Cinta mampu mengubah seseorang dalam hitungan detik. Cinta bisa membuat tangis menjadi tawa, tawa menjadi tangis, lemah menjadi kuat. Cinta ibarat bahan bakar yang menggerakan mesin. Cinta ibarat matahari yang merangi dunia. Cinta dijadikan indah oleh Allah sebagaimana yang difirmankan dalam Surat Ali 'Imran Ayat 14

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Pengertian Cinta 

Para ahli berpendapat bahwa lafadz cinta yang dalam bahasa arab berarti al-hubb berasal dari kata al-qurd, yang artinya anting-anting, karena anting anting itu selalu bergerak, cenderung berguncang guncang di telinga yang memakainya. Sama seperti keadaan orang yang sedang jatuh cinta, hatinya selalu berguncang-guncang, selalu memikirkan keadaan kekasihnya, tidak pernah merasa tenang.  

Cinta hakikatnya harus tertanam pada manusia seperti yang dikatakan oleh Dr. Muhammad Al Qarni  bahwasannya "Cinta adalah himpunan nilai-nilai manusia yang menjelma di dalamnya makna hakiki dari kata "manusia".  Manusia yang tidak mau mencintai akan kehilangan makna sebagai manusia. Karenanya kehilangan cinta adalah kehancuran bagi manusia.

Membahas tiga macam Cinta.

Pertama, Cinta itu universal. Namun, ada yang baku, ada yang diusahakan ada juga yang dicari. Ada yang umum ada juga yang khusus. Orang tua mencintai anak dan sebaliknya, itu cinta yang sudah baku atau umum (sudah biasa). Mencintai kebaikan juga cinta umum.

Kedua, Mencintai hewan atau tumbuhan adalah cinta yang khusus tidak semua orang mencintai tumbuhan atau binatang tertentu. Yang termasuk juga cinta khusus yang paling populer adalah cinta seorang lelaki pada seorang wanita. Dikatakan khusus karena tidak semua wanita dicintai begitu pun sebaliknya. 

Ketiga, Yang terakhir adalah cinta sejati di mana cinta yang tidak pernah luntur (sejati). Mencintai manusia, hewan atau tumbuhan ada waktunya. Suatu saat cinta itu akan hilang. Sementara Allah swt Maha kekal, maka cinta kita kepada-Nya harus kekal (sejati).

Kisah Klasik dari Taman Cinta

Berikut ini kisah-kisah klasik cinta anak manusia yang menggambarkan perbedaan dalam memahami cinta.

Di tanah Arab, terkenal kisah Laila Majnun yang mengisahkan pemuda Qois, seorang anak kepala suku Bani Amir di Arabia Utara yang mengalami duka yang sangat dalam hingga ia menjadi gila (majnunKarena cintanya yang telah menyatu dengan Laila begitu saja direnggut oleh orang tuannya. Laila pun menderita karena pemuda tersebut tidak ia cintai. Hingga saking menderitanya ia pun meninggal dunia. Sedangkan Qois yang sering menjiarahi makam kekasihnya itu meninggal pula sambil memeluk batu nisan di atas pusara kecilnya.

Di Yunani  terkenal kisah Sappo, seorang wanita yang bunuh diri dengan menerjunkan diri dari puncak karang yang hingga sekarang itu dikenal dengan "loncatan sappo" . Ia melakukan itu dikarenakan cintanya tidak kesampaian.

Khalil Gibran, yang mendapat julukan: "The Immortal Propeth Of Lebanon", menderita hingga akhir hayatnnya karena cinta yang tidak kesampaian dengan kekasihnya Selma Al-Karimi, yang direnggut seorang penguasa. Pengalaman batin yang luka ia curahkan dalam buku "Al-Ajninanh Mutakaatsiroh", atau sayap-sayap patah, yang telah diterjemahkan dalam 20 bahasa dan hingga kini buku itu masih menduduki daftar best seller sejak terbitnya pertama kali tahun 1923 karena bahasa puitisnya yang sangat menyentuh.

Belum lagi cerita dari Barat , Romeo dan Juliet , yang rela bunuh diri bersamaan daripada cinta tidak bersatu. Bahkan dari Indonesia terkenal kisah Siti Nurbaya yang mengisahkan petualangan kisah dua insan, Syamsul Bahri dan sitti Nurbaya. sebagaimana kisahnya pada akhirnya kisah mereka berdua berakhir tragis.

Juga masih atas nama cinta Robi'ah Al-adawiah menolak lamaran Sufyan As-Tsauri karena tidak mau menduakan cintanya terhadap Sang Khalik. Al-Ghazali menangis jika sehari saja tidak menemui kekasihnya (Allah swt.), bahkan ia tak berani membunuh nyamuk dan membiarkannya kenyang menghisap darah karena takut kekasih yang menciptakan nyamuk itu murka. Sang sufi, Jalaluddin E-Rumi, bahkan rela menghambatkan diri kepada yang dicintainya, Allah swt. 

Cinta itu indah Tapi karena cinta , manusia merintih dan menangisi hidup sepanjang masa. Atas nama cinta seseorang tega mengakhiri hidup secara tragis. Atas nama cinta seseorang tega membunuh sesama dan memicu kerisuhan yang menghanguskan ribuan rumah. Itulah cinta yang menjadi kambing hitam. Sebenarnya, Islam tidak melarang cinta. Tapi melarang segala tindak kejahatan yang dilakukan atas nama cinta.

Referensi:  Al-Ghifari, Abu. 2005. Remaja dan Cinta. Bandung: Mujahid press