Talak 3 bercerita tentang Bagas (Vino G Bastian) yang selingkuh dengan Siska (Mozza Kirana) kemudian menjatuhkan cerai talak tiga kepada istrinya Risa (Laudya C Bella). Secara emosional di depan hakim, Bagas menyatakan tidak akan pernah rujuk dengan Risa.

Pada awalnya hubungan Bagas dan Risa memang tidak punya prospek rujuk. Namun, ketika terpaksa bekerja satu tim lagi untuk sebuah proyek, cinta lama itu bersemi kembali. Di samping itu, Bagas dan Risa tidak punya pilihan lain. Proyek tersebut harus dikerjakan bersama agar kondisi finansial mereka pulih.

Di sinilah permasalahan muncul. Talak tiga yang dijatuhkan Bagas tanpa berpikir panjang membuat dia dan Risa harus mencari segala cara. Termasuk serangkaian cara-cara ilegal yang cukup sukses menimbulkan tawa.

Terdesak oleh waktu, Bagas pun meminta Bimo (Reza Rahardian) menikahi Risa lalu menceraikannya tanpa pernah menyentuh Risa. Bimo adalah sahabat Risa dan Bagas. Tujuannya, memenuhi syarat rujuk setelah talak tiga.

Semua tampak berjalan lancar. Bimo yang awalnya enggan akhirnya mau menolong sahabat baiknya dengan tulus. Sampai diketahui Bimo ternyata menyimpan rasa kepada Risa sejak lama. Drama cinta segitiga Bagas-Risa-Bimo pun dimulai.  

Sejak awal kita dibuat tertawa lepas. Adegan Bagas terburu-buru naik ojek berhasil memberi sinyal Talak 3 memang akan membuat kita tertawa sejak awal. Karakter-karakter seperti motivator dan ojek online betul-betul menyajikan humor yang familiar dengan kehidupan kita saat ini.

Interaksi Pak Hasmi (Hasmi Gundala) dan Jonur (Gareng Rakasiwi) di toilet Kantor Urusan Agama (KUA) sukses membuat tertawa. Sindiran praktik gratifikasi di KUA betul-betul menghibur. Terlebih jika kita ingat upaya reformasi birokrasi KUA yang diterapkan Kementerian Agama baru-baru ini.

Muncul juga karakter Basuki (Dodit Mulyanto), PNS jujur dengan karakter  lugu tapi lucu. Tentu dapat ditafsirkan sebagai sindiran karakter Basuki Tjahaja Purnama, sosok pejabat jujur namun karakter kerasnya dikritik. Terlepas dari suka atau tidak suka dengan karakter keras Ahok, bisa diinterpretasikan, sutradara ingin berpesan korupsi dapat diselesaikan dengan cara yang lebih santun.

Praktis hampir semua humor dan kejenakaan yang ditampilkan Talak 3 terkait dengan kehidupan nyata sehari-hari. Satir terkait hipokrisi dalam beragama, reformasi birokrasi, praktek gratifikasi, ojek online dan motivator bukan sesuatu yang asing dalam hidup kita.

Ada adegan  akhir yang membuat kita terbahak-bahak. Saat Bagas mau menyelesaikan semua dan tiba-tiba dipotong oleh seorang karakter yang membuat kita terhenti serius sejenak sampai tertawa tebahak-bahak.

Ketiadaan bahasa Jawa kromo inggil menimbulkan kejanggalan. Padahal Talak 3 bersetting di Yogya, kota yang lekat dengan penggunaan bahasa Jawa halus (kromo inggil). Tidak ada juga humor-humor berbahasa Jawa. Yogya praktis hanya dipresentasikan oleh tempat dan logat Jawa namun berbahasa Indonesia.

Secara keseluruhan, Talak 3 membuat penonton tertawa di awal, menikmati drama tengah kemudian tertawa lagi di belakang. Humor yang disajikan pun berupa satir kehidupan saat ini. Sebuah film layak tonton yang membayar harga tiket bioskop kita.

Talak 3 - Official Trailer: