Akhir akhir ini banyak terjadi kasus kekerasan seksual dan yang paling banyak menjadi korban merupakan perempuan.
Banyak juga korban kekerasan seksual yang mendapat perlakuan acuh tak acuh. Padahal korban seharusnya mendapatkan perlindungan, dukungan dan dorongan agar korban tidak merasa sendiri.
Akibat dari kekerasan seksual, korban tidak hanya terluka secara fisik dan emosional, tetapi juga berpengaruh pada psikis atau mentalnya dengan jangka panjang.
Mereka yang menjadi korban dapat mengalami trauma yang sangat berat, mereka dapat mengurung diri dan tidak menutup kemungkinan mereka akan menyakiti diri sendiri.
Sebagai contoh, kekerasan seksual yang dilakukan di KRL, kekerasan seksual yang dilakukan guru di pondok pesantren yang mencabuli 21 santri, ataupun kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang terdekat akan membuat korban merasa sangat ketakutan bahkan saat hanya mendengar namanya saja.
Dalam hal ini peran keluarga sangat penting untuk selalu mendampingi korban, karena korban akan merasa sangat tidak aman dimanapun dia berada.
Dikutip dari dokter sehat, dampak psikologis akan sangat berbahaya bagi korbannya dan jika tidak segera ditangani akan memiliki dampak buruk bagi korban, seperti memiliki keinginan untuk bunuh diri. Korban kekerasan seksual juga memiliki dampak yang berbeda beda dan dapat terjadi dalam jangka panjang.
Merasa Ketakutan, hal ini tergantung pada keadaan korban, seorang korban kekerasan seksual bisa takut akan banyak hal. Korban mungkin mendapat ancaman, takut melapor ke polisi, enggan untuk memberitahukan kepada keluarga karena takut membuat mereka kesal dan malu.
Korban akan merasa sulit membahasnya dan menganggap kejadian itu sebagai aib, sehingga tidak mudah untuk mendiskusikan. Semua ketakutan yang dialami korban dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya.
Depresi, kemungkinan besar terjadi ketika korban mulai menerima atau pulih dari trauma besar atau peristiwa yang menguras emosi. Namun, ingatan tentang kekerasan seksual dan peristiwa lainnya dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik.
Sebagian besar korban kekerasan seksual merasa malu dengan apa yang terjadi. Sulit bagi korban untuk berbicara dan malu dengan kejadian tersebut, sehingga tidak mudah untuk membicarakan apa yang terjadi dengan keluarga, teman atau pihak berwenang.
Korban biasanya merasa bersalah atas apa yang terjadi pada mereka. Korban mungkin merasa bahwa cara berpakaian atau hal-hal lain mendorong pelaku untuk melakukan kekerasan seksual terhadap mereka.
Pelaku kekerasan seksual mengendalikan perilakunya dan tidak peduli dengan gaya pakaian korban, situasi saat itu atau hubungan antara korban dan pelaku.
Selalu merasa tidak aman karena efek psikologis dari korban kekerasan seksual dapat mempengaruhi bidang kehidupan lainnya. Korban mungkin putus asa untuk menjauh dari orang lain (terutama yang mereka curigai) dan membuat perubahan dalam hidup mereka.
Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) Para penyintas kekerasan seksual berisiko tinggi mengalami kecemasan, stres atau kecemasan yang disebabkan oleh peristiwa traumatis.
Ketika perasaan ini semakin memburuk, bertahan lebih dari beberapa minggu, atau mengganggu kehidupan sehari-hari, kondisi tersebut dapat disebut gangguan stres pasca trauma (PTSD).
Mengalami Flashback atau kilas balik, terjadi ketika ingatan trauma masa lalu yang seolah-olah terjadi pada saat itu. Kemungkinan korban mengalami kekerasan seksual berulang kali.
Sekilas, flashback atau kilas balik mungkin tampak acak dan dipicu oleh pengalaman cukup biasa yang terkait dengan indra, seperti mencium bau seseorang atau nada suara tertentu.
Mimpi Buruk dan Mimpi yang Berulang merupakan efek psikologis dari korban, karena otak mencoba untuk memproses, memahami dan pulih dari apa yang terjadi. Hal tersebut normal dan mimpi buruk biasanya mereda seiring waktu.
Berbicara dengan seseorang yang dipercaya dapat membantu, meskipun mungkin tidak mengakhiri mimpi sepenuhnya, hal itu dapat membantu membuat mimpi tersebut tidak terlalu menakutkan.
Disosiasi atau Emotional Numbness (Kelumpuhan atau Mati Rasa Emosional) Bagi sebagian besar korban, reaksi awal biasanya berupa syok dan mati rasa emosional, perasaan hampa dan kesulitan mengekspresikan diri. Biasanya, korban awalnya akan tenang dan menutup diri.
Respon ini terkadang mengejutkan orang lain seperti teman, keluarga, dan psikolog yang berekspektasi bahwa korban menjadi tertekan setelah kejadian. Biasanya setelah beberapa hari atau minggu, korban mulai mengalami berbagai reaksi lain seperti marah, takut, dan shock.
Memiliki keinginan untuk bunuh diri, karena kekerasan seksual bersifat traumatis dan dapat mempengaruhi harga diri dan kepercayaan diri korban. Dalam keadaan seperti ini, dampak psikologis terhadap korban bisa lebih ekstrim.
Banyak korban yang tidak menerima dukungan mungkin akan memilih bunuh diri untuk menghindari rasa sakit dan kesulitan yang luar biasa. Inilah dampak psikologis korban yang perlu dikhawatirkan.
Kesimpulannya, peran keluarga dan orang terdekat atau teman sangat penting untuk membantu masa pemulihan mental korban agar korban dapat melewati rasa sakit dan kesulitan yang luar biasa.
Sebagai contoh, keluarga dapat melakukan pendekatan kepada korban serta memberikan dorongan berupa motivasi untuk meraih masa depan dan melanjutkan kehidupan yang lebih baik dan untuk teman harus merangkul korban agar tidak merasa sendiri atau merasa dijauhi.