Istri Abdul Somad sedih tak kepalang menerima keadaan dirinya ditalak cerai oleh sang suami yang saat ini sudah menjadi mantan. Perempuan yang saleh ini tidak kuasa menahan kesedihannya, dan ditumpahkannya ke dalam akun Instagramnya.
Ia memposting foto bersama anaknya, sambil menuliskan curahan hatinya yang menyayat-nyayat hati itu. Melalui akun Mizyahhadziq, ia mencurahkan isi hatinya seperti ini…
Bismillah
MasyaAllah TabarakaAllah
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad
Genderang itu telah tuan tabuh, pelan ataupun kuat tetap akan berbunyi. Terlihat ataupun tersembunyi tetap bergema, terlebih lagi sang penabuh besar gaungnya.
Apalah dayaku ketika tangan kecil itu menutup mulutku, dg manusia berilmu tuan giring opini, hingga jutaan mata memandangku dg arang hitam yg tuan beri.
Tak apa, tuan, kata tak kan mengubah fakta dan hakikat diri, hati nurani akan mampu menelusuri arti.
Aku tak risau dg arang yg tuan tabui, cukup bagi diri jika sang buah hati melihatku seperti bidadari, yg selalu memeluknya dg kasih sejati dan memandang tuan seperti raja yg harus dipatuhi dan dihormati, bagiku disitulah kemenangan sejati.
Dari potongan kalimat yang menyerupai puisi ini, saya melihat ada kesedihan yang amat sangat dalam dirasakan oleh sang mantan istri. Ia memposting fotonya bersama anaknya yang ia kasihi. Melihat bagaimana sebuah fakta yang ada di depan mata.
Sang istri digugat cerai dan menjadi janda, entah untuk seumur hidupnya atau untuk sementara. Itu nanti dulu. Hal yang paling menyakitkan sang mantan istri saat ini adalah ditinggal pergi suaminya, yang sudah begitu terkenal di dunia politik maupun dunia dakwah.
Perceraian adalah sebuah hal yang tidak baik. Tidak ada yang menyetujui bahwa bercerai adalah sebuah kebahagiaan. Apalagi bagi seorang wanita, perceraian adalah sebuah bencana. Mengapa bencana? Karena bekas itu tidak pernah bisa dihilangkan. Bekas luka tanda hilangnya keperawanan sudah tidak bisa kembali lagi.
Penulis merasakan kesedihan yang amat sangat ketika mendengar curhatan seorang teman yang juga diceraikan oleh suaminya. Dalam hukum Indonesia, perceraian itu disahkan dan diperbolehkan. Mari kita tidak membahas mengenai hukum di Indonesia. Namun mari kita membahas mengenai perasaan ditinggal.
Seorang istri yang ditinggal cerai oleh suaminya menjadi seorang yang tersendiri. Untuk menikah lagi, tentu tetap saja ada rasa yang berbeda. Keperawanan itu sudah tiada. Menjadi perempuan adalah sebuah hal yang sering dianggap rendahan.
Kebanyakan perempuan yang menikah sering kali dijadikan sekadar makhluk yang tidak semulia pria. Padahal tidak demikian. Tuhan menciptakan manusia berdasarkan jenis kelamin, yang sama di mata-Nya. Hanya saja, manusia menganggap pria itu lebih tinggi derajatnya.
Secara ordo, memang pria adalah kepala rumah tangga. Tapi jangan lupa, kepala rumah tangga itu memiliki mahkota, yang menjadikan sang pria dan sang suami itu penting.
Tanpa perempuan, kehadiran suami itu tidak ada apa-apanya. Tanpa istri, kehadiran laki-laki itu tidak bermakna.
Abdul Somad, setuju tidak setuju, sudah menjadi sosok yang menyakiti hati istrinya. Selama ini, kita melihat istrinya saleh. Dari postingan IG-nya, terlihat sekali sang istri yang dengan akun @Mizyanhadzig adalah sosok penyayang. Ia adalah ibu yang begitu baik bagi anak-anaknya.
Mizyanhadzig adalah akun IG yang dimiliki oleh mantan istri UAS Mellya Juniarti. Curhatan yang begitu menyayat hati ini membuat saya kemudian menitikkan air mata. Sedih. Perih.
Saat ini, ketika suami sudah tidak ada dan meninggalkannya, ia harus sendiri sebatang kara mengurus anaknya. Saya tidak tahu apakah nantinya Abdul Somad akan bertanggung jawab untuk menghidupi anaknya yang ia sudah usahakan dengan istrinya.
Saya berharap bahwa Ibu Mellya ini suatu saat akan mendapatkan dan menuai kebahagiaan dari membesarkan anaknya. Anak yang akan menjadi pengisi kebahagiaan ibunya. Saya berdoa agar ibu Mellya diberikan ketabahan. Tuhan tidak tidur, demikianlah kalimat singkat dan bermakna yang pernah diucapkan Ahok.
Kesedihan itu adalah hal yang wajar. Saya tidak akan memberikan nasihat apa pun kepada ibu Mellya. Saya hanya bersimpati. Karena orang sedih, kalau dihibur dan diberikan nasihat-nasihat keminter, malah cenderung membuat keadaan makin runyam.
Permasalahan rumah tangga, sebesar apa pun, tidak akan melebihi apa yang Tuhan sudah tetapkan. Manusia dicobai tidak pernah lebih dari kapasitasnya. Tuhan senantiasa memberikan pertolongan untuk, Ibu. Tetaplah semangat. Sedihlah, menangislah.
Sampai kepada waktunya, saya percaya ibu akan menjadi orang yang lebih kuat dan lebih tabah. Ibu akan menjadi ibu bagi anak ibu yang nantinya akan menjadi harapan bagi agama dan bangsa ini. Saya percaya, bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik. Tetaplah bersandar kepada-Nya. Karena hanya Dialah harapan satu-satunya.
Manusia, sehebat apa pun, pasti suatu saat akan mati dan dituntut pertanggungjawabannya di Armageddon nanti.