Seperti Gibran yang telah ditinggal oleh kasihnya Salma karena perjodohan keluarga, begitu pun hati seorang gadis sedang hancur, bukan karena itu.
Namun setelah ia berikan hati kepada seorang pemuda yang belum mengerti arti dari tanggung jawab melempar jauh hati itu seraya seperti berkata bahagiaku bukan bersamamu tapi aku memilih dia.
Memang tidak mudah membangun kembali hati yang hancur berkeping, apalagi siap menyambut seseorang yang akan mengisi hari-harinya.
Sang gadis pernah berucap dalam isak tangisnya bahwa waktu yang akan menjawab semua kelak
Wajar trauma akan masa lalu selalu menghantui dirinya,
Di tengah keadaannya yang terpuruk, seorang pemuda digerakkan hatinya oleh Sang Maha Kuasa untuk menemani gadis itu, mendengarkan segala kesedihan dan curahan hatinya
Awalnya hanya simpati, namun perlahan menjelma menjadi sebuah perasaan.
Perasaan serupa yang pemuda itu rasakan beberapa tahun lalu kepada seseorang yang mengisi tahun-tahun di bangku sekolahnya pada saat pandangan pertama.
Hari demi hari berlalu, pemuda itu merasa semakin aneh dengan yang ia alami setelah sebelumnya sempat melihat beberapa gadis yang ia kagumi seperti tak pernah hadir untuk dipersunting oleh dihatinya.
Kini satu yang ia tahu yaitu sang gadis masih butuh waktu.
Sang Pemuda tak diam saja seperti individu yang menganut faham jabariyah, yang pasrah.
Ia menemani, berusaha memberi pengertian akan kerasnya dunia dan menunggu
Akal berbisik kepada sang pemuda dan menyadarkannya ada banyak juga pemuda lain di luar sana yang memiliki ekspektasi atau bahkan obsesi kepada sang gadis.
Ia tahu bahwa jangan dibutakan oleh cinta kepada spesiesnya, kemudian ia berlari dan mendekat kepada Rabbnya
Namun apa daya manusia adalah mahluk dua dimensi.
Satu sisi ia merasa aman dengan cinta kepada Sang pencipta di dunia idenya, namun Dia merasakan hal yang sama pada dunia materinya yaitu kepada seorang gadis,
Bukan gadis biasa, meski nyatanya demikian gadis itu terasa khusus baginya
Sekarang keadaan pemuda itu lebih parah, ia berharap dirinya dan sang gadis bertransformasi menjadi “kami”
Dan ia akan terus menunggu hingga waktu menyembuhkan sang gadis