Entah mitos atau fakta, dibandingkan dengan profesi lainnya, orang yang berprofesi guru itu lebih awet muda. Terlepas dari rutin atau tidaknya, dia memakai skin care lho, ya.

Banyak guru, khususnya guru Sekolah Dasar yang tidak kentara kalau sudah tidak muda lagi (baca : tua). Salah satunya adalah saya sendiri. Banyak orang yang tidak percaya kalau saya sudah JELITA alias jelang lima puluh tahun. Mereka mengira saya masih berusia dua puluh plus. Haduh!

Bahkan, rekan sesama guru yang sudah ALITA alias atas lima puluh tahun, masih suka pakai tas ransel dan sepatu kets. Outfitnya nggak kalah keren dari anak SMA. Asal bukan kelakuannya, ya nggak masalah kan, ya.

Itu baru satu kelebihan jadi guru SD. Banyak hal yang menarik dan boleh diintip orang lain tentang guru SD

Pertama, guru SD itu punya suara merdu melebihi Hetty Koes Endang, atau bahkan Sundari Soekotjo. Suara merdu versi muridnya lho, ya. Suara adalah modal utama guru ketika di kelas. Lah setiap harinya, dia harus konser di depan kelas biar murid-muridnya semangat memulai pelajaran. Mulai lagu bintang kecil hingga lagu yang sedang ngetren, dia bisa menyanyikannya.

Menyanyi adalah salah satu keahlian yang dianjurkan untuk dimiliki oleh seorang guru. Bahkan biar lebih menarik dan menyenangkan, rumus matematika, nama-nama mata angin dan banyak materi pelajaran bisa dijadikan lirik lagu. Anak-anak pun suka dan mereka jadi lebih mudah menghafalnya.

Meski tidak bisa atau tidak suka menyanyi dengan alasan belum pernah kursus olah vokal, guru harus memaksimalkan suaranya dalam pembelajaran. Sehingga muridnya bisa mendengar dengan jelas apa yang disampaikan.

Tak heran, bila di penghujung pekan, suara guru semakin serak-serak tak karuan. Baru lah setelah libur di akhir pekan, suara itu kembali normal dan siap berkonser lagi di kelas selama sepekan ke depan.

Kedua, guru SD itu pendengar yang baik. Dia harus mendengarkan curhatan dari emak murid-muridnya. "Mengapa anak saya begini dan begitu" curhatan emak-emak yang anaknya butuh perhatian. Curhatan emak murid SD lebih seru dan lebih banyak daripada emak-emak yang anaknya sudah SMP atau SMA.

Di kelas, guru juga menyiapkan telinganya untuk mendengarkan berbagai cerita dari murid-muridnya. Cerita-cerita yang mungkin terdengar tidak penting, namun dengan mendengarkan cerita itu adalah salah satu bentuk perhatian dari guru untuk murid-muridnya.

Ketiga, tidak ada istilah moody bagi guru. Apapun yang terjadi, seorang guru harus siap beraksi untuk mengajar di depan kelas. Entah hatinya sedang senang, galau atau sedih, dia harus tampil percaya diri. Tersenyum dan menyemangati muridnya. Padahal bisa jadi hatinya sedang tidak baik-baik saja.

Ada masalah apapun di rumah, tak lantas membuatnya meninggalkan kelasnya begitu saja. Sangat jarang atau bahkan tidak pernah terjadi, karena sedang galau, guru kemudian hanya memberikan tugas kepada murid-muridnya.  Lantas dia pergi untuk menenangkan hati. Nah, gimana kalau murid kelas satu? Jadi ramai kelasnya dan bisa-bisa kepala sekolah akan meminta klarifikasi kepadanya. Tambah pusing kan jadinya?

Keempat, guru SD itu memiliki banyak talenta tapi semakin menurun IQ nya. Nah, ini sungguh aneh tapi nyata. Guru SD dituntut untuk serba bisa. Ketika diminta untuk mengajar matematika, seni, olahraga, atau bahasa Indonesia, guru harus bisa dan siap sedia. Sehingga, guru harus cepat belajar memahami materi baru untuk selanjutnya ditransferkan pada murid-muridnya.

Sayangnya, pas ada materi-materi yang agak berat mikirnya seperti soal-soal olimpiade, dia agak gelagapan jadinya. Satu rekan sesama guru pernah curhat ke saya, kalau sekarang bahkan dia lupa rumus volume tabung, limas, bola dan teman-temannya. Semuanya tiba-tiba hilang dari ingatannya.

Ini terjadi karena setiap hari dia mengajar materi berhitung dasar : menjumlah dan mengurang serta perkalian, pembagian. Sedang dia adalah lulusan matematika dari kampus ternama. Tapi ini memang nyata adanya. Begitu juga dengan saya yang sudah melupakan pembahasan tentang limit dan diferensial. Materi yang tidak diperlukan di kelas saya sekarang. Maka, saya pun telah melupakan.

Kelima, guru SD itu full sabar dan full senyum.

Banyak murid kelas satu yang belum lancar membaca dan menulis. Bahkan ada yang abjad saja, tidak dikenalnya. Guru kelas satu lah yang kerja keras namun dengan lembut dan sayang mengajari muridnya membaca dan menulis.

Belum lagi, anak kelas satu yang masih takut-takut di lingkungan baru, guru baru dan teman baru. Salah satu akibatnya, banyak anak yang ngompol di celana. Hal ini terjadi akibat campuran antara kebelet, malu dan takut untuk ijin ke kamar mandi.

Alhasil, pekerjaan guru tidak hanya seputar mengajar di kelas. Ada beberapa kali dalam sehari, guru juga berputar antara kelas dan kamar mandi.

Semua itu dikerjakan guru dengan senyum manisnya. Mungkin itulah yang jadi rahasia terbesar mengapa guru lebih awet muda. Sudah banyak yang mencoba dan membuktikannya. Apakah Anda juga?