Betapa banyak manusia di bumi yang sering merasa hidupnya tidak bahagia. Merasa bahwa apa yang terjadi pada hidupnya adalah sebuah kutukan atau sebuah takdir yang buruk. Tanpa berpikir secara rasional, manusia menyalahkan dirinya sendiri, orang terdekat, dan bahkan menyalahkan Tuhan. 

Tindakan tersebut terjadi tidak hanya pada satu atau dua orang. Sikap menyalahkan memang wajar, akan tetapi itu akan menjadi sebuah ketidakwajaran. Apabila sikap menyalahkan tersebut, berlarut hingga akhir hidunya tanpa ada perubahan pola pikir yang rasional. 

Hidup adalah sebuah perjalanan bukan sebuah tujuan. Artinya hidup itu adalah sebuah proses yang tiada henti sebelum kematian menjemputnya. Bukan sebuah proses untuk mencapai sesuatu. Karena dalam hidup, ada banyak tujuan yang ingin dicapai dan itu tidak spesifik ke satu hal. Oleh karena, apapun hal yang diupayakan untuk mencapai tujuan satu, tujuan dua, dst adalah sebuah proses yang tiada henti.

Dalam sebuah proses yang dilalui, ada banyak hal yang diluar kendali maupun didalam kendali. Sehingga, apapun bisa terjadi dan itu suatu hal yang tidak bisa diprediksi. Sebab, notabennya kita adalah manusia biasa. Meskipun kita manusia biasa, akan tetapi kita diberikan anugerah salah satunya yaitu akal untuk berpikir.

Dalam sebuah kasus, sebut saja Mr. X sedang mengendarai motor dari rumah menuju kantor. Di tengah perjalanan, sebuah tragedi terjadi. Motor yang dikendarai Mr. X menabrak sebuah batu yang ada ditengah jalan, dan Mr. X kehilangan kendali hingga terjatuh ke selokan. Semua pakaian Mr. X basah dan kotor.

Jika dilihat dari kasus diatas, Mr. X memiliki dua kemungkinan dalam bersikap. Yang pertama, dia akan marah-marah dan menyalahkan batu yang ada ditengah jalan. Yang kedua Mr. X, akan meredam amarahnya karena ia merasa bahwa dirinya terjatuh adalah murni kelalaiannya dalam berkendara karena tidak fokus.

Kedua sikap tersebut, sepenuhnya ada dalam kendali Mr.X tinggal bagaimana ia memilih. Jika ia memilih pilihan pertama, Mr. X adalah orang yang tidak memiliki filosofi hidup bahagia dalam hidupnya. Artinya, dia tidak menggunakan nalarnya sehingga dia cenderung terbawa energi negatif yang membuatnya tidak bahagia.

Jika ia memilih pilihan kedua, jelas Mr. X memiliki filosofi bahagia dalam hidupnya. Artinya, dia menggunakan nalar yang rasional untuk menyikapi tragedi tersebut. Meskipun, ia tidak senang sesuatu itu terjadi pada dirinya minimal ia tidak menyalahkan siapapun. Termasuk dirinya, menganggap dirinya lalai bukan berarti menyalahkan. Akan tetapi itu adalah sebuah koreksi, sehingga ia paham letak kesalahannya dimana.

Berbeda dengan menyalahkan diri sendiri, bahwa ia akan cenderung terus merasa bersalah dan menyesal tanpa mencari tahu apa yang menyebabkan ia menyalahkan dirinya sendiri. Sikap yang kedua, adalah sebuah pembuktian bahwa sesuatu yang terjadi adalah suatu keterikatan. Alam sebagai terjadinya segala sesuatu memiliki peran untuk itu.

Batu yang ada ditengah jalan tadi disebabkan karena ada kejadian sebelumnya. Misal saja, seseorang tidak sengaja melempar batu untuk menjatuhkan buah yang ada dipinggir jalan. Tanpa ia sadari batu tersebut jatuh ketengah jalan yang akhirnya membuat Mr. X tadi terjatuh.  

Sesuatu yang terjadi dialam pada dasarnya adalah rangkaian kejadian dari proses sebelumnya. Sehingga apapun yang terjadi dalam hidup adalah sebab akibat. Menyalahkan adalah sesuatu yang hanya membuat hidup semakin rumit dan menyebabkan hidup tidak bahagia. 

Hidup bahagia tidak serta merta tentang uang, jabatan, akan tetapi tentang bagaimana cara bersikap. Jika pandai dalam menyikapi sesuatu hal, maka tidak ada yang namanya hidup tidak bahagia. Karena hidup bahagia adalah sebuah konsep filosofis yang membutuhkan pemikiran yang raisonal terutama untuk bisa berselaras dengan alam.

Dengan berpikir secara rasional adalah hal yang diajarkan dalam salah satu BAB buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring dengan sub judul Hidup Selaras Dengan Alam. Pada bab ini merupakan salah satu kunci untuk meraih hidup bahagia. Dengan menggunakan nalar, akal sehat yang dianugerahkan Tuhan maka kita telah hidup selaras dengan alam. Yang memiliki pengaruh positif dalam menghadapi dan menjalani proses kehidupan.

Dalam BAB Hidup Selaras Dengan Alam dikatakan bahwa "manusia harus hidup selaras dengan alam jika hidupnya lebih baik, hidup selaras dengan alam artinya kita harus sebaik-baiknya menggunakan nalar, akal sehat, rasio, serta sesuatu dialam ini saling terkait termasuk di dalamnya segala peristiwa yang terjadi didalam hidup kita". 

Selain itu, "keluar dari keselarasan dengan Alam adalah pangkal ketidakbahagiaan". Artinya jika kita melawan atau mengingkari apa yang telah terjadi dalam hidup merupakan suatu sikap yang menunukan bahwa tidak bisa hidup selaras dengan alam.

Hidup selaras dengan alam mebuat hidup menjadi lebih baik dan cenderung mengarah ke hal positif untuk bisa meraih kebahagian dalam hidup. Tanpa berlarut dalam kesedihan dan menyalahkan siapapun sejatinya hidup adalah proses. Ada suka dan duka itu wajar, untuk itu mulalilah terbiasa untuk mengambil hikmah dari setiap kejadian dalam hidup.