Bollywood, hiburan dari India ini berani menampakkan kebusukan pemerintah, korupsi. Lewat film Madaari yang dirilis pada 2016, mengkritik pemerintah yang melakukan korupsi dan persengkokolan berdasi yang dilakukan elit pejabat dan politisi yang ada di negara mereka.

Dari beberapa film yang dihasilkan negeri Bolly ini menguraikan kisah tentang kondisi negara mereka. India merupakan negara yang maju tetapi masih banyak rakyatnya menderita dalam jalur kemiskinan ditambah lagi dengan pejabat dan politisinya terjerat kasus korupsi.

Karena itu, para seniman yang bekerja di seni akting berani menghasilkan sebuah produk film yang mengkritisi pemerintah. Seperti film Madaari yang merupakan kisah nyata dari kecelakaan konstruksi jembatan, film ini dibintangi Irrfan Khan yang pernah beradu akting dengan Sakhrukh Khan dalam film Billu Barber.

Aktor yang membintangi film populer Slumdog Millionare ini menghembuskan nafas terakhirnya pada 2020, aktor satu ini memberikan inspirasi kepada seluruh warga dunia. Satu karyanya yang menginspirasi adalah lewat film Madaari.

Irrfan Khan ditampilkan sebagai karakter antagonis, ingin mengetahui siapa yang bertanggung jawab dan penyebab kecelakaan jembatan yang telah mempengaruhi kehidupannya dan mengalami gangguang psikoligis lantaran anak kesayangannya turut menjadi korban dalam kecelakaan tersebut.

Dengan kerja keras dalam mengungkap fakta dan terungkap penyebab terjadinya kecelakaan tersebut dikarenakan ulah para politisi/pejabat yang mengkorupsi dana pembangunan jembatan untuk membiayai partai dalam kampanye. Bagaimana di Indonesia? Apakah ada yang melakukannya? Entahlah, ini Indonesia.

Masih banyak film-film Bollywood lainnya yang mengkritik pemerintahnya yang melakukan tindakan kejahatan amoral khususnya dalam bidang kejahatan korupsi. Para seniman mampu menyalurkan ide dan gagasan untuk mengkritik pemerintah lewat sebuah karya dari tangan anak negeri sendiri.

Kemudian coba kita lihat dan renungkan apa yang terjadi dengan perfilman yang ada di negeri tercinta kita ini, negeri ini dipenuhi dengan kisah-kisah menarik dari cerita korupsi. Berita di televisi maupun di koran, tak henti-hentinya menampilkan wajah-wajah koruptor.

Dari itu, hari-hari berikutnya semoga para seniman di dunia perfilman melahirkan karya emas yang berani mengkritik dan menghujam tindakan kejahatan amoral pejabat dan politisi yang melakukan pencurian uang bin korupsi.

Sumber kpk.go.id ada yang telah membuat karya tentang film dokumenter yang bertemakan antikorupsi yang diselenggarakan oleh Transparency International Indonesia (TII), yaitu dengan judul “Menjaga Anak Kandung Reformasi” berkisah tentang sejarah pembentukan KPK. “Bergerak dari Daerah” mengisahkan tentang gerakan masyarakat mendukung pemberantasan korupsi.

Harapannya ke depan para seniman perfilman bisa menguak kejahatan akut para pejabat dan politisi di bumi pertiwi ini dengan menghadirkan film-film berkualitas dan mengedukasi masyarakat Indonesia.

Budaya korupsi di negeri yang dianugerahi dengan sumber daya alam yang kaya dan melimpah namun disesaki dengan jiwa kosong dan rapuh, kondisi kehidupan yang hedonis dan pragmatis. Dari itu, bagi siapa saja yang berhubungan dengan uang pemerintahan dan perkantoran agar kiranya berhati-hati. Waspada!

Mencium harumnya uang yang mewangi siapa yang tidak tergoda, mungkin pada awalnya tidak ada niat mengambil uang yang bukan hak; tapi kesempatan ada dan peluang mengambilnya cukup tepat.  Di dunia yang pragamatis ini pandai-pandai menjaga dalam kepandaian mencuri dalam rangka menjaga diri sendiri.

Sebuah konsep yang perlu diamalkan bagi yang berada di ruang keuangan adalah dengan pemikiran filsafat Ibnu Bajjah, manusia penyendiri (al-insan al-munfarid). Maksudnya ialah menjauhi zona-zona yang mengandung unsur kejahatan seperti korupsi dan berhubungan dengan kolega-kolega yang berspiritual tinggi.

Konsep selanjutnya dengan memelihara jiwa agar tetap bersih dan merasa cukup dengan apa yang ada (dimiliki) sehingga tidak tergoda dengan kedatangan tamu yang tak diundang ‘uang korupsi’ yang berlimpah dan mudah dicuri lewat jalur meja perkantoran.

Menganggap diri kita adalah orang yang kaya karena keperluan kita hanya sedikit, sementara yang keperluannya banyak tak terbatas merupakan orang yang miskin. Bukankah koruptor itu, punya jabatan, berpenghasilan tinggi, dan kaya raya. Tapi masih saja mencuri uang, itu karena keperluan yang tidak mencukupi.

Sudah ada mobil, mau tambah lagi mobil keluaran edisi terbatas. Ada rumah, mau tambah lagi pintu dengan isi yang baru juga, dan seterus-seterusnya yang tak ada habisnya. Sifat manusia tidak akan pernah puas, serakah.

“Dunia ini menyediakan segala keperluan untuk memuaskan kebutuhan manusia, namun untuk tidak memenuhi keserakahan manusia.” Demikian kata Mahatma Gandhi. Andai manusia, diberi emas di ujung barat, manusia akan meminta emas lagi yang ada di ujung timur hingga tanah menyumpal mulut manusia, mati.

Negeri ini banyak koruptor laiknya tuyul yang tak terlihat dua bola mata, mereka menganggap bahwa korupsi itu adalah kebahagiaan, mendapatkan materi; menjual moral di atas tumpukan uang yang berlimpah.

Pepatah yang patut direnungkan oleh kita semua di era hedonis ini “Kebahagiaan tertinggi adalah dengan membuat orang lain bahagia. Materi bukan lagi menjadi tolak ukur untuk mendapatkan kebahagiaan.”

Plato, filosof Yunani mengatakan bahwa “Kesenangan pada bentuk keindahan yang berbentuk benda atau tubuh tidak dapat membawa kepuasan pada jiwa kita, keindahan dalam bentuk benda atau tubuh hanyalah sebagai pembungkus yang bersifat lahiriah saja.”

Negeri ini banyak koruptor laiknya tuyul yang tak terlihat dua bola mata, tulisan perdana di 2022 di qureta tentang korupsi dengan judul Film “Madaari” Melawan Koruptor.