“Kadang-kadang kau pikir lebih mudah mencintai semua orang daripada melupakan satu orang. Jika ada seorang yang terlanjur menyentuh inti jantungmu,mereka yang datang kemudian hanya menyentuh kemungkinan.”
Saya menebak AADC 2 (Ada Apa Dengan Cinta? 2) akan jadi film drama cinta orang dewasa yang tidak akan seikonik AADC (Ada Apa Dengan Cinta?-2002). AADC sendiri sebetulnya tidak perlu dibuat sekuel. Adegan akhir menggantung yang diiringi puisi Rangga, sudah cukup jadi memori penonton sepanjang masa.
Setelah membaca, mendengar cerita beberapa orang dan teman yang beragam, lebih baik saya menonton dan memutuskan sendiri. Kesaksian yang saya dapat bermacam-macam. Ada yang terkesan, ada yang menilai biasa saja sampai ada yang bilang sangat buruk.
Dibuka adegan Cinta (Dian Sastrowardoyo) yang bereuni dengan teman-teman SMAnya seperti Milly (Sissy Priscilia), Maura (Titi Kamal), Carmen (Adinia Wirasti) dan Mamet (Dennis Adhiswara), penonton AADC akan menikmati kembali interaksi persahabatan mereka.
Karakter khas mereka pun tidak banyak berubah. Mungkin hanya karakter sporty Carmen yang banyak berbeda. Karakter Alya (Ladya Cheryl) memang hilang. Tapi karakter tersebut tidak serta merta hilang tanpa penjelasan. Di galeri seni miliknya, Cinta mengumumkan dua kejutan. Salah satunya rencana liburan ke Yogya bersama sahabat sambil mengunjungi pembukaan pameran seniman Eko Nugroho.
Di New York, Rangga (Nicholas Saputra) menjalani kehidupan sendiri sebagai pemilik kedai kopi dan penulis yang sedang mengalami writer’s block. Kedatangan Sukma (Dimi Cindyastira), adik tiri Rangga, yang meminta menemui ibunya di Yogya setelah 25 tahun, memaksa Rangga menyelesaikan masa lalunya.
Ternyata bukan hanya dengan ibu tapi juga dengan Cinta. Perempuan yang gagal ia lupakan setelah bertahun-tahun. Cinta dan Rangga tidak sengaja bertemu di Yogya. Rencana awal hanya liburan dan menemui ibu akhirnya menjadi berwarna, mengaduk emosi.
Setelah melewati kemarahan dan rasa bersalah, mereka pun memutuskan menyelesaikan kisah masa lalu yang menyakitkan namun masih meninggalkan pertanyaan. Sebelum memulai hidup baru mereka masing-masing. Apakah Cinta dan Rangga akhirnya bersatu atau berpisah?
AADC 2 berhasil memanjakan mata penonton dengan tempat-tempat menarik di Yogya. Obyek wisata yang ditampilkan relatif di luar bayangan turis pada umumnya tentang Yogya. Lupakan Malioboro, Keraton, Prambanan dan Borobudur. Penonton,diantaranya, akan dibawa ke Gereja Ayam, Istana Ratu Boko, Klinik Kopi, DGTMB Shop, Phuntuk Stumbu. Dapat ide alternatif wisata di Yogya?
AADC 2 sanggup mengembalikan memori penonton AADC. Beberapa adegan dan dialog adalah replikasi dalam bentuk yang berbeda dengan AADC. Dialog-dialog lucu mampu menyegarkan jalan cerita yang mudah tertebak.
Chemistry akting antar pemain bagus. Penonton akan disuguhi kembali interaksi alami persahabatan Cinta, Maura, Milly dan Carmen. Candaan, sikap saling mendukung dan pengertian di antara mereka terasa tidak dibuat-buat. Hanya karakter “si bijak” yang tadinya ada pada Alya kini diambil alih karakter lain.
Chemistry Rangga dan Cinta pun memang berhasil memenuhi imajinasi penonton pada ikon Rangga dan Cinta selama 14 tahun terakhir. Ekspresi Cinta yang marah sebal tapi sebetulnya mau dan Rangga yang malu dan kikuk harus bereaksi tersajikan dengan bagus. Ekspresi yang mengingatkan adegan di AADC.
Tetapi secara keseluruhan alur cerita film ini biasa saja. Alur cerita yang bisa ditemukan di FTV (film televisi) dan drama romantis bertema CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali) lain. Dalam beberapa hal, jalan cerita AADC 2 mengingatkan pada Serendipity (2001) Kate Beckinsale dan John Cusack.
Jarang ada dialog cerdas, kecuali candaan soal pilihan pemilu. Cinta, yang pemilik galeri seni, tidak pernah cerita tentang sisi estetis instalasi Eko Nugroho, misalnya. Rangga, yang pemilik kafe, tidak pernah bercerita tentang macam-macam biji kopi atau berapa derajat suhu air ideal untuk membuat kopi yang enak, misalnya. Padahal di AADC mereka berdua membahas isi buku “Aku”.
Puisi-puisinya memang kuat jika dibaca hanya sebagai sebuah puisi. Namun sebagai puisi yang menjadi bagian film, puisi-puisi tersebut terlalu panjang. Bukan puisi yang mudah menempel di kepala dan bisa diulangi lagi setelah keluar bioskop.
Soundtrack film ini juga biasa sekali. Soundtrack lama seperti Suara Hati Seorang Kekasih dan Bimbang memang sudah menjadi simbol AADC serta sanggup mengembalikan kenangan. Tapi sisa soundtrack barunya, gagal menempel di kepala.
Adegan-adegan penyelesaian terasa melankolik murahan. Model babak-babak akhir film ini, dapat kita temukan di televisi. Tidak perlu ke bioskop untuk menonton adegan-adegan penyelesaian seperti itu. Tadinya saya berharap film akan berakhir tragis tapi ternyata alur lain yang dipilih sutradara Riri Riza.
Secara keseluruhan AADC 2 bukan film yang membayar lunas tiket bioskop kita. Skeptisisme awal saya terbukti. AADC 2 tidak lebih dari cerita CLBK dua orang dewasa di akhir umur 20 tahunan. Susah sekali memanggil kembali dialog-dialog dan adegan-adegan AADC 2 dari memori, sesaat setelah keluar bioskop.
Tapi kalau tujuannya sekedar menyaksikan tempat-tempat wisata baru di Yogya, bernostalgia dengan chemistry Rangga, Cinta dan teman-temannya serta mendapatkan penyelesaian kisah Cinta dan Rangga selama 14 tahun terakhir, AADC 2 berhasil.
Sajian utama sebuah film terletak pada kekuatan alur cerita dan akting para pemerannya. Latar belakang tempat dan nostalgia para karakter simbolik yang melegenda hanyalah pelengkap. Akting aktor dan para aktris AADC 2 memang bagus. Namun alur cerita yang tertebak, terutama adegan-adegan penyelesaian yang tak berkelas, membuat AADC 2 pantas ditunggu tayangnya di televisi rumah.
Pemain: Nicholas Saputra, Dian Sastrowardoyo, Titi Kamal, Adinia Wirasti, Sisi Priscillia, Dennis Adiswara, Ario Bayu, Christian Sugiono, Sarita Thaib, Dimi Cindyastira.
Sutradara: Riri Riza
Produser: Mira Lesmana
Rumah Produksi: Miles Film, Legacy Pictures
Ada Apa Dengan Cinta 2 - Official Trailer