Setelah melalui langkah yang panjang, Timor Leste akhirnya diakui sebagai anggota ASEAN. Pada 11 November 2022 yang lalu, para pemimpin ASEAN menyepakati masuknya Timor Leste menjadi anggota ke-11.
Pengumuman disampaikan oleh para pemimpin ASEAN setelah menggelar KTT ke-40/41 di ibu kota Kamboja, Phnom Penh. Pernyataan resmi tersebut dapat diakses dan dilihat melalui website resmi ASEAN.
Selain mengakui keanggotaan Timor Leste, melalui pernyataan tersebut disampaikan bahwa Timor Leste kini diberikan status pengamat dan diizinkan untuk berpartisipasi dalam seluruh pertemuan ASEAN termasuk di pleno KTT.
ASEAN akan mempersiapkan sebuah roadmap atau peta jalan untuk meresmikan keanggotaan penuh Timor Leste. Roadmap tersebut kemudian akan dilaporkan dalam KTT ASEAN ke-42 di tahun 2023 yang akan datang.
Setelah diakui sebagai anggota ASEAN, seluruh negara anggota ASEAN dan mitra eksternal lainnya harus mendukung Timor Leste sepenuhnya. Dukungan dan bantuan tersebut dilakukan untuk mencapai tonggak sejarah dan diperlukan untuk keanggotaan penuh Timor Leste di ASEAN.
Pengakuan resmi untuk menjadi anggota ASEAN merupakan mimpi panjang Timor Leste yang akhirnya tercapai. Setelah merdeka dari Indonesia di tahun 2002, Timor Leste mulai menunjukkan keinginannya untuk bergabung menjadi anggota ASEAN.
Di tahun 2011, Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta, mengajukan permohonan keanggotaan ASEAN secara resmi. Sebelum mengajukan keanggotaan, Timor Leste mengalami perubahan dalam politik luar negerinya yang berorientasi ASEAN. Rencana masuknya Timor Leste dalam ASEAN merupakan pembahasan sejak lama dalam politik regional Asia Tenggara.
Keanggotaan Timor Leste dalam organisasi regional merupakan isu kontroversial karena Timor Leste dapat bergabung dalam ASEAN maupun Pasific Island Forum (PIF). Timor Leste harus memutuskan untuk memilih akan bergabung sebagai anggota ASEAN atau PIF karena tidak diperbolehkan untuk menjadi anggota dalam dua organisasi regional secara bersamaan.
Sebelum meraih kemerdekaan, Timor Leste cenderung berkeinginan untuk bergabung dengan PIF. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, faktor kedekatan geografis antara Timor Leste dan Australia sebagai salah satu negara PIF. Australia merupakan negara yang mendukung dan berperan besar dalam kemerdekaan Timor Leste tahun 2002.
Kedua, Timor Leste memiliki kemiripan latar belakang budaya dengan beberapa negara di Kepulauan Pasifik. Kesamaan identitas Etnis Melanesia menunjukkan bahwa Timor Leste memiliki kedekatan emosional dan moral dengan negara-negara di Kepulauan Pasifik.
Ketiga, negara-negara PIF menunjukkan dukungannya dalam kemerdekaan Timor Leste. PIF melakukan pertemuan di tahun 1999 dan membahas dukungan lembaganya sebagai organisasi regional dalam kemerdekaan Timor Leste.
Keinginan kuat Timor Leste untuk menjadi bagian dari ASEAN ditunjukkan dengan kehadirannya dalam beberapa pertemuan KTT ASEAN walaupun berstatus sebagai pengamat. Di tahun 2009, Timor Leste juga membuka sekretariat nasional ASEAN di ibu kota Dili.
Sebagai bekas negara dan negara terdekat, Indonesia menjadi pihak yang konsisten mendukung keanggotaan Timor Leste dalam ASEAN. Di tahun 2000, sebelum Timor Leste merdeka, Presiden Abdurrahman Wahid mendukung jika Timor Leste ingin bergabung dengan ASEAN agar dapat meningkatkan diplomasi dan mencegah campur tangan negara lain.
Rencana keanggotaan Timor Leste dalam ASEAN juga mengalami penolakan dari beberapa negara anggota. Beberapa negara anggota keberatan karena berbagai alasan. Myanmar mengkritik Timor Leste karena mendukung aktivis pro demokrasi, Aung San Suu Kie. Singapura juga berpendapat bahwa Timor Leste belum siap menghadapi kompleksitas kawasan.
Namun, penolakan tersebut perlahan berubah ketika Indonesia menyatakan dukungannya terhadap keanggotaan Timor Leste di ASEAN. Pidato dukungan Indonesia telah menghilangkan hambatan politik masuknya Timor Leste ke ASEAN.
Indonesia beberapa kali juga melobi negara lain untuk meyakinkan penerimaan keanggotaan Timor Leste. Indonesia pernah melobi Malaysia untuk membantu memulihkan kondisi internal di Timor Leste.
Selain itu, Indonesia juga memberikan bantuan nyata terhadap Timor Leste. Melalui Kementerian Luar Negeri (MOFA), Indonesia menunjuk Agus Tarmizi sebagai penasihat teknis yang membantu dan memfasilitasi Kementerian Luar Negeri Timor Leste untuk mengembangkan sumber daya manusia dan mempersiapkan keanggotaan di ASEAN.
Tidak berhenti sampai di situ, di tahun 2020, Indonesia masih tetap mendukung dan mengupayakan keanggotaan Timor Leste dalam ASEAN. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi mengungkapkan bahwa Timor Leste akan dikunjungi tiga tim pencari fakta yang akan menilai kesiapannya menjadi anggota ASEAN.
Tim tersebut akan menilai bidang politik-keamanan, ekonomi, dan sosial budaya di Timor Leste. Indonesia terus berharap agar proses tersebut dapat segera selesai dan mempercepat keanggotaan Timor Leste.
Di tahun 2023 nanti, Indonesia akan memegang estafet keketuaan ASEAN yang sebelumnya dipegang oleh Kamboja. Dalam hal itu, salah satu prioritas presidensi Indonesia adalah untuk mendukung Timor Leste masuk dalam ASEAN dan meyakinkan negara lain untuk menerima keputusan tersebut.
Harapan serupa juga disampaikan Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta, yang berharap dapat bergabung dengan ASEAN saat presidensi dilakukan di Indonesia. Dukungan Indonesia terhadap Timor Leste ini merupakan bagian dari diplomasi yang masih berlanjut hingga saat ini.
Sebagai negara terbesar di ASEAN, sudah menjadi tugas Indonesia untuk selalu siap membantu negara anggota baru untuk terus tumbuh dan berkembang. Indonesia harus terus membuktikan komitmennya untuk mendukung Timor Leste dan negara ASEAN lainnya.