Setiap manusia yang terlahir di muka bumi ini memiliki perbedaan-perbedaan yang menjadi ciri khas satu sama lain. Perbedaan ini tak dapat dielakkan. 

Berangkat dari awal mula kelahiran manusia itu sendiri, setiap orang terlahir dari ayah dan ibu yang berbeda. Pun, ketika terlahir dari ayah dan ibu yang sama, pasti tetap akan memiliki pembeda di antara mereka. Maka dari itu, sudah menjadi keniscayaan jika setiap orang berbeda satu sama lain.

Hal ini juga berlaku untuk perbedaan tingkah laku, sifat, emosional, perkembangan diri, pertumbuhan diri, dan lain sebagainya. Setiap ayah dan ibu yang melahirkan anak-anaknya harus menyadari hal ini. Bahwa tiap anak-anak yang dimilikinya terdapat perbedaan satu sama lain. Meskipun lahir dari satu rahim dan satu sel sperma yang sama. Pemahaman akan hal ini akan membuat orang tua dapat menerima dan memahami anak sepenuhnya.

Lebih jauh lagi, anak-anak yang sudah melewati masa pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan memasuki dunia pembelajaran. Dunia pembelajaran yang dimaksud di sini adalah anak-anak akan berada dalam lingkungan pendidikan yang baik untuk menjadi bekal hidupnya di kemudian hari. Pendidikan formal maupun non-formal (sebelum masuk sekolah) akan diberikan kepada anak.

Sebelum memasuki masa sekolah, orang tua pasti sudah membekali anak-anaknya dengan pengetahuan dasar. Seperti nama-nama benda di sekitar, menghitung dasar seperti mengenal angka dan jenis-jenis operasi hitung, mengenal huruf, dan lain sebagainya. Di sini, saya akan membahas satu hal yang bersinggungan dengan proses pembekalan yang diberi orang tua kepada anak.

Ketika membekali anak di rumah atau menemani anak belajar sesuai dengan tahap perkembangannya, orang tua harus mengerti dan mengenali gaya belajar yang dimiliki oleh si anak. Ibu atau ayah yang menjadi pendamping belajar si buah hati dapat memperhatikan gaya belajar apa yang dimiliki oleh si anak. Secara garis besar, terdapat tiga gaya belajar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik.

Belajar itu sendiri adalah proses menyatukan antara kognitif, emosi, lingkungan, dan pengalaman untuk memperoleh dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai pada diri seseorang. Sedangkan gaya belajar adalah cara yang disukai dan dominan dilakukan seseorang untuk mengetahui sesuatu. Nah, bagi orang tua yang mengajarkan sesuatu pada anaknya, lebih baik mengetahui hal ini terlebih dahulu.

Dengan mengetahui gaya belajar yang dimiliki oleh si anak, dapat membantu si anak mudah untuk memahami apa yang dipelajari. Juga, maksud dari apa yang akan diajarkan akan tersampaikan dan diterima baik oleh si anak. Di lain kesempatan, saya akan membahas lebih detail tentang ketiga gaya belajar ini. Kali ini saya akan berbagi tentang media pembelajaran yang dapat mencakup tiga gaya belajar sekaligus.

Menurut saya, media pembelajaran yang dapat mencakup tiga gaya belajar sekaligus adalah flashcard. Flashcard terdengar masih asing di telinga para orang tua saat ini. Wujud dari flashcard ini adalah kartu dengan dua sisi yang memuat gambar dan tulisan di masing-masing sisinya. Sisi depan berisi gambar dan sisi belakang berisi tulisan, ataupun sebaliknya. Secara fisik, flashcard memang seperti kartu permainan belaka, namun inti yang terkandung di dalamnya adalah pembelajaran.

Hal ini adalah inovasi baru, penggabungan antara bermain dan belajar. Anak-anak yang belum memasuki masa sekolah cenderung suka bermain. Flashcard di sini berfungsi sebagai pemenuhan keinginan bermain dari si anak. Padahal, tujuan utama di balik pemenuhan tersebut adalah belajar. Bagaimanapun semua kembali pada satu hal yang namanya, belajar.

Flashcard memiliki tema pembelajaran yang beragam. Ada yang bertemakan huruf alfabet, huruf hijaiyah, angka, hewan, buah dan sayuran, alat transportasi, tanaman, pengetahuan keisalaman, dan masih banyak lagi. Tema-tema yang terdapat di dalam flashcard dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar si anak. Jika anak belum mengenal huruf maka flashcard tema huruf solusinya. Jika si anak sedang tertarik kepada hewan, flashcard tema hewan dapat diberikan kepada anak.

Cara bermain flashcard juga cukup mudah, seperti bermain kartu pada umumnya. Ambil contoh flashcard tema hewan. Ambil satu di antara beberapa kartu, lalu tunjukkan kepada si anak, mintalah anak menjawab hewan apa yang sedang dilihatnya tersebut. Itu adalah cara bermain yang dasar. Sebenarya banyak cara yang bisa diterapkan. Variatif. Orang tua dapat mendesain cara bermainnya sendiri sesuai kebutuhan dan gaya belajar si anak.

Kembali pada cakupan flashcard yang dapat mencounter tiga gaya belajar sekaligus, akan saya jelaskan di sini. Di atas sudah saya paparkan ketiga gaya belajar secara umum. Gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik, masing-masing dapat dibantu cara kerjanya dengan flashcard.

Dimulai dari gaya belajar visual. Gaya belajar visual mengutamakan indra penglihatan dalam proses belajarnya. Anak dengan gaya belajar ini cenderung lebih suka belajar dengan gambar-gambar, foto, video, dan sebagainya. Anak lebih suka membaca tulisan atau melihat gambar dibanding mendengarkan suara atau orang yang berbicara. Ia juga lebih mudah mengingat apa yang ia lihat dibanding apa yang ia dengar.

Peran flashcard dalam gaya belajar ini adalah penyajian gambar yang terdapat di kartu tersebut membantu anak memahami apa yang dipelajari. Gambar yang dilihat anak di kartu akan divisualisasikan ke dalam otaknya. Hal ini dapat masuk ke dalam otak lalu diingat oleh si anak dan menjadi pengetahuan baru yang dimilikinya. Proses belajar seperti itulah yang dimudahkan flashcard untuk anak dengan gaya belajar visual.

Kedua, gaya belajar auditorial. Gaya belajar auditorial lebih mendominasi menggunakan indra pendengarannya. Ia lebih suka mendengar suara atau omongan ketimbang melihat gambar-gambar dalam proses belajarnya. Anak dengan gaya belajar ini menangkap stimulus yang diberikan kepadanya melalui indra pendengaran dan dikirim ke otak sebagai informasi baru.

Pada saat flashcard dimainkan, orang tua yang menunjukkan gambar kartu setelahnya akan menjelaskan maksud dari gambar tersebut atau bisa juga orang tua akan membaca tulisan yang terdapat di lain sisi kartu tersebut. Proses membacakan dan menjelaskan kepada si anak ini adalah cara kerja flashcard dalam membantu anak dengan gaya belajar auditorial.

Gaya belajar kinestetik, gaya belajar ini mudah untuk mempelajari tulisan atau gerakan-gerakan. Gaya belajar ini lebih suka praktik langsung ketimbang membaca atau mendengar penjelasan-penjelasan. Anak dengan gaya belajar kinestetik cenderung menyukai aktivitas fisik daripada aktivitas mentalnya. Anak lebih suka melakukan gerakan-gerakan kecil untuk membantu proses belajarnya. Ia akan kesusahan jika hanya diam untuk melihat dan mendengarkan. Gaya belajar ini lebih suka menanggapi perhatian fisik.

Selain digunakan fungsi gambar untuk dilihat dan fungsi tulisan untuk dibacakan, flashcard juga memiliki fungsi lain, yaitu fungsi praktik. Ketika orang tua menunjukkan satu kartu pada anak dengan gaya belajar ini, selain dilihatkan gambar dan dijelaskan isinya, anak akan lebih mudah menangkap dan mengingat penjelasan orang tua dengan praktik langsung. Contoh flashcard tema hewan, anak diminta menirukan suara hewan yang sedang dipegang kartunya. Selain itu, anak juga bisa mempraktikkan cara berjalan dan sebagainya.

Sebenarnya, masih banyak media pembelajaran yang dapat membantu proses belajar anak. Tetapi, sejauh ini saya baru menemukan dan paham akan hubungan-hubungan yang tampak dari flashcard  dengan ketiga gaya belajar tersebut. Pola-pola pengaruh sebab akibat dari flashcard dengan ketiga gaya belajar sangat tampak dalam praktiknya.

Pembahasan ini juga tidak terlepas dari berkembangnya teknologi yang juga turut menciptakan inovasi-inovasi baru. Flashcard adalah inovasi baru di era sekarang  yang menggabungkan permainan dan pembelajaran di dalamnya.

Orang tua juga harus memahami anak-anaknya. Khususnya mengenai gaya belajar, sebab gaya belajar adalah cara yang mudah untuk digunakan memahami suatu hal. Jika si anak kesusahan dalam memahami suatu hal, lantas orang tuanya akan dipahami seperti apa?