Burung membuat sangkar dengan ranting-ranting kayu. Simpanse menggunakan ranting kayu untuk mengeluarkan serangga dari sarangnya sehingga bisa dimakan. Terlebih-lebih manusia pada sejarahnya (found technology) seperti batu yang digunakan untuk menghancurkan buah agar dapat memperoleh hasilnya.
Lalu batu digunakan untuk memecahkan tulang. Tidak seperti simpanse, kayu hanyalah digunakan untuk serangga, begitu juga burung untuk sarang. Pada manusia, teknologi mengubah cara manusia itu berada.
Akhir-akhir ini, teknologi mendapat perhatian yang luas dalam bidang filsafat. Hal ini disebabkan oleh timbulnya kesadaran akan pengaruh teknologi yang sangat luas dan kompleks dalam hidup manusia.
Teknologi telah mengubah hubungan manusia dengan alam, hubungan antar-individu, dan hubungan individu dengan masyarakat.
Kita menyadari dunia yang kita huni adalah dunia-kehidupan yang teknologis. Hidup kita dipenuhi dengan alat-alat teknologi. Kita menyiapkan makanan dengannya. Kita memakainya sebagai pakaian. Kita membaca dan menulis dengannya. Kita bekerja dan bermain dengannya.
Kita tidak punya pilihan lain selain hidup dalam dunia teknologi dan harus menerima kenyataan ini. Hidup manusia sudah sepenuhnya visualisasi teknologi. Sangatlah sukar jika berpikir hidup tanpa alat, mesin, ataupun fasilitas. Oleh sebab itu, pantaslah teknologi direfleksikan secara filosofis.
Jika filsafat digunakan untuk membahas ilmu pengetahuan dan teknologi, maka muncullah pertanyaan, apa itu teknologi? Apa itu sains? Dari mana mereka muncul?
Bahkan teknologi sering dipandang membebaskan manusia dari takhayul. Benarkah demikian? Atau justru membelenggu? Dengan ini, apakah filsafat bisa menjadi ilmiah? Atau ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi mistis?
Lama sekali filsafat hanya bergulat dengan teori, juga sibuk dengan urusan teologi. Katakan sejak Yunani kuno, kebanyakan keterampilan teknik yang ada berkaitan dengan estetika, seperti pembangunan kuil dan pemahat patung.
Teknologi Yunani kuno tidak berkembang karena artefak diciptakan sebagai karya seni dan selalu disubordinasikan terhadap teori-teori ideal para filsuf.
Pada Abad Pertengahan, meskipun filsafat sibuk dengan teologi dan tidak berkaitan langsung dengan teknologi, namun teknologi cukup berkembang. Ini terbukti dengan adanya kincir angin dan menara.
Baru kemudian di Zaman Renaissance, teknologi mulai mempenetrasi kebudayaan di Eropa lebih dalam. Leonardo da Vinci banyak melukis desain-desain mesin, seperti mesin (pesawat) dan mesin bawah air (kapal laut), pada waktu yang sama Galileo Galilei menciptakan teleskop.
Harari mengatakan manusia hidup di dalam dua demensi sekaligus, yaitu realitas objektif dan realitas kognitif. Persis seperti ide soal teknologi, apakah ia dapat dianggap sebagai materi ataukah cukup dapat dimulai dari sesuatu yang bersifat teknologis, ini pun akan dikembalikan kepada konteks cara manusia itu berada.
Teknologi dapat dianggap sebagai materi karena dia ada secara nyata, dapat dilihat, disentuh, dirasakan (realitas objektif). Sedangkan dalam konteks ilmu pengetahuan, teknologi dapat dianggap sebagai instrumentasi dari suatu konsep abstrak (realitas kognitif).
Jika kita menyoroti kedua hubungan ini, maka kita akan menemukan (cultural embeddedness of technology). Alat-alat teknologi dipandang sebagai instrumen budaya dan instrumen saintifik.
Martin Heidegger dan John Dewey yang serius merefleksikan dan menerangkan fenomena ini. Kedua-duanya adalah filsuf praksis yang menemukan pengetahuan khusus mengenai tindakan atau praktik berpola. Pengetahuan ini dikaitkan dengan teknologi dan cara bertindak atau cara pandang yang teknologis.
Teknologi dapat tertanam dalam budaya manusia, membawa nilai budaya, dan melahirkan multistabilitas. Selain itu, teknologi dapat menimbulkan keberagaman persepsi yang mungkin dari hanya satu objek yang sama.
Oleh sebab itu, eksplorasi terhadap pengaruh aspek-aspek etik dalam dimensi kultural dan plurikulturalitas diperlukan, untuk memperluas pemahaman atas hubungan, pengaruh, dan dampak teknologi terhadap kehidupan.
Kita tahu, kehidupan zaman sekarang adalah bentuk dari berbagai peralatan yang berhubungan langsung dengan manusia, misalnya manusia dengan tangan buatan, kacamata, alat pacu jantung, ortotik, bahkan komputer dan telepon genggam.
Hubungan-hubungan ini tidak hanya lepas dari dunia fisk, melainkan juga membebaskan otak kita dari sejumlah beban penyimpanan dan pengolahan data, memodifikasi kemampuan, bahkan hasrat, kepribadian, dan identitas kita.
kita benar-benar hidup dalam one dimensional. Kita menciptakan, memanipulasi, dan memperalat benda-benda, alam, serta mesin-mesin untuk memudahkan hidup kita. Di saat yang sama, hal itu juga berlangsung di wilayah politik dan kultural. Di sinilah manusia dan masyarakat tak terkecuali berada dalam penguasaan dan manipulasi teknologi.
Selain instrumentalisasi, ilmu pengetahuan modern juga ditandai dengan istilah operasionalisasi. Maksud dari operasionalisasi ini menyatakan, ilmu-ilmu pengetahuan hanya berguna sejauh dapat diterapkan dan bersifat operabel.
Padahal teknologi merupakan suatu cara pandang dan pengalaman yang membentuk cara bertindak kita, cara kita menggunakan alat, dan cara kita berhubungan dengan dunia kehidupan sehingga teknologi membentuk arah gerak.
Dalam arti yang lain, bukanlah teknologi itu sendiri ataupun bentuk-bentuk teknologi, melainkan orientasi kita terhadap teknologi. Pemahaman tentang teknologi harus dibebaskan dari lapis-lapis penafsiran yang tidak memadai dan subjektivistik, yakni pandangan teknologi yang instrumental dan antropologis.
Terlepas dari perdebatan dan banyaknya perbedaan pandangan terhadap teknologi, pengaruhnya terhadap manusia dan dunia bisa kita rasakan. Yang menjadi penting adalah kita menyadarinya. Kita menyadari berbagai kemungkinan pandangan itu.
Benar bahwa teknologi bukan merupakan sesuatu yang bebas nilai atau netral. Sehingga kita tak acuh pada pengaruh-pengaruh teknologi, mulai dari skala paling mikro dan paling dekat dengan kita.
Padahal teknologi juga sekaligus sistem tunggal, sistem yang dapat memertahankan diri dan terus berkembang. Yang terpenting adalah cara kita memproyeksikan, merefleksikan, dan menyingkap fenomena teknologi.
Daftar Pustaka
- Yuval Noah Harari. 2017. Sapiens; Riwayat Singkat Umat Manusia. Jakarta: Kepustakaan populer Gramedia
- Yuval Noah Harari. 2018. 21 Lessons; 21 Adab untuk Abad ke 21. Manado: Globalindo
Francis Lim. 2008. Fisafat Teknologi. Yogyakarta: Kanisius - https://medium.com/