Akhir-akhir ini Bitcoin menjadi perbincangan oleh banyak orang. Beberapa optimis harga kripto akan naik dan sebagian pesimis kripto akan hancur. Pada hari Rabu (14/06/2022) Bitcoin terjun dan menyentuh harga 300 juta per Bitcoin.
Harga tersebut sudah mengguncang circle Bitcoin, seperti investor, penambang, dan pengguna. Lantas apakah situasi ini akan terus bertambah buruk?
Tidak ada yang tahu kebenaran mana yang akan terungkap di kemudian hari. Dalam dunia investasi tidak ada peramal yang bisa meramalkan harga Bitcoin ke depannya, namun investor bisa belajar dari sejarah.
Seperti yang bisa kita ketahui, semua pemenang dialah yang belajar dari sejarah agar tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan. Misalnya Negara dapat terus berkembang karena belajar dari kegagalan negara lain.
Tidak jauh berbeda dengan kripto, pemenang di kripto dialah yang paham akan sejarah masa lalu kripto. Kemungkinan melakukan kesalah yang sama di masa depan akan berkurang sedikit.
Misalnya saja banyak yang tidak menggunakan uang dingin untuk membeli aset kripto. Padahal sudah banyak contoh orang yang hancur secara ekonomi karena tidak tahu apa itu alokasi aset.
Pada saat harga Bitcoin crash, mereka tidak punya cadangan uang untuk kebutuhan hidup. Tentu hal ini bukanlah strategi investasi yang sehat dan berisiko tinggi. Akan lebih baik jika menggunakan uang dingin dalam berinvestasi dan siap untuk kehilangan uang tersebut.
Tidak bisa dipungkiri banyak orang yang tidak tahu cara berinvestasi di kripto. Kebanyakan mereka tidak tahu kapan harus jual dan kapan harus beli. Akibatnya banyak pemula dalam dunia kripto yang melakukan spekulasi. Pada akhirnya spekulasi hanya menyebabkan kerugian dalam berinvestasi.
Dalam channel Youtube SB30 atau Success Before 30, Oscar Darmawan selaku CEO Indodax diundang dalam podcast tersebut. Dirinya diundang dalam podcast bersama Chandra Putra Negara pada Rabu kemarin (01/06/2022). Oscar menyampaikan seluk beluk Bitcoin hingga prediksi masa depan Bitcoin.
Lalu kapan waktu yang tepat untuk membeli Bitcoin? Tentu saat harga sedang jatuh seperti pada pertengahan tahun 2022 ini. Berikut penjelasan dari Oscar Darmawan.
“Saya kira ini ada hubungannya dengan fear dan greedy. Pada saat semua orang itu eksporia itu adalah momen yang tepat untuk menjual Bitcoin, pada saat semua orang itu takut itu sebenarnya momen paling tepat untuk membeli” Ungkap Oscar pada podcast kemarin.
Oscar juga memberikan alasan dari pendapatnya, “Karena Bitcoin adalah salah satu produk yang diciptakan berdasarkan nilai dari demand dan suplay secara murni”. Jelas sekali bahwa naik turunnya harga Bitcoin tergantung dari permintaan dan penawaran yang ada di pasar.
Tidak seperti mata uang fiat, harga Bitcoin cenderung mirip seperti emas. Saat permintaan tinggi harga akan naik, dan saat permintaan rendah harga akan turun.
Apakah naik turunnya harga Bitcoin hanya dari jual beli di pasar saja? Tidak sesederhana itu. Dalam dunia investasi kripto ada peran whale yaitu seseorang atau kelompok yang memiliki modal yang besar. Saking besarnya para whale ini mampu untuk menggerakkan harga di pasar kripto.
Bagaimana pendapat Oscar tentang whale tersebut?
“Pada saat orang eksporia rame-rame memberitakan Bitcoin, aktivitas yang dilakukan oleh para whale Bitcoin itu cenderung menjual” ungkapnya. Sangat jelas bahwa akan lebih aman jika mengikuti arus dari para whale Bitcoin. Yaitu beli saat orang lain takut dan jual saat orang lain serakah. Tindakan tersebut merupakan langkah cerdas dalam berinvestasi.
Menurutnya selain mempengaruhi harga pasar, para whale juga aktif menjual untuk menggerakkan market. “Setahu saya whale Bitcoin itu tidak ditahan secara total, tetap ada yang dijual untuk menggerakkan market” kata Oscar. Mungkin saja mereka juga membutuhkan dana untuk kebutuhan hidup mereka.
Prospek Bitcoin ke depannya menurut Oscar sangat bagus, ditandai dengan ke-optimisannya mengenai Blockchain. Dirinya menyimpulkan bahwa solusi Blockchain adalah satu-satunya software dimana bisa menggabungkan aman, nyaman, dan cepat.
Blockchain menjadi satu-satunya software yang mampu menjalankan ketiganya tanpa mengorbankan salah satunya.
“Ini adalah solusi yang diciptakan sama Satoshi Nakamoto itu kalau kita bicara secara internet security. Dimana kita bisa membuat sebuah software, software itu tetap transparan, tapi securitynya tidak dikorbankan” ungkap Oscar, itulah kelebihan blockchain menurutnya.
Selain itu dirinya juga pernah melalui tiga kali Bitcoin crash. Pada tahun 2013 dari 15 juta ke 2 juta, tahun 2017 dari 250 juta ke 30 juta, tahun 2021 dari 850 juta ke 300 juta.
Namun setiap kejatuhan pasti akan ada kenaikan harga yang lebih tinggi. Alasan inilah yang membuat CEO Indodax yakin masa depan Bitcoin akan lebih baik.
Kata Oscar Blockchain terbagi menjadi dua, yaitu Blockchain privat dan publik. Blockchain publik itu seperti sotware yang digunakan oleh Bitcoin. Sedangkan Blockchain privat seperti yang digunakan oleh negara China dalam tiket kereta cepatnya.
Ke depannya mungkin Blockchain akan digunakan di berbagai industri baik swasta maupun pemerintah. Dengan menggunakan Blockchain maka tingkat kemanan data akan lebih terjamin.
Anggapan tersebut diperkuat dengan adanya perkembangan yang pesat di dunia Blockchain. Sudah mulai ada universitas di luar negri yang membuka studi Blockchain. Hal ini akan berkorelasi dengan berkembangnya cryptocurrency yang pasti akan mendongkrak harga Bitcoin.
Jadi apakah Bitcoin masih layak disebut sebagai The Mother Of All Coins? Tidak akan ada yang pernah tahu, namun sejarah yang akan mengungkapnya.