Usaha untuk mencapai masa depan yang mapan adalah impian semua manusia di muka bumi. Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan impian tersebut, skenario-skenario besar dilakukan untuk mempermudah proses masa depan yang diinginkan. Tidak jarang mengorbankan alam sekitar, merusaknya lalu membangun sebuah senjata rekayasa karakter dari makhluk hidup.

Masa depan baru yang sedang kita hadapi akan melibatkan semua yang terbaik dari kerajaan Homo Sapiens. Intuisi pola multidimensi yang meresap ke dalam dunia ruang dan waktu. Manusia yang mengekspresikan yang terbaik dari kedua dunia tersebut.

Rekayasa masa depan umat manusia yang membuat bumi telah mengalami transformasi yang akan mempengaruhi empat energi besar yaitu: Mineral, Tumbuhan, Binatang, dan Manusia. Hal ini, membuat transformasi kemunculan kerajaan kelima akibat hubungan keterkaitan antara keempat pusat energi tersebut. Kerajaan kelima Homo Deva istilah yang diberikan oleh Mary Belknap dalam bukunya berjudul "Homo Deva, Tahap lanjut evolusi umat manusia untuk memenangkan masa depan". Yang akan menghubungkan jantung bumi dengan kerongkongan bumi ( "kerajaan manusia", manusia disebut sebagai pusat jantung bumi), atau penulis lain menyebut evolusi masa depan manusia dengan  Homo Universalis, Homo Neoticus, dan Homo Spiritus

Dalam kemunculannya Mary Belknap,  Homo Deva memiliki tiga fase. Fase pertama setiap orang akan menunjukkan sosok-sosok yang kreatif berbudaya, yang mengintegrasikan pikiran dan perasaan. Membawa kecerdasan dan hasrat kita ke dalam sintesis kuat yang memungkinkan cahaya jiwa bersinar. Dan ciri khas fase pertama adalah otak manusia lebih bergelora dengan kearifan untuk dunia. 

Fase kedua, Mary Belknap menyebutnya sebagai manusia dengan sosok yang Inovator Regional. Fese ini adalah fese Homo Deva Madya. 

Kelompok ini adalah inovator tekun yang bekerja dengan tenang selama bertahun-tahun untuk mewujudkan suatu karya dengan beragam cara di semua bidang upaya manusia.

Dedikasi dan ketentuan mereka di fokuskan untuk melahirkan kekuatan, hidup yang menyembuhkan yang lebih besar daripada kehidupan pribadi mereka. Kepedulian mereka terhadap sesama penduduk bumi lebih besar ketimbang kepada dirinya sendiri.

Fase kedua ini,  dalam fisikologi sebagai integrasi jiwa dan kepribadian. Memiliki komitmen yang mendalam untuk membicarakan kebenaran hati, dan mengajarkan orang lain untuk melakukannya. 

Kehidupan fase kedua Homo Deva Madya sangat bergelora dengan kasih sayang jiwa untuk umat manusia dan semua makhluk hidup.

Fase ketiga dari Homo Deva yang tertinggi menurut Belknap adalah ketika individu menjadi "benih kehidupan" (Life Seed). 

Kelompok ini akan berfungsi sebagai simpul energi spontan bagai jutaan orang lain. Denyut stabil dari otak, jantung, dan kepala mereka akan terpancar sebagai bidang penyembuhan morfologis terpadu dalam beberapa tradisi spiritual, bidang ini disebut "kehadiran Tuhan" atau dalam tradisi lain disebut "sentuhan rahmat".  

Fase ini akan ditandai dengan akselerasi signifikan dari proses regenerasi fisiologis, dan sekumpulan manusia yang lebih besar. 

Fase ini diperkirakan 3.000 hingga 10.000 orang akan memasuki Tingkatkan fase ini di tahun 2020. Kehadiran dari kelompok ini bergelora dengan sentuhan kehidupan itu sendiri.

Beberapa tanda menurut Mary Belknap sebaran Homo Deva fase tiga.

1. Individu dengan kemampuan fisiologis untuk "tidur" / "bangun" sesuka hati dan kemampuan untuk abstraksi dari tubuh pada saat kematian sepenuhnya karena pilihan.

2. Orang-orang yang kemampuan artistik dan bahasanya melampaui pikiran analitik dan melibatkan pemikiran lagu serta kata-kata.

3. Individu dengan keterampilan inovatif yang bekerja secara alami dalam tim-tim untuk menyelesaikan masalah sosial dan teknologi yang kompleks.

4. Individu dengan pengetahuan intuitif terkait peristiwa sosial dan teknis, kebutuhan, pola, dan konsep serta hubungan ilmiah.

5. Di tandai dengan keterampilan komunikasi keterampilan lintas nasional/etnis/bahasa/kelompok pekerjaan.

6. Akan tinggal di keenam benua.

7. Kemampuan lain akan di amati dan dibagikan pada saat mereka muncul.

Singkatnya, Homo Deva adalah manusia kreatif, intuitif, memiliki daya cipta, sebisa mungkin merangkul seluruh spesies yang ada di bumi sekaligus memiliki komitmen akan pemeliharaan dan penjagaan atas masa depan. Memiliki rasa kepedulian yang besar terhadap makhluk melebihi kepedulian terhadap dirinya sendiri.

Sebelumnya Yuval Noah Harari  seorang Profesor Israel telah menulis tentang masa depan manusia yang dia sebut dengan Homo Deus. Namun Manusia ini, kelihatan lebih jahat. Manusia yang mencoba menjadi Tuhan. Dalam arti mengejar imortalitas keabadian, menjadi pusat kontrol alam semesta, sekaligus pusat kehendak dan pusat sejarah alam semesta. 

Melalui penemuannya di segala bidang, Homo Deus menjadi makhluk yang tak terkalahkan, makhluk abadi, makhluk yang bisa memenuhi semua hajatnya, bisa menghindarkan diri dari segala bahaya yang datang dari alam. Homo Deus bisa mengendalikan alam lewat teknologi yang dikembangkannya. Nano robot, Artificial Intelegence (AI), Microchip, diciptakannya untuk mengontrol manusia lainnya lewat saraf. Homo Deus benar-benar diandaikan mengganti kedudukan Tuhan, dapat mengendalikan takdir manusia.

Berbeda dengan Homo Deva yang diperkenalkan oleh Belknap,  manusia yang lebih bermoral, menjadi penjaga bumi memiliki sifat Ilahiah.

Melihat penjelasan Mary Belknap tentang Homo Deva mengingatkan kita tentang kisah Para Nabi dalam Islam. Mereka memiliki kemampuan luar biasa, komitmen tinggi, kreatif sebagai inovator, kepedulian terhadap spesies lain lebih dari gambaran Homo Deva. Dari Nabi yang pertama Nabi Adam hingga Nabi yang terakhir Nabi Muhammad SAW.

Nabi sendiri dari segi kompetensi jika dibandingkan dengan Homo Deva ala Belknap lebih memiliki banyak keunggulan.

Tingkatkan pengetahuan para Nabi di atas manusia rata-rata: pengetahuan Nabi Nuh untuk mengantisipasi kepunahan besar-besaran sejumlah spesies akibat bencana air bah; pengetahuan Nabi Ibrahim dan Musa dalam mencegah bencana sosial-politik; pengetahuan Muhammad dalam mengubah tatanan sosial yang ekstrem.

Para Nabi, intuisinya adalah intuisi tertinggi yang pernah dicapai oleh umat manusia. 

Hari ini kita tidak bisa menjadi nabi. Namun, kita bisa menjadi manusia yang melebihi Homo Deva dengan menjadi pengikut para Nabi.