Tulisan ini merupakan diskusi kecil saya dengan beberapa teman yang berkaitan dengan persoalan perempuan khususnya profesi ibu rumah tangga yang dianggap tidak bernilai dan menjadi kegelisahan (membuncah) tersendiri di tengah budaya patriakhi. Muncul pertanyaan, bagaimana pendekatan feminisme melihat persoalan tersebut.

Sebagaimana kita ketahui perempaun hadir sebagian besar pada situasi kritis, ketika mereka tidak hadir itu bukan karena mereka tidak punya kemampuan atau minat, tetapi karena telah terdapat upaya secara seksama untuk mengenyampingkan mereka. Feminisme gelombang pertama dipandang berfokus pada perjuangan perempuan untuk mendapatkan hak politiknya. Ada beberapa aliran dalam teori feminisme, yaitu :

Pertama, feminisme liberal. Ekspresi utama teori ketimpangan geder adalah feminism liberal yang berargumen bahwa perempuan dapat mengklaim kesetaraan dengan laki-laki berdasarkan kemampuan hakiki manusia untuk menjadi agen moral yang menggunakan akalnya, bahwa ketimpangan gender adalah akibat dari pola pembagian kerja yang seksis dan patriarki, dan bahwa kesetaraan gender dapat dihasilkan dengan menstransformasikan pembagian kerja melalui pemolaan ulang institusi-institusi kunci hukum, kerja, keluarga, pendidikan dan media.

Kedua, feminisme Marxisme itu merupakan bentuk penindasan yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan dilihat dari kajian proletar dan borjuis, feminism Marxisme menganggap bahwa kelas socsal itu bisa dihilangkankan, tetapi penindasan perempuan itu tidak bisa dihilangkan. 

Feminisme radikal beranggapan bahwa perempuan tersebut objek paling menderita dan yang membuat mereka menderita adalah laki-laki. Mengembangkan metode eksplisit dan tepat untuk melakukan analisis sosial yang luas dari analisis materialism historis dan memasukan pemahaman tentang signifikasi gagasan kedalam analisis materialis tentang determinasi kehidupan manusia.

Ketiga, feminisme radikal di dasarkan pada keyakinan sentral bahwa perempuan memiliki nilai mutlak positif sebagai perempuan, keyakinan yang berlawanan dengan apa yang mereka klaim sebagai perendahan secara universal terhadap perempuan dan bahwa perempuan dimanapun mereka berada senantiasa tertindas secara kejam oleh sistem patriarki.

Keempat, Feminisme sosialis menerima analisis hubungan kelas kapitalisme Marxian sebagai cermin dari suatu struktur penindasan utama. Namun mereka menolak analisis patriarki Marxian sebagai produk sampingan dari produksi ekonomi. 

Proyek teoritis feminisme sosialis mengembangkan tujuan melakukan kritik atas penindasan yang berbeda namun saling terkait yang dilakukan patriarki dan kapitalisme dari sudut pandang pengalaman perempuan. .

Keempat teori feminis diatas bersifat kritis terhadap perempuan serta membangun perempuan untuk lebih baik lagi. Pemicu terjadi teori feminism diawali dengan pertanyaan yang menyesatkan. Dan bagaimana dengan perempuan? Jika mereka tidak hadir, mengapa? Jika mereka hadir, apa sebenarnya yang mereka lakukan? Bagaimana mereka mengalami situasi ini? 

Sumbangsih apa yang mereka berikan? dan apa artinya bagi mereka? Perempuan hadir disebagaian besar di situasi kritis, ketika mereka tidak hadir, itu semua bukan karena mereka tidak memiliki kekampuan atau minat, tetapi karena telah terdapat upaya seksama untuk mengesampingkan mereka.

Profesi ibu rumah tangga yang dianggap tidak bernilai dapat dikaji dari pendekatan feminis sosialis, kapitalisme bukan satu-satunya yang membuat penindasan, faktor lain juga seperti pekerjaan perempuan di rumah yang tidak dianggap juga merupakan salah satu bentuk penindasan yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan.

Kedudukan perempuan dan kebanyakan situasi tidak hanya berbeda namun juga kalah atau tidak setara dengan laki-laki, perempuan tertindas, bukan hanya berbeda dan tidak setara, namun juga secara aktif di kekang, disubordinasi, dikerangkeng, disalah gunakan dan digunakan oleh laki-laki. Pengalaman perempuan berupa perbedaan ketimpangan dan penindasan berbeda menurut kedudukan sosial mereka di dalam kapitalisme patriarki dan rasisme.

Laki-laki beranggapan bahwa pekerjaan rumah seperti mempersiapkan segala kebutuhan suami dan anak itu bukan suatu pekerjaan, tetapi itu merupakan suatu keharusan atau kewajiban istri terhadap suami dan anak, pekerjaan seperti itu merupakan pekerjaan yang dilakukan perempuan hingga tiada hentinya, dari suami dan anak tidur hingga bangun. Ideologi seperti ini yang menjadi perdebatan bagi kaum feminism sosialis, bahwa ideologi juga dapat menjadi pelaku penindasan yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan.

Ketika mereka hadir, perempuan memainkan peran yang sangat berbeda dari konsepsi popular tentang mereka (misalnya, sebagai istri dan ibu rumah tangga yang pasif). Kedudukan perempuan dan pengalaman mereka pada kebanyakan situasi berbeda dengan pengalaman dan kedudukan laki-laki dalam situasi saat ini.

Akhirnya, isu sentral yang diangkat oleh para teoritisi feminisme mengenai gagasan umum dengan cakupan luas tentang kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang berkembang dari perspektif yang berpusat pada perempuan. Teori feminism berpusat pada perempuan, pertama objek penelitian utamanya adalah situasi dan pengalaman perempuan di masyarakat.