Saat ini saya ingin berbagi cerita yang saya dapat dari seorang teman yang belum lama ini curhat tentang masalahnya. Dan meskipun ceritanya bersifat pribadi tapi ada hikmah dari masalahnya tersebut yang bisa saya bagi saat ini. Begini kisahnya:

Dia memiliki seorang sahabat dekat sangat dekat bisa dikatakan demikian karena mereka intens berkomunikasi baik lewat whatsapp, bbm, fb, sms dan juga telepon. Memang mereka tidak selalu bertemu, mungkin dalam 1 bulan hanya 1-2 kali itupun kalau sama-sama punya waktu luang.

Sahabat yang dari usia sangatlah berbeda jauh sehingga 1 dengan yang lain menganggap seperti kakak adik. Meskipun usia terpaut cukup jauh namun pembawaan yang dewasa dan tenang memperlancar persahabatan mereka. 

Waktu berjalan dan karena mereka 2 sahabat lawan jenis terkadang ada saja yang membuat mereka bertengkar, musuhan dan berteman lagi. Itu berulang kali mereka alami dan lalui. Dan si cewek punya instinct atau feeling yang cukup kuat kepada sahabat cowok nya, ya meski dalam pikiran suka salah juga. Singkat cerita, baru-baru ini terjadi perselisihan antara mereka.

Si cewek merasa tidak dihargai sebagai sahabat sedangkan si cowok berusaha menjaga perasaan sahabatnya tersebut. Hanya saja caranya yang untuk ketiga kalinya terulang lagi. Ya, memang cewek dan cowok tidak sama. Kalau cowok bertindak atau melakukan sesuatu karena logika tanpa melibatkan perasaan sedangkan cewek justru sebaliknya bertindak berdasarkan perasaan dan apa yang di pikirkan.

Si cewek merasa sangat tersinggung dan berharap si cowok minta maaf dengan sungguh-sungguh menyadari kesalahan yang diperbuatnya agar hubungan persahabatan mereka dapat berjalan baik kembali. 

Namun lagi-lagi instinct si cewek mengatakan lain dan itu terbukti. Pada akhirnya karena faktor emosi mereka pun secara terpaksa memutuskan persahabatan itu. Selesai.... si cowok minta untuk tidak menghubunginya lewat apapun. Ya, si cewek yang biasanya selalu sedih ketika mereka bertengkar dan musuhan, kali itu dia lebih bisa menerimanya. Dia pikir ya itu jalan yang terbaik mungkin daripada saling menyakiti dan tidak bisa menjadi sahabat yang terbaik. Awalnya si cewek pun emosi menerimanya tapi dia sadar kalau seperti itu akan terbawa pikiran dan perasaan yang akan membuatnya sangat sedih. 

Dia kemudian menyendiri dan berdoa, dia menceritakan semuanya pada TUHAN, dia ungkapkan apa yang dirasakan dan dia mohon ampun pada TUHAN apabila telah melakukan kesalahan dan menyakiti sahabatnya. Dia pun berdoa meminta pengampunan atas sahabatnya yang seringkali menyakiti hatinya sebagai sahabat.

Dia menghabiskan waktu cukup lama untuk berbicara pada TUHAN dan dia merasakan sesuatu yaitu dia tidak merasakan sakit seperti biasanya, dia merasa lega dan yakin inilah jalan yang TUHAN kehendaki untuk dijalani. Dia terus berdoa mohon sukacita dan damai sejahtera dalam hati nya dan kembali ceria. Puji Tuhan, Tuhan mendengar doanya dan memulihkan hatinya. 

Setelah itu dia mengirimkan pesan kepada sahabatnya, dia tau ketika sahabatnya sedang emosi pasti akan berkata kasar dan tidak penuh kasih. Tapi tidak mengurungkan niatnya menyampaikan apa yang dia dapatkan setelah berdoa. Dia menyampaikan bahwa dia sudah mengampuni dan memaafkannya dan berharap demikian darinya.

Saat ini dia tau tidak akan ada yang bisa mengubah keputusan yang sudah diputuskannya yaitu akhir dari persahabatan itu sendiri. Namun ketika kita berharap dan tidak mendahului TUHAN tetapi menyerahkan semuanya pada TUHAN pasti akan indah dan yang terbaik yang TUHAN berikan untuk kita. 

Selang 1 atau 2 hari kemudian, karena perasaan si cewek belum tenang dia sengaja mengirim pesan yang sama tentang Doa dan Maaf yang dia berikan untuk sahabatnya. Dan dia bersyukur bahwa mendapat respon yang lebih baik.

Entah kenapa tiba-tiba ada hal yang mengganjal hati si cewek, akhirnya dia mengirim pesan lagi yang menyinggung masalah yang baru saja terjadi yang menyebabkan putusnya persahabatan mereka. Dia hanya ingin menyadarkan si cowok dan berharap si cowok menyadarinya dan minta maaf dengan tulus bukan dengan paksaan atau terpaksa karena tekanan. 

Dan akhirnya dari pembicaraan mereka melalui pesan-pesan tsb mereka bisa saling memaafkan dan berusaha menerima satu sama lain. Meski tidak begitu saja kembali bersahabat tapi paling tidak yang mengganjal dalam hati sudah plong dan mendapatkan kelegaan. Mereka butuh waktu untuk menenangkan hati dan pikiran masing-masing. Selanjutnya berserah saja apakah TUHAN masih berkenan mereka menjadi sahabat atau tidak. Sementara itu dulu kisah yang dapat saya ceritakan saat ini... 

Well, sahabat itulah kisah dari teman. Makna yang saya dapat dari kisah itu adalah Jangan dirimu menyalahkan dirimu sendiri dan terpuruk pada perasaan bersalah tetapi ambil waktu untuk berbicara pada TUHAN. Dengan kita curhat pada TUHAN, minta pengampunan dan memaafkan orang lain maka kita akan merasakan sukacita dan damai sejahtera dalam hati kita. Luar Biasa!!!

Mungkin dari kita terkadang ketika mengalami masalah baik dalam hal apapun, melakukan kesalahan atau merasakan sakit dari orang lain kita larut dalam masalah dan perasaan kita, Ingatlah jangan menyerah pada masalahmu.

Tetapi datanglah pada Tuhan. Berbicaralah lewat doa yang intim dengan Tuhan dan rasakan pemulihan yang Tuhan berikan pada kita. Sedih, dukacita ataupun kepahitan akan hilang dan pulih digantikan dengan sukacita dan kasih yang tulus dan jujur. AMIN 

Semoga cerita ini bermakna dan menjadi berkat buat kita sekalian. Tuhan memberkati kita semua.


--Christ Paath--

Borneo, Kaltim - 2015