“Lizard! Aw! Waw! Waw! Lizard! Aaaaw! Liiizard!” Pekik Cikita (3 tahun) di kelas playgroup hari itu. Heboh sekali dan dilanjutkan dengan perilaku tantrum mendorong kursi ke dinding mengagetkan cecak lalu tertawa terbahak-bahak melihat cecak kabur. Dari hasil komunikasi guru dan orang tua Cikita, bisa diketahui bahwa Cikita terbiasa nonton video Youtube sehari-harinya sementara kedua orangtua sibuk bekerja.
Yang terjadi saat membiarkan anak terbiasa nonton adalah orang tua telah membiarkan anaknya menjadi pasif dalam berbahasa, terlebih jika anaknya sering nonton tanpa bimbingan orang tua. Efek sampingnya bisa cukup serius seperti pada kasus Cikita yang saat melihat cecak ia tidak tahu apa bahasa Indonesianya lizard meskipun kedua orang tuanya menggunakan bahasa Indonesia serta kesulitan menyampaikan pendapatnya terhadap cecak dengan wajar. Pengalaman penulis mengenai Cikita adalah contoh ketika kemampuan berbahasa anak terganggu perkembangannya akibat gadget.
Dsak Soetjiningsih seorang ahli tumbuh kembang anak mengatakan bahwa saat anak usia dini banyak diberi stimulasi oleh televisi atau media lain yang tidak membutuhkan respon apa-apa dari penontonnya, maka sel-sel otak yang mengurusi masalah bahasa dan bicara akan terlambat berkembangnya.
Maka untuk menghindari dampak negatif dari terlalu gandrung terhadap media visual (TV dan telepon pintar) bagi anak, alangkah baiknya mengalihkan perhatian mereka dengan menggiatkan literasi di keseharian mereka.
Dalam hal ini sudah seharusnya orang tua turut menggiatkan literasi untuk dirinya sendiri. Jangan segan untuk intim berkomunikasi dengan anak dengan ditemani buku sehingga terciptalah kebersamaan yang berkualitas antara orang tua dan anak. Dengan cara itu, berarti anda sedang menstimulasi perkembangan bahasa anak sekaligus mendekatkan mereka dengan ilmu pengetahuan.
Buku merupakan produk turunan kertas yang paling memberi pengaruh bagi kehidupan manusia. Buku diibaratkan piala-piala peradaban karena 80% s.d. 90% pengetahuan berasal dari buku. Gemar membaca buku menjadikan manusia menguasai ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan manusia bisa menjadi ahli di bidang agama, bahasa, kedokteran, budaya, fisika, kebumian dan ahli lainnya. Membuat anak cinta buku berarti mempersiapkan mereka menjadi seorang ahli ilmu di masa depan.
Manusia yang gemar membaca adalah penggerak pesatnya peradaban. Buku adalah sumber sekaligus muaranya peradaban sebuah negara. Orang-orang menguliti ilmu pengetahuan dari buku sebagai bekal memajukan peradaban, kemudian begitu peradaban maju, hasilnya dituangkan dalam buku. Begitulah siklus yang berulang. Membuat anak cinta buku juga berarti mempersiapkan mereka menjadi penggerak peradaban.
Dalam Al-Qur’an, surah Al-‘Alaq ayat 3 yang berbunyi ‘Iqra’ warobbukal akrom’ (Bacalah, dan Tuhamulah yang Maha Pemurah) menyiratkan bahwa sungguh Allah akan memulyakan kehidupan hambanya yang gemar membaca. Tuntunan ini hendaknya memotivasi orang tua untuk membimbing anaknya supaya berkembang menjadi pribadi yang gemar membaca sehingga anak mendapat cukup informasi baik untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya.
Memperkenalkan buku kepada anak sejak usia dini (2 s.d. 6 tahun dan seterusnya) adalah pilihan terbaik sebelum anak terpapar kebiasaan menggunakan gadget sehingga sulit menghadirkan buku untuk dijadikan objek menarik bagi mereka. Bagaimanapun anak usia dini yang belum bisa membaca membuat para orang tua merasa belum perlu memberi mereka buku.
Namun tidak perlu ragu bagaimana mengajak anak cinta buku meskipun belum bisa membaca. Pada esai ini akan disertakan tips bagaimana membangun budaya gemar membaca bersama si kecil di rumah.
MENDONGENG 15 MENIT SEBELUM ANAK TIDUR
Menurut Anies Baswedan, budaya membaca hadir karena ada kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca ada jika ada rencana membaca secara rutin. Sejalan dengan Anies, KEMENDIKBUD menganjurkan untuk membacakan buku atau mendongeng secara rutin selama 15 menit sebelum anak tidur.
Pada saat mendongeng, orang tua berkesempatan untuk menanamkan nilai moral yang terkandung dalam buku cerita tersebut. Selain itu, anak-anak yang terbiasa diperdengarkan dongeng sebelum tidur akan berkembang menjadi pribadi yang ceria, kreatif, mampu berkonsentrasi dengan baik dan percaya diri karena mereka mendapatkan tidur yang sangat berkualitas. Bila belum memiliki buku cerita, mulailah mendongengkan kisah apa saja yang anda ketahui dan cocok untuk si kecil secara lisan.
MENYEDIAKAN POJOK BACA DI RUMAH
Tips selanjutnya untuk membuat anak cinta buku adalah dengan menghadirkan pojok buku di rumah. Pojok buku atau perpustakaan pribadi di rumah akan menumbuhkan kesadaran oleh si kecil bahwa buku adalah bagian dari kebutuhannya. Jangan sungkan untuk meluangkan anggaran demi menambah koleksi buku karena berbelanja buku sama dengan berinvestasi ilmu yang bermanfaat.
Perlu disadari bahwa sebanyak apapun orang tua membelikan anaknya buku, jika anak-anak tidak pernah menyaksikan mereka membaca maka misi menumbuhkan kegemaran membaca pada diri anak terancam gagal karena anak mewarisi gaya hidup orang tua apalagi tidak dipungkiri bahwa banyak orang tua di masa milenial ini yang tak kalah kecanduan gadget juga. Jadi, sebagai orang tua, membacalah.
REFLEKSI BUKU BERSAMA ANAK
Pada kesempatan berbincang dengan anak, orang tua bisa menanyakan buku cerita mana yang paling ia sukai lalu minta anak untuk menceritakannya kembali misalnya: “Oh, buku yang warna merah? Si Arthur kan ketemu landak di halaman, terus gimana landaknya? Mama jadi pengen denger lagi ceritanya. Ceritain dong, Sayang.”
Selain dapat memelihara minat membaca anak, kegiatan ini juga bermanfaat untuk menstimulasi kemampuan bahasa ekspresif anak. Sebuah buku dongeng dapat memfasilitasi terbangunnya kedekatan dalam berkomunikasi antara orang tua dan anak.
TAMASYA KE SENTRA BUKU
Sentra buku seperti toko buku dan perpustakaan sangat direkomendasikan untuk dijadikan tujuan berwisata. Perlu diketahui bahwa hampir setiap perpustakaan wilayah di suatu provinsi memiliki pojok baca anak-anak.
Ada baiknya saat berjalan-jalan di pusat perbelanjaan bersama si kecil, orang tua membudayakan untuk mampir ke toko buku yang ada di sana atau saat mengunjungi sebuah keramaian, ajaklah anak untuk menghampiri stan membaca yang saat ini sering diadakan oleh beberapa komunitas pecinta buku.
Selain berbagai pilihan sentra buku yang tersebut di atas, orang tua juga bisa mengajak si kecil untuk mengunjungi pojok baca di rumah temannya jika memiliki kenalan yang juga memunyai pojok baca untuk anaknya di rumahnya atau sebaliknya, anda dan si kecil bisa mengundang anak lain untuk berkunjung juga ke pojok baca di rumah anda.
BERLANGGANAN MAJALAH ANAK
Berlangganan majalah anak menawarkan banyak keuntungan yaitu harga yang ditawarkan lebih murah, mendapatkan bonus merchandise yang ampuh memotivasi anak untuk giat membaca dan yang paling penting adalah menambah koleksi bacaan anak.
Sembari menikmati buku bersama anak, kenalkan bagaimana sikap membaca yang baik seperti bagaimana posisi tubuh dan jarak pandang baca yang sehat. Dengan menerapkan kelima tips di atas, diharapkan semoga orang tua berhasil menumbuhkan budaya gemar membaca sedari kecil sehingga kelak bangsa ini kaya akan sumber daya manusia yang cakap dan berilmu. Akan lebih baik jika para orang tua juga ikut gemar membaca sehingga pemimpin di masa depan akan semakin arif karena nasehat bijaksana dari orang tua yang berilmu.