Pernahkah kalian dengar kisah cinta Romeo dan Juliet, kisah cinta Laila dan majnun serta kisah cintanya Yusuf dan Zulaikha. Aku sendiri terngiang-ngiang akan kegilaan cinta mereka,  mereka bahagia dalam penderitaan cinta, mereka bebas dalam Penjara cinta. Mereka mati membawa wewangian kekasihnya, Romeo lebih baik mati daripada tidak bertemu Juliet.

Kata cinta, setiap individu akan memiliki persepsi yang berbeda-beda tergantung bagaimana mereka merasakannya. 

Cinta itu kesedihan, kebahagiaan, motivasi, ketakutan, keberanian, pengorbanan, keihklasan. Kadang menjadi racun bisa juga sebagai penawar.

 keraguan adalah sebagai penanda awal cinta datang, keresahan, dan kegelisahan. Sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan setan. Apa ini benar cinta atau hanya sekedar rasa kagum? Atau hanya obsesi biasa? Kalu aku tembak sekarang, diterima atau ditolak? Apa dia mau atau tidak? Itu adalah pertanyaan yang lalu lalang di benak pecinta awal.

Cinta adalah sebuah teka-teki yang penuh dengan misteri. Karena dia susah digambarkan, diilustrasikan apalagi di jelaskan kepada mereka yang tidak pernah merasakan pahit manis cinta.

Bila ribuan pujangga mencoba menguraikan tentang cinta, yang di temukan hanya kata-kata yang paradoks. Antara kesedihan dengan kegembiraan, antara kemantapan dengan kebingungan, jasmani dan rohani. Bila bersenang-senang dengannya kita semakin sedih.

"Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pecundang menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang". Perkataan sang sufi Jalaluddin Rumi.

Andai lautan dijadikan tinta untuk menuliskan narasi tentang cinta, masih tidak akan mampu menjelaskannya.

Cinta layaknya kopi hanya dirasakan, tak mampu di ungkap dengan kata. Hanya mereka yang merasakannya dapat mengetahuinya. Kita lebih baik pasrah dihadapan Cinta, rasakan saja! karena logika akan mati dihadapan Cinta.

Bagi mereka yang baru diterima cintanya, cinta adalah luapan kebahagiaan, dan suka cita. Bagi mereka yang bersama hari-harinya akan penuh dengan luapan cinta yang membahagiakan.

Bagi mereka yang ditolak cinta adalah kesakitan, dan mereka yang ditinggal kekasihnya hari-hari adalah kesedihan, goresan meneteskan air mata selalu terasa.

Cinta adalah persatuan jiwa-jiwa yang berserakan menjadi sebuah bangunan dalam satu ikatan.

Bagi seorang ibu kepada anaknya cinta adalah ikatan suci yang tiada henti walau ruh berpisah dari raga.

cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. 

Cinta adalah kesepian, dan kesunyian dia menelusuri jalanan mencari pasangan untuk mengisi kesepian menjadi kebersamaan.

Cinta dapat dianalogikan seperti seseorang yang kesepian kemudian ia berusaha mencari orang lain untuk menemaninya agar tidak kesepian.

Cinta membuat orang menjadi posesif. Dia cemburu buta, karena cinta menurutnya adalah ikatan yang saling mengikat.

Dalam cinta ada pertemuan dan perpisahan. Pertemuan mengisahkan cerita indah sedangkan perpisahan mengisahkan derita. Hal ini tidak menjadi konsekuensi wajib dalam cinta. 

Cinta memang dapat datang dan pergi, tetapi selalu meninggalkan jejak kenangan di dalam hati. Jejak kenangan bersama seseorang yang pernah ada di dalam hidup itulah yang biasanya menyesatkan. Banyak yang terjebak di dalam kenangan yang tidak dapat dilupakan.

Dan makam tertinggi dari cinta adalah keikhlasan. Mereka yang mengaku adalah pecinta tetapi masih itung-itungan, masih ungkit-ungkit kebaikan, sesungguhnya itu bukan pecinta sejati. 

Tahukah , dalam gerakan solat terakhir yaitu salam " Assalamualaikum warahmatullahi " adalah simbol Rahmat untuk sekalian alam. Ini artinya konsekuensi logis dari cinta adalah Rahmat bagi alam semesta.

Seorang filsuf besar Eris From pernah bertutur tentang cinta. "Cinta itu bukan, jatuh cinta namun mendirikan cinta". Kata dia cintai bukan sebuah kebetulan ada, akan tetapi cinta itu dibangun, dibina dan dikelola. Sehingga dengannya akan menjadi cinta yang suci.

Aku tidak akan pernah lupa. Ketika di depan sang kekasih aku menjadi orang bodoh. Di hadapan cinta, aku adalah orang yang bodoh, tidak tahu apa-apa. Yang aku bisa hanyalah pasrah, dan merasakannya.

Aku hanya bisa berbisik.

"Bertemu dengan mu adalah anugrah terindah, Melihat mu adalah harapan setiap detiknya. Memelukmu adalah impian terbesar ku.

Walau mentari percikkan keindahan Namun tidak jauh indah dengan senyuman manis mu.

Nyanyi via Vallen tak semerdu bila mendengar tutur katamu.

Bintik kerinduan menjadi racun setiap detak jantung ku, kau bak hantu selalu menghantuiku. 

Senyuman manis mu adalah ekspresi yang penuh estetika.

Aku yang melihatnya tak sanggup melupakannya.

Mungkin mereka tidak percaya, mengatakan mustahil, atau bukan hanya mereka yang berkata begitu tetapi dirimu.

Namun biarlah mereka ragu, biarlah dirimu tidak percaya karena memang cinta menjadikan ku buta dengan kata orang lain, termasuk dirimu".

Nizami telah berpesan kepada Ku "bila engkau menginginkan kegembiraan bukalah hatimu bagi penderitaan cinta" dan "bila engkau hendak bebas jadilah tawanan Cinta."

Tidak semua orang dapat merasakan rasa cinta, banyak orang yang menjalin hubungan, tapi sedikit yang dapat merasakan cinta. Kalau Sujiwo Tedjo pernah berkata " banyak orang pacaran, banyak orang menikah, tapi cuma segelintir orang yang sempat mengalami cinta. Tuhan itu maha asik. Terkadang demi menyelamatkan dari orang yang salah, ia mematahkan hati mu". 

Beda halnya dengan seorang pujangga Khalil Gibran berkata, dia memilih pasrah dihadapan Cinta "telah cukup untuk cinta, Rasakan saja". Terkadang kata tidak mampu menjelaskan sebuah rasa. Manisnya gula kadang kita masih bingung menjelaskan.

Banyak para munafik yang mengatasnamakan cinta untuk bermaksiat, merusak tatanan semesta, cinta dia jadikan dalih. Untuk memuaskan hasrat iblis dirinya.