Pelantikan mentri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, telah selesai. Begitu pula kepala BRIN juga telah dilangsungkan. Atas nama keperluan investasi, maka urusan riset dimasukkan ke kementerian pendidikan.
Jangan sampai ini coba-coba. Dimana sebelumnya, justru kementerian ristek digabungkan dengan pendidikan tinggi. Setelahnya, urusan pendidikan tinggi dikembalikan ke kementerian pendidikan.
Berjalan dua tahun kabinet Indonesia Maju, kembali dilakukan perombakan. Kalaulah kita menyimak pesan iklan minyak angin yang sementara dicari-cari karena menjadi penghadang covid-19, itu tidak bisa dicoba-coba. Apalagi kalau urusan kementerian.
Semasa mempercakapkan ini, kemudian salah satu nama yang menjadi asosiasi untuk soal riset adalah Habibie.
Hanya karena memanggul amanah sebagai wakil presiden, jabatan sebagai mentri riset kemudian ditanggalkannya.
Selama duduk di bangku sekolah dasar, dalam masa orde baru. Setiap kali pembentukan cabinet yang dinamakan kabinet Pembangunan, hanya angkanya yang berubah. Presidennyapun juga tidak pernah berubah dalam kurun waktu 32 tahun.
Begitu pula dengan menristek, dimana Habibie menjabatnya selama dua puluh tahun. 1978 sampai dengan 1998.
Jikalau menjadi murid dalam masa tersebut, maka nama Habibie boleh jadi menjadi salah satu hapalan yang harus disebutkan.
Nama Habibie, selain pada soal riset juga berhubungkait dengan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia. Awal pembentukannya, sekelompok anak muda menghadap ke Habibie untuk memintanya menjadi ketua umum.
7 Deseember 1990, dihadiri langsung Presiden Soeharto. Dibukalah muktamar ICMI di Universitas Brawijaya, Malang. Dalam perhelatan tersebut, Habibie secara aklamasi dipilih menjadi ketua umum.
Kehadiran ICMI kemudian menjadi kesempatan untuk mendekatkan Soeharto dengan kalangan masyarakat muslim. Walau dalam pendiriannya, terdapat pro dan kontra. Bahkan Gus Dur menolak sama sekali untuk bergabung.
Justru Gus Dur kemudian mendirikan lembaga tersendiri yang dinamakan Forum Demokrasi disingkat FORDEM. Bergabung diantaranya kawan-kawan dekat Gus Dur, Marsilam Simanjuntak dan Bondan Gunawan. Keanggotaan yang tak luas, hanya sekitar empat puluh orang.
Hanya saja, tidak satu pilihan agama. Sehingga terjadi pluralism dan juga keberagaman keyakinan. Tujuannya digariskan dengan lugas: membela pluralisme dan demokrasi.
Orang-orang yang berada dalam sekeliling Gus Dur di FORDEM inilah yang juga kemudian menjadi pembantu Gus Dur ketika menjadi Presiden RI keempat.
Gus Dur memandang bahwa pembentukan ICMI tak lain adalah politik sectarian. Dimana Pak Harto mulai kehilangan dukungan militer. Dengan pembentukan ICMI akan mendapatkan legitimasi kekuasaan dari kalangan muslim modernis (perkotaan).
Baik FORDEM maupun ICMI tetap berjalan bersama. Walau keduanya juga saat ini terdengar sayup. Kalau tidak dikatakan sudah menghilang. Dimana spirit pendirian berada dalam genggaman para tokoh.
Spirit yang sama bolehjadi tidak diwarisi. Ataupun berada dalam suasana yang berbeda. Dimana anak muda yang kadang juga disebut milenial lebih memilih untuk berkomunitas. Tidak lagi menggabungkan diri dalam sebuah organisasi yang besar dan kaku.
Pada nama Habibie-lah kita asosiasikan BPPT, dan juga lembaga riset lainnya.
Hari-hari ini, ada ujian untuk menempatkan lembaga-lembaga itu dalam wilayah koordinasi ataukah penyatuan ke BRIN.
Belum lagi, pro dan kontra dimana untuk kelembagaan BRIN ini akan ada Dewan Pengarah yang berkoordinasi dengan BPIP.
Nama yang disebut diantaranya, Megawati Soekarno Putri. Presiden RI kelima. Juga ketua umum PDIP yang tak tergantikan, sejak pemisahan dari Partai Demokrasi Indonesia tahun 1999. Sementara induk semangnya sendiri PDI, tidak eksis lagi saat ini.
Kiprah BPPT tidak saja dalam aktivitas setingkat kementerian. Sampai saat ini, di Jombang berdiri sekolah menengah yang diprakarsasi BPPT. Saya mengartikannya bahwa untuk mendorong pengembangan riset tanah air, dilakukan sejak sekolah menengah.
Begitu pula, BPPT mendirikan sekolah insan cendekia. Hanya saja seiring dengan penetapan undang-undang pendidikan nasional dimana pengelolaan pendidikan tidak lagi dapat dilakukan selain departemen pendidikan dan departemen agama.
Selanjutnya, sekolah itu yang awalnya hanya di Serpong dan Gorontalo, diambilalih oleh departemen agama dan dinamakan Madrasah Aliyah Insan Cendekia. Kini madrasah dengan basis pengelolaan sains itu, tersebar tidak lagi di awal dua tempat yang ada. namun sudah menjangkau Sorong di Papua.
Sejauh ini sudah ada 20 MAN IC. Di Sumatera sendiri, terdapat di Siak, Aceh Timur, Bengkulu, Tapanuli Selatan, Batam, dan Jambi. Sementara itu, di timur Indonesia, juga berdiri di Palu, Kendari, Maluku Utara, dan Lombok Timur. Begitu pula di Kalimantan, didirikan di Tanah laut, Paser, dan Sambas.
Hampir merata ke seluruh provinsi di tanah air. Madrasah yang diasramakan, juga menyematkan kurikulum sains dalam bagian pembelajaran.
Krisis moneter menjadi salah satu momentum ketidakberdayaan semua program strategis yang dicanangkan Habibie. Termasuk PT. Dirgantara yang harus berhenti beroperasi, walaupun berjalan dengan pelbagai hambatan.
Diantara itu juga PT. PAL yang fokus pada urusan kapal. Sampai kita mendapat tragedi kemanusiaan dengan tenggelamnya kapal selam satu persatu. Kitapun tidak punya kuasa apa-apa terkait dengan teknologi itu.
Kini, dengan hadirnya BRIN akan menjadi kesempatan untuk menetapkan arah tata kelola riset kita ke depan. Dimana dengan keberadaan Habibie dalam Visi Indonesia-nya, justru tidak dapat membawa kita pada negara dengan pembangunan yang tinggal landas.
Justru kita harus kembali ke hanggar, dan berbenah diri. 20 tahun reformasi, justru memberikan kita ologarki, dinasti politik, dan sebuah kegamangan.