Apakah para wanita di Indonesia berduka?
Pasca tulisan saya mengenai "Nikita Mirzani dan Ulama", begitu juga "Nissa Sabyan dan lagu Ya Tabtab Wadalla", tulisan mengenai figur wanita Indonesia selanjutnya yang akan saya bahas adalah "Nia Ramadhani dan kasus narkobanya".
Ketiga wanita berinisial "N" ini berhasil memancing saya bercuap-cuap melalui karya, kenapa? Karena mereka adalah figur wanita Indonesia.
Nia Ramadhani atau "Womans Goal", yang sedari remaja telah meniti karirnya di dunia entertainmen, yang bisa kita lihat dimana-mana penjabaran tentang masa lalunya, latar belakang keluarganya, dan pencapaiannya.
Definisi sederhana dari sebuah pepatah "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian." Ya, ini dalam sudut pandang saya sebagai wanita Indonesia.
Nia Ramadhani beserta apa yang ia dapati sekarang, merupakan sesuatu yang pantas dan sama sekali bukan instan. Ini terlihat seperti "Gift" dari yang Maha Kuasa atas perjuangan dan proses yang ia lalui selama ini.
Terlepas dari sosok Nia yang barangkali sempat viral lantaran "Damage buruk" yang tidak bisa mengupas buah Salak. Itu pun sama sekali tidak masalah dalam sudut pandang saya, yang masih sebagai wanita Indonesia.
Memang, sah-sah saja menilai bahwa fakta itu adalah sesuatu yang berlebihan, menggelikan atau bahkan menjijikan, tapi sekali lagi itu tidak masalah dalam sudut pandang saya.
Berbicara soal wanita, memang tidak akan ada habisnya. Wanita adalah sosok yang menarik untuk saya bahas semenjak saya menduduki bangku kelas 11 SMA. Lantas apa? Fakta tentang wanita yang belum diketahui oleh para wanita lainnya? Atau fakta tentang wanita yang belum diketahui oleh kaum pria?
Wanita memiliki prioritasnya masing-masing. Dan mereka juga memiliki kekurangan masing-masing.
I hate to saying like this but, saya harus tetap katakan. Tujuan dari apa yang saya sampaikan ini adalah memperkuat apa yang ingin saya sampaikan pada kalimat sebelumnya, "Wanita memiliki prioritasnya masing-masing dan kekurangan masing-masing".
Mulai dari saya sekolah di Taman Kanak-Kanak, hingga duduk di bangku kelas 12 SMA, saya pergi dan pulang sekolah diantar dan dijemput, kadang oleh Ayah saya, dan kadang oleh Ibu saya. Finally? Setelah saya tamat SMA dan akan melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi, apa yang menjadi kekhawatiran bagi Ibu saya?
"Mamah kepikiran, ntar Dedek nyebrang gimana ya?"
Let see! Itu adalah sesuatu yang berlebihan, menggelikan, atau bahkan menjijikan bagi sebagian orang yang tidak tau latar belakang dari itu semua. Tapi itu ada dan nyata di tengah-tengah wanita Indonesia, dan wanitanya adalah saya.
Bisa mengemudi saat itu memang bukan menjadi prioritas saya. Saya tidak terbiasa dengan aktifitas di jalan raya seperti mengemudi kendaran sendiri, atau pun menyebrang jalan sendiri. Dan sampai hari ini agar tidak terlihat berlebihan, atau menggelikan atau bahkan menjijikan, saya cari aman dan memilih untuk menyebrang di Zebra cross saja. Pandai menutupinya = Masalah selesai.
Saya mencoba untuk memahami sosok Nia Ramadhani ini dengan apa yang terjadi pada diri saya sendiri. Mungkin latar belakangnya seperti ini ;
Nia yang dulu menghabiskan masa remaja untuk bekerja, barangkali menjadi tulang punggung keluarga, memang sama sekali tidak bertemu dengan buah Salak, karena prioritasnya saat itu adalah kerja. Kenapa tidak? Atau bisa jadi Nia memang tidak mengkonsumsi buah-buahan Salak dulunya?
Sedang Nia yang sekarang, makan semua buah apa saja, tapi sudah dikupas oleh asisten rumah tangganya. Semudah itu kan sekarang memahami kenapa ada wanita yang tidak bisa melakukan hal-hal kecil dalam hidup? Karena itu bukan prioritas mereka dan karena mereka juga punya kekurangan.
Sekarang saya punya satu pertanyaan. Jika masyarakat Indonesia tidak tau bahwa Nia Ramadhani tidak bisa mengupas buah Salak, apakah masyarakat Indonesia tau bahwasanya Nia Ramadhani memiliki suatu kekurangan? Tentu saja Nia Ramadhani akan menjadi wanita yang sangat sempurna dalam sudut pandang kita bukan?
As simple as, ini hanya tentang wanita yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Hanya sebatas itu saja dalam sudut pandang saya.
Selesai tentang "Damage buruk" seorang Nia Ramadhani. Sekarang saya akan membahas "Damage terbaik" nya.
"Investasi itu ke wajah, jangan ke baju, aku pakai baju dua puluh ribu liat ya," masih terngiang-ngiang kan? Bagaimana seorang istri dari Ardi Bakrie membangkitkan rasa percaya diri para wanita yang ada di Indonesia kala itu?
Bahwasanya barang-barang itu bukan tentang harga dan brand semata, lebih baik mempercantik diri, kalau dirinya yang sudah cantik mau pakai barang harga berapa saja dan merek apa saja, ya tetap cantik. Seketika Nia Ramadhani kembali viral, dimana-mana namun sudah dengan "Damage terbaik" nya.
Baru-baru ini, muncul berita yang menyeret nama Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie mengenai kasus narkoba. Meski pun masyarakat masih menantikan tentang kebenarannya, lagi-lagi saya sebagai 1 dari wanita Indonesia, jika kasus itu benar adanya,
"Sungguh ini sangat-sangat disayangkan sekali. Saya merasa kita semua kehilangan sosok seorang wanita talenta Indonesia."
:'-)