleh, dan mengharapkan diterima, tidak lepas dari istiqamah, dan meng harapkan kekekalannya, dan tidak lepas dari kedekatan Tuhan dan mengharapkan pencapaiannya.

Hubungan khauf dan dan raja’ digambarkan dengan takut kepada neraka-Nya, dan mengharapkan surga-Nya, takut jauh kepada-nya, dan dan senan tiasa mengharapkan untuk berada di dekat-Nya, takut ditinggalkan-Nya, dan mengharapkan ridha-Nya, takut putus hubungan dengan-Nya, dan berharap agar dapat terus berinteraksi dengan-Nya.