...maka Cempedak bisa disulap menjadi masakan pun cemilan yang sangat melezatkan.
Oseng Cempedak
Buah Cempedak, Artocarpus integer, berkerabat dengan buah Nangka, Artocarpus heterophyllus, yang keduanya adalah buah asli kawasan Asia Tenggara.
Aroma Cempedak mirip Nangka, dengan sensasi harum yang lebih kuat dan buah yang lebih berkesan berserat, tak begitu bergetah yang bisa membuat pliket penikmatnya selayaknya Nangka.
Menikmati Cempedak, sebetulnya bisa secara langsung. Hanya saja kurang nyaman karena serasa bukan menikmati buah, melainkan sayur.
Dalam takaran bumbu pas dan cara mengolah yang tepat, maka Cempedak bisa disulap menjadi masakan pun cemilan yang sangat melezatkan.
Oseng Cempedak adalah salah satu diantara beberapa olahan Cempedak yang bakal bercita rasa menjanjikan.
Cukup diracik menggunakan bumbu sederhana yang tersedia di dalam wadah besek sehari-hari, yakni; bawang merah, bawang putih, cabe merah dan garam, juga gula pasir jika diperlukan.
Cempedak dikupas. Lalu kulitnya disisihkan buat nanti dimasak lagi menjadi sambal goreng kulit Cempedak.
Cuci Cempedak, lalu disuwir-suwir kasar, kemudian ditumis bareng rajangan bumbu-bumbu tersebut di atas.
Jreeng…!!
Jadilah Oseng Cempedak yang beraroma perpaduan manis dan gurih bawang.
Oseng Cempedak menjadi lauk yang meski tak begitu bergizi, namun sangat nikmat bersanding sambal dan nasi hangat.
Sangat pas buat sandingan nasi putih hangat dan lauk minimal krupuk. Biarkan nasi dan Oseng Cempedak kelihatan menumpuk. Terus menyantapnya dipuluk. Tak usah sungkan nanti jika habis, bisa tanduk.
...melainkan menjadi kuning keemasan, cantik rupawan.
Goreng Cempedak
Kemudian, buah Cempedak bisa pula digoreng tepung, selayaknya menggoreng pisang kepok atau pisang tanduk.
Ditata sedemikian rupa jumputan buah-buah Cempedak beserta isinya, lalu dimasukkan dalam adonan tepung manis yang bisa pula ditambah kocokan telor ayam.
Goreng adonan Cempedak tepung di atas nyala api sedang, agar hasil gorengannya tak gosong melainkan menjadi kuning keemasan, cantik rupawan.
Api bernyala sedang, juga biar beton, isi buah Cempedak, menjadi matang yang nantinya bisa sekalian dikunyah bareng Cempedak tepung matang.
Buah Cempedak yang mirip Nangka, juga bisa diolah dengan cara lain. Sebagai kudapan, Cempedak goreng tepung sangatlah pas bersanding dengan teh tubruk hangat, teman asyik mengobrol bersama sahabat dan rekan.
Hanya saja memang...
Waspada Gas
Sensasi rasa manis dan wangi menjadi satu dengan gurihnya biji beton Cempedak yang tergigit pelan-pelan.
Ibarat coklat, maka beton Cempedak itu kacang mente. Atau ibarat kurma Kalifornia, maka beton Cempedak itu kacang Almond.
Cita rasa sensasional beton Cempedak yang demikian tentunya tak ditemui pada olahan goreng pisang atau ubi atau tape atau Sukun.
Hanya saja memang, mirip dengan beton isi Nangka yang dikukus buat cemilan, maka beton isi Cempedak juga punya efek berupa bolak balik -maaf- buang angin, kentut, beberapa jam setelah menikmatinya.
“Taaat... Tut tat tut.” Tiada henti, bisa saling bersahutan jika penikmat masakan Cempedak adalah sekeluarga. Seisi rumah pun menjadi lebih berbunyi irama nan melodius. Malah kadang bisa mbribeni, bikin bising kuping tetangga.
...adalah wajar sebagai dampak ikutan proses alamiah...
Beda Budaya
Membahas masalah kentut, saya punya penelaahan tersendiri.
Begini;
Kejadian buang angin itu karena dampak reaksi makanan yang dicerna dalam saluran pencernaan.
Setiap bahan pangan berpotensi mengandung gas, yang bisa melepas gas-gas tertentu saat dicerna.
Buah mangga, kacang-kacangan, nasi jagung, botok daun Simbukan, termasuk beton Nangka pun Cempedak adalah contoh makanan yang mengandung gas.
Oleh karenanya, buang angin setelah mengkonsumsi makanan tersebut adalah wajar sebagai dampak ikutan proses alamiah dalam saluran cerna.
Sehingga, membuang angin, berkentut, adalah proses biologis alamiah yang tak perlu ditahan-tahan, asal dilakukan semestinya, dengan mengindahkan tata krama adat kesopanan yang berlaku.
Keberterimaan berkentut pun bisa berbeda antar budaya bangsa.
Seperti agak berbedanya pandangan kebanyakan orang kita, maka orang barat lebih memaklumi berkentut dibanding bersendawa.
Suatu waktu, saya pernah mengobrol dengan seorang teman kerja asal Australia. Sedang asyik ngobrol saya tak kuasa menahan rasa ingin membuang angin. Tak sempat pamit menjauh, angin keburu lepas bersuara, agak lantang.
“Tiiuuuutt?..” Bernada seolah sedang bertanya manja.
Saya panik, khawatir dia marah. Saya hanya diam berharap cemas dia memahami keadaan saya.
“Owf... That’s OKey! It was so relieved.” Tukasnya.
Kami pun lanjut bercengkerama seolah suara lirih angin terjepit dan sedikit aroma yang menebar tipis itu, tiada.
Sebaliknya, pernah saya bersendawa lirih saat selesai menikmati santapan dengannya.
Sontak dia kurang nyaman mendengarnya. Bahasa tubuhnya menyiratkan kata-kata;
“Ah! you disgusting...”
...bagai senapan mesin bredhet tipe MG-42 andalan pasukan Jerman...
Lirih Membalikkan
Makanan yang mengandung gas ataupun kompleksitas reaksi cerna, juga berdampak pada kualitas suara dan aroma kentut yang dihasilkan.
Seringkali, berlaku rumus empiris bahwa suara kentut itu berbanding terbalik dengan aromanya.
Semakin lantang suara kentut seperti;
mak “Wuook!”,
mak “Tuwoot!”,
mak “Bruoot!”,
mak “Prooth!” (Pengucapan ‘Prooth’ pakai ‘th’ seperti baca ‘three’, ‘both’, ‘month’ atau ‘smooth’ dalam bahasa Inggris),
atau berbunyi bagai senapan mesin bredhet tipe MG-42 andalan pasukan Jerman semasa PD II, mak “Berrrrtt!... Brrrttt!… Bbrrrtttt!”, maka semakin tipis, samar-samar sensasi aromanya.
Sebaliknya, jika kentut bersuara lirih seperti; mak “Pletuq…”, yang seringkali wujud bebunyian akibat dari menahan-menahan diri, sungkan untuk membuang angin.
Atau, mak “Peq…”, yang terdengar bagai suara kodok kedudukan atau tak sengaja keinjak.
Atau, kentut yang cuma bersuara; mak “Pssttt...”, maka lirih suaranya justru mampu membuat kecoa yang tengah santai berjalan, mendadak sontak terbalik menggelepar pingsan.
...maka sang pelaku juga ikutan beraksi sama.
Dinamika Kantor
Pemilik kentut bersuara lirih, biasanya adalah para karyawan pun karyawati, eksekutif yang terlalu lama bekerja sambil duduk dalam ruangan berpendingin udara, yang membuat mereka sungkan untuk mengaktualisasikan efek alamiah dalam rongga pencernaan.
Selain menjaga perasaan rekan sejawatnya, juga khawatir nanti aroma kentutnya mulek dalam ruangan kerja, nggak hilang-hilang.
Perpaduan hawa dingin saat musim hujan di luar gedung kantor dengan terpaan angin sepoi dingin mesin penyejuk udara di dalam ruangan, turut memberi dampak akumulasi munculnya gas-gas dalam saluran cerna.
Kejadian yang sering terjadi dalam perkantoran, adalah terlepasnya gas pencernaan baik milik karyawan maupun karyawati. Angin arus bawah yang tiada kuasa ditahan-tahan, pas pulang kerja atau beristirahat, di dalam ruangan sempit elevator atau sering disebut lift, yang tengah berjalan dan sedang berisikan banyak orang di dalamnya.
Tingginya gedung kantor membuat lift lama berjalan turun, membuat seisi lift panik terpapar aroma kentut berformat suara lirih.
Hampir semua orang dalam lift pun lalu mengibas-kibas telapak tangan, lalu menutupi hidung atau sekedar menghembus-hembuskan napas pertanda tak nyaman.
Sadisnya, karena takut ketauan, maka sang pelaku juga ikutan beraksi sama. Tak hanya ikutan mengibas-kibas telapak tangan, namun juga sok-sokan menghembus-hembuskan napasnya lalu menutupi hidungnya, beraksi drama ikutan panik.
Hal itu pun lalu membuat seisi lift saling bertanya-tanya dalam hati dari siapa sebenarnya sosok penebar aroma sensasional dari poros badan bagian selatan ini.
Ini benar-benar kesempatan langka...
Romansa Suara Duet
Weits! ... Tunggu sebentar! ... Satu lagi!
Ada juga kesempatan langka nan alamiah, saat syaraf pemicu tawa bersamaan terhentak bersamaan dengan syaraf pemantik gas buang hasil pencernaan.
Terjadinya adalah berupa tertawa lepas yang berbarengan dengan hasrat mengentut yang tak tertahankan.
Ini benar-benar kesempatan langka yang apabila mengalaminya, bakal nyaris tak bisa dihentikan.
“Waa.. Ka.. Kaa.. Kaa.. Kaaakk!” Dari poros badan sebelah utara terdengar suara nyaring terbahak.
Sementara bersamaan dari sektor selatan terdengar bunyi menggebret mak “Tee.. Owe... Owee.. Oweee... Ooweett...”
Betapa suara yang tengah larut dalam romansa berduet.
Oleh karenanya, marilah kita menyikapi dengan bijak sumber makanan mengandung gas dan memahami dampak yang bakal turut menyertainya.