Aku kembali membuka buku yang sudah usang rusak dimakan waktu, terenyuh aku saat melihat banyak sekali goresan tinta penuh warna warni berbagai kisah telah tertulis dengan rapi.
Goresan goresan pena berangsur angsur menjadi sebuah nama.
Iya , , , nama itulah yang telah mengisi seluruh buku ini dengan segala kisahnya suka ataupun prahara
Tertulis disaat kita pertama bertemu disebuah gedung kampus, pada sore hari ditemani rintikan hujan saat aku sedang berjalan mengendarai sepeda motor bebekku,
Kulihat kau sedang duduk termenung sendirian, akupun menawarkan tumpangan, hanya sekedar merasa iba karena seorang perempuan masih berada di kampus disaat waktu sudah sore, kaupun menerimanya, sepanjang jalan kita hanya diam membisu yang terdengar hanya suara rintikan air hujan,
Didepan kontrakanmu, kita hanya diam dengan penuh malu, hanya saling menganggukan kepala, tanpa satu katapun yang terucap,
Untuk memudahkan komunikasi, akupun tuliskan nomor ponselku di buku yang kau pegang, dengan senyuman yang manis kau juga menuliskan nomermu di bukuku,
Sejak itulah kita setiap waktu selalu berkirim kata lewat SMS, entah itu pagi, siang,sore bahkan malam sekalipun, dan sejak itu pula aku tahu, kau ini orangnya periang, lucu dan manja.
Entah kenapa dan bagaimana awalnya setiap tidak ada kabar darimu hatiku selalu gelisah, rindu, cemburu, marah bercampur aduk mengakibatkan dadaku terasa sesak,
Ternyata apa yang kurasakan kau juga merasakanya, sewaktu aku tidak membalas smsmu, kau marah-marah, kau bilang menunggu sms dariku hingga larut malam, karena yang kita rasakan selalu sama
Kita sepakat menepelkan jari kelingking kita sebagai tanda bahwa kita sepakat mengikat sebuah kata “CINTA” didalam kekosongan hati
Berbagai kata tertulis menjadi sebuah kalimat, berangsur angsur menjadikan sebuah kisah romantis dan kita berdua sebagai aktornya, disetiap ada kata kamu pasti ada kata aku yang selalu berdampingan seolah olah tak bisa di pisahkan,
Entah kenapa kita selalu menuliskan nama kita berdua dimanapun dan kapanpun, di tembok, tiang listrik
Kau juga suka menerbangkan pesawat kertas yang sudah diberi nama kita berdua dengan harapan pesawat kertas itu terbawa angin sampai ke langit ke tujuh ke tempat malaikat cinta, tentu saja pesawat kertas itu itu tidak akan sampai ke langit mungkin beberapa meter juga akan turun lagi ke tanah,
Terkadang kau juga suka melayarkan perahu kertas yang diberi nama kita juga dengan harapan bisa sampai kelaut bertemu dengan dewa neptunus, tapi itu juga gak mungkin karena beberapa meter perahu kertas akan rusak dan hanyut tenggelam.
Setiap aku membaca kata demi kata tulisanmu, aku terhanyut dalam kisahmu yang selalu manja bila aku ada didekatmu,
Titik demi titik aku bisa merasakan bayangan dirimu, semakin aku memandang titik itu semakin jelas wajahmu yang suka merem kalau disaat tertawa, terkadang di saat kau membuka matamu aku sudah menghilang didepanmu, tentu saja aku tidak menghilang untuk meninggalkanmu hanya bersembunyi di belakangmu
Mengakibatkan wajahmu berubah merah, entah itu marah atau malu disaat kamu tahu kalau aku bersembunyi, alhasil wajahmu berubah cemberut dan rambutku menjadi korban karena kau acak acak sampai reda amarahmu.
kau menelponku malam-malam hanya ingin ditemani saat buang air besar dan kecil, setelah selesai, dengan seenaknya kaupun menutup telponnya, sebenarnya aku ingin marah, tetapi aku juga senang karena itu membuktikan bahwa aku ini sangat dibutuhkan didalam hidupmu.
Setiap kata seakan akan penuh dengan canda tawa tidak terlihat sedih disetiap catatanya, kau selalu bisa membuat aku merasa bangga dan istimewa berada didekatmu, kau selalu membuat lelucon lelucon yang receh tapi selalu membuat aku tertawa.
Pernah Kau bercerita tentang masa kecilmu, sewaktu hari kartini kau ditanya oleh guru apa cita-citanya, dengan enteng kau menjawab ingin menjadi shizuka, tentu saja membuat semua murid menertawakanya
Anehnya waktu kecil aku juga pernah di tanya oleh guru, dan aku menjawab bahwa cita-citaku ingin menjadi seorang nobita, tentu saja waktu itu bukan alasan karena suka sama shizuka, melaikan apapun yang nobita inginkan dapat dikabulkan oleh kantong ajaib doraeman.
Setiap kita jalan selalu saling berpegangan tangan, entah itu kita jalan berdua ataupun kita jalan rame rame dengan teman-teman
Bahkan saat kita makan kita selalu menduduki di satu kursi yang sama, kau duduk atas pangkuanku, entah itu saat makan kita berdua ataupun makan rame-rame, kau juga tanpa rasa malu suka memelukku di depan teman-teman, sebenarnya aku merasa malu sama teman-temanku atau teman-temanmu tetapi
“kau selalu bilang biarkan saja mereka tahu kalau perlu aku akan minta di umumin oleh president, bahwa kita ini sepasang kekasih, agar tidak ada seorangpun yang mendekati aku ataupun kamu” kita harus tunjukan bahwa kita tak pernah malu sama pasanganya.
Hingga sampai ke alinea baru dimana kita sudah sama sama menyelesaikan kuliah,
Kitapun harus berpisah kembali ke tempat asal kita, catatanpun mulai berubah secepat kilat berbagai coret mencoret kata-kata manis,
Sejak kau mendapatkan pekerjaan di kota, sedangkan aku hanya seorang guru honorer kampung, yang gaji tidak seberapa, berharap belas kasihan dari kepala sekolah , tetapi bukan hanya sekedar materi yang aku cari tetapi dedikasihku untuk masarakat dan negara,
Aku menyadari keadaan ini pasti akan sangat berat di lalui olehmu, biasanya kau selalu mengadalkan aku,
kita selalu kemana-mana bersama-sama, mulai makan, nonton tapi sekarang kau harus kerjakan sendirian tanpa ada aku di sisimu, mungkin karena jarak kita yang mengahalangi hubungan kita,
Semakin lama semakin bosen juga dengan hubungan ini yang mengakibatkan api cinta yang dulu selalu membara bergebu gebu semakin hari semakin mengecil dan padam oleh waktu.
Bumbu bumbu kecurigaanpun mulai bertebaran di antara kita, kepercayaan yang kita bina selama ini mulai luntur, mendengar bisikan angin keberadaanmu disana sedang dekat dengan seorang lelaki yang kau sebut sebagai atasanmu.
Setiap kali aku kirim SMS, atau telepon perlakuanmu sangat berbeda dari sebelumnya, biasanya setiap aku menghubungimu kau selalu tidak mau berhenti nelpon, tetapi sekarang kau selalu menjawab dengan tergesa gesa dengan alasan kata sibuk.
Sejak itu aku ada kecurigaan kalau sudah ada pengganti diriku di sana, tetapi setiap aku menanyakan hal itu, namun kau selalu menghindari pertanyaan itu untuk kau jawab.
Entah beratus ratus atau ribuan kata yang aku kirim lewat SMS ataupun surat, tetapi selalu tidak ada jawaban yang jelas dari mu.
Di kamar hotel no 55 kita berjumpa, kau hanya duduk diam membisu dipinggir ranjang, tanganmu tak henti-hentinya memainkan tali tas yang terselendang di pundakmu, seolah – olah ada masalaha yang sangat besar yang sedang kau hadapi.
Aku juga hanya diam mematung gak tahu apa yang sedang kau pkirkan, aku gak ngerti apa yang harus aku lakukan, hirupan napas terasa sangat berat, ternggorokan mengering sehingga terasa sangat susah untuk mengeluarkan sebuah kata,
Dua tahun yang lalu setiap kita berjumpa selalu tidak pernah kehabisan kata kata, tertawa terbahak bahak bahkan terkadang saling cubit, tapi hari ini kita seperti orang asing yang baru bertemu suasananya sunyi sepi hanya suara detikan jarum jam dinding membawa kita ke lamunan yang sangat tinggi
Kecurigaan ku pun semakin kuat dengan adanya kehadiran lelaki lain di kehidupanmu setelah kau merijek panggilan telpon yang masuk.
Air mata yang kau bendung akhirnya pecah juga membanjiri wajahmu membuat sungai-sungai kecil mengakibatkan baju yang ku pakai basah.
Sebenarnya banyak sekali yang ingin aku tanyakan kepadanya, namun kembali aku urungkan niatku untuk bertanya karena aku tidak tega melihatmu menangis tersendu-sendu
Lembaranpun berubah menjadi sebuah kesedihan, banyak tulisan yang terhapus oleh air matamu yang menetes kedalam buku.
Perpisahanpun tak bisa dielakan lagi kau lebih memilih dengan dia yang dulu kau sebut atasan yang kini katanya suaminya
Kini kau jauh disana dengan dengan sejuta memorinya
Aku disini dengan sejuta kisah coretan tanganmu di buku ini.