Di zaman yang semakin pesat berkembang seperti saat ini, energi menjadi salah satu objek utama dalam permasalahan internasional. Beberapa negara – negara di dunia, tidak terkecuali Rusia, menganggap penting segala macam bahan energi mulai dari batu bara, minyak bumi, dan gas alam sebagai bagian dari proses pertumbuhan ekonomi nasional serta produk pasar internasional.
Salah satu perusahaan gas alam dan minyak yang terkenal di dunia dan berasal dari Rusia adalah Gazprom. Gazprom diketahui mengontrol hampir seperempat dari cadangan gas alam dunia. Rusia memanfaatkan kedudukannya dengan memiliki kekuatan senjata nuklir dan militer yang besar dalam memainkan perannya dalam politik serta keamanan internasional.
Gazprom milik Rusia menjadi salah satu pemimpin di bidang ekspor dalam pasar Eropa dan dunia. Dengan mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh Kremlin, Gazprom dapat menjalankan bisnisnya. Konflik yang terjadi antara Ukraina dengan Rusia mengenai perebutan status kepemilikan wilayah Krimea menjadikan hubungan Rusia dan Uni Eropa dalam hal ekspor gas alam terganggu.
Bekerja sama dengan Amerika Serikat serta beberapa negara lainnya, Uni Eropa kemudian menetapkan sanksi terhadap Rusia dengan memfokuskan sasaran terhadap sektor keuangan dan energi. Sanksi diberikan dengan memberi batasan terhadap akses ke pasar modal Uni Eropa, bahkan hingga pemberlakuan embargo militer yang terjadi pada 2014-2016.
Rusia pun kemudian memutar otak guna menemukan cara dalam menstabilkan kembali ekonomi nasionalnya dengan menjadikan Tiongkok sebagai pengekspor bagi Rusia. Namun, sayangnya kerja sama antara keduanya harus tertunda akibat terdapat perbedaan paham mengenai jalur pipa, tarif, harga, serta sistem pembayaran yang sebelumnya telah disepakati oleh kedua pihak pada pertemuan tahun 2010, 2011, dan 2013.
Pada tahun 2015, GazProm menandatangani dokumen joint action plan dengan CNPC (China National Petroleum Corporation) yang berisikan proyek gas fired power guna menganalisa apakah memungkinkan untuk melakukan proyek penyimpanan gas di 3 wilayah China, yakni: Jiangsu, Zheijang, dan Heilongjiang.
Kemudian disusul dengan penanda tanganan MoU antara GazProm dan CNPC di Beijing. Walaupun dapat dikatakan Rusia dalam posisi yang cukup sulit akibat sanksi yang dijatuhkan. Namun, Rusia masih memiliki kesempatan dengan cara memanfaatkan kekuatan gas alamnya.
Rusia menggunakan kesempatan tersebut sebagai salah satu “alat politik” supaya perlahan – lahan Uni Eropa bersedia menarik sanksi ekonomi yang dijatuhkan kepada Rusia. Tiongkok yang memiliki pertumbuhan industri yang setara dengan jumlah konsumsi gas alamnya, menjadikannya sebagai pintu masuk Rusia kepada pasar Asia Pasifik yang jangkaunnya lebih luas lagi.
Respon Rusia terhadap sanksi yang dijatuhkan oleh Uni Eropa sama sekali tidak memperlihatkan perubahan sikap politiknya terhadap Krimea. Hingga saat ini, pihak – pihak internasional masih mempermasalahkan atau mempersengketakan wilayah Krimea.
Di sisi lain, Rusia sama sekali tidak masalah mengenai status sengketa tersebut dan tetap menyatakan bahwa Krimea merupakan kedaulatan dari Negara Federasi Rusia.
Sebelum runtuhnya Uni Soviet, GazProm beralih menjadi asosiasi perusahaan. GazProm didirikan pada 1989 oleh Kementrian Industri Gas Uni Soviet dengan Viktor Chernomyrdin sebagai ketuanya. Kemudian setelah runtuhnya Uni Soviet, pemerintah Rusia membat suatu kebijakan mengenai privatisasi GazProm yang kemudian tercantum pada Dekrit Presiden 5 November 1992.
Apabila dipandang melalui sudut pandang politik, energi merupakan salah satu alat yang digunakan dalam kebijakan luar negeri guna mewujudkan kepentingan dalam negeri suatu negara serta diposisikan sebagai agenda utama dalam suatu kebijakan.
Rusia yang merupakan negara dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap energi gas menjadi sebuah keuntungan sekaligus kerugian terhadap negaranya. Dikatakan keuntungan karena kekayaan gas alam yang dimiliki Rusia dapat menolong perekonomian negaranya, namun kerugian pun dapat datang apabila Rusia mengalami krisis dikarenakan energi tersebut merupakan sumber pendapatan terbesar mereka.
GazProm dianggap merupakan alat yang tepat dalam mengatur energi sebagai kekuatan Rusia serta menjadi pusat bagi setiap kebijakan luar negeri Rusia yang bertentangan dengan Kremlin. Untuk dapat menyalurkan gas hingga ke berbagai penjuru, GazProm kemudian bermitra dengan perusahaan asing yang memiliki hubungan dengan bidangnya, salah satu contohnya adalah perusahaan Shell.
Gas yang diambil GazProm berasal Asia Tengah lalu kemudian melewati Laut Kaspian sebagai jalur perdagangannya. Maka dari itu, apabila kita melihat secara potensi, dapat dikatakan bahwa Rusia memiliki peluang besar dalam mengembangkan dan meningkatkan perannya dalam persaingan energi global. Kekayaan energi yang dimilikinnya tersebut dapat membantu Rusia dalam memperluas pengaruhnya.
Dalam mencapai kepentingan negaranya, Vladimir mengatakan bahwa Rusia menggunakan potensi energi cadangannya dalam meningkatkan status internasional.
Beberapa skenario yang sangat sering digunakan Rusia dalam pemanfaatan energinya adalah dengan membuat cadangan energi seolah – olah menjadi jaminan dalam upaya peningkatan ekspansi pasar migas.
Cadangan energi juga digunakan dalam menarik perhatian investor – investor agar berpartisipasi dalam proyek pengembangan perusahaan migas Rusia.
Dapat dikatakan bahwa GazProm digunakan Rusia sebagai jembatan politik energi, tidak terkecuali kepada Uni Eropa.