Ada banyak krisis yang sering menjadi pembahasan sehari-hari. Mulai krisis energi, pangan, air, bahkan kesehatan. Namun krisis terbesar dunia adalah krisis keteladanan. 

Keberadaan krisis keteladanan berarti absennya pemimpin yang memiliki integritas, kompeten, bahkan visioner. Efeknya, masalah kesehatan, pendidikan, air bahkan sistem peradilan semakin memburuk.

Kenyataanya semakin hari pendidikan tergerus dengan kehilangan berbagai hal seperti kehilangan nurani yang terus welas asih yang berorientasi kepada akhlak mulia, lalu semakin tercemarnya laut, sungai, air tanah akibat sampah yang terus menumpuk. 

Permasalahan ini dihadapi oleh dunia muslim, khususnya dunia ketiga, tidak terkecuali Indonesia. Tidak hanya itu, namun permasalahan korupsi juga menjadi catatan penting yang berkaitan dengan minimnya keteladanan. 

Kebocoran anggaran sudah menjadi darah daging semenjak Orde Baru. Kesannya dahulu terkonsentrasi di tempat-tempat tertentu, namun sekarang seperti hampir merata di semua lapisan birokrasi. 

Parahnya, korupsi dilakukan oleh oknum-oknum penegak keadilan, yang idealnya mereka menjadi motor utama penggerak dalam pemberantasan korupsi. Pengadilan, Kejaksaan, hingga Kepolisian menjadi tempat keberadaan oknum-oknum itu.

Kebocoran angaran terjadi konon disebabkan oleh biaya kampanye yang jumlahnya tidak sedikit alias besar ketika hendak menjadi pemimpin. 

Seorang yang ingin menjadi kepala daerah membutuhkan biaya kampanye yang menghabiskan anggaran milaran rupiah. Tidak jarang calon kepala daerah harus meminjam dan menjual kekayaannya, sehingga jika terpilih nantinya ada program utama, yaitu program balik modal.

Tidak menepis keberadaan pemimpin yang dalam kategori amanah, jujur, dan berupaya meminimalisasi hal-hal yang berkaitan dengan kebocoran anggaran guna mewujudkan pemerintahan yang bersih, namun semua meyakini dan kenyatannya jarang bahkan sulit ditemukan. 

Ada juga titipan gaib, yaitu dengan menitip persentase tertentu dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) kepada para kontraktor yang "baik hati" memberi setoran mulai dari 5 persen bahkan mungkin sampai 20 persen agar menjadi jalan tol jika ingin menang dalam tender.

Kenyataannya, sebagian besar pimpinan daerah tersebut jelas beragama Islam. Ibadahnya, mulai salat, puasa, bahkan menunaikan ibadah haji dan umrah. Para pemimpin tersebut pasti membaca salawat kepada Rasulullah. Namun ketika salawat dikumandangkan, kesejahteraan masyarakat tetap dirampas dengan tindak korupsi.

Sepanjang 2018, tercatat KPK telah menjerat 29 kepala daerah dengan sejumlah kasus dugaan korupsi. Kenyataannya juga, KPK telah menangani 178 kasus korupsi selama 2018 dan didominasi oleh 152 kasus penyuapan. 

Data menunjukkan, dari total perkara yang ditangani KPK, terdapat 91 kasus yang di antaranya melibatkan anggota DPR atau DPRD.

Jelas sudah bangsa ini membutuhkan suri teladan yang pantas dan layak untuk ditiru serta menjadi contoh. Setiap spektrum kehidupan dibutuhkan teladan. 

Generasi muda, misalnya, membutuhkan sosok yang mampu memberi inspirasi agar terbentuk generasi yang memiliki motivasi. Keluarga atau rumah tangga membutuhkan figur suami atau ayah yang menjadi sosok yang utama dalam memberi keteladanan.

Pendidikan membutuhkan sosok atau figur pendidik yang hebat sehingga tidak hanya sebagai pengajar namun juga pendidik. Desa juga membutukan sosok pemimpin atau kepala desa yang memiliki kemampuan berkomunikasi lintas-generasi dan latar belakang pendidikan.

Indonesia membutuhkan pemimpin yang tidak hanya memiliki visi, namun kompetensi untuk memberi manfaat bagi bangsa dan negara. Menjadi pemimpin memiliki tanggung jawab besar dunia dan akhirat, sehingga bukan hal yang mudah.

Buku Muhammad SAW The Super Leader Super Manager yang ditulis Muhammad Syafii Antonio menerangkan kepemimpinan dan manajemen merupakan hal yang menjadi topik pembahasan semenjak lebih dari 200o tahun lalu. 

Kitab Injil dalam Mattius 15 :14 dikatakan bahwa jika seorang buta menuntun seorang buta, keduanya akan jatuh ke dalam jurang. Artinya, kepemimpinan dan teladan yang baik diperlukan dalam mengarahkan seseorang atau kelompok ke arah yang benar.

Alquran dalam surat An-Nisa’ ayat 59 Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu. Kemudian jika Kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih  baik akibatnya.

Ketika Allah menciptakan Adam, Allah menggunakan istilah Khalifah yang terdapat pada Alquran surat Al Baqarah ayat 30, yang sangat erat berhubungan dengan kepemimpinan. Ini membuktikan kepemimpinan telah ada semenjak penciptaan manusia masih dalam rencana Allah.

Nabi Muhammad SAW merupakan sosok atau figur ideal sebagai suri teladan. Rasulullah adalah manusia dengan kelengkapan kecerdasan yang telah dijelaskan oleh para ahli modern. Kecerdasan IQ, EQ, bahkan SQ. Rasulullah juga memiliki kecerdasan sosial (Social Inteligence) dan Adversity Quotient (AQ) dan sebagainya.

Berbagai ahli memberi komentar terkait kepemimpinannya, seperti Prof. K.S Ramakhrisna yang merupakan ahli filsafat di India dalam bukunya Muhammad the Prophet of Islam dan ilmuwan William Hocking yang telah menggambarkan kemampuan organisasional dan administratif Rasulullah.

Ada banyak hal yang berkaitan dengan relevansi kepemimpinan dan manajemen Rasulullah untuk bisa diteladani oleh siapa pun. Nilai-nilai dan teladan kepemimpinan dan manajemen yang beliau wariskan masih dapat diaplikasikan oleh para pemimpin dari tingkat paling kecil, pemimpin keluarga, sosial, bisnis, pendidikan, militer, bahkan politik.