Manusia diciptakan oleh Allah sesuai kadar kemampuan masing-masing, misalnya dikasihnya rezeki yang cukup, diberi fisik yang normal, diberi akal yang cerdas, diberi pekerjaan yang baik, dan ada pula yang sebaliknya. Maka semua ini perlu untuk kita syukuri karena hal tersebut merupakan pemberian dari Allah semata.
Masih banyak orang yang tidak merenungi tanda belas kasih Allah kepada hamba-Nya, padahal dari semua itu tentu ada hikmah dan manfaatnya. Contoh sederhana jika kita sedang sakit atau sedang terkena musibah. Dikasih sakit agar seseorang mampu mengingat kepada Allah, ada keterangan lain yang menjelaskan apabila seseorang jatuh sakit, maka sebenarnya dosanya orang yang sakit akan berkurang.
Ini menunjukkan betapa sayangnya Allah terhadap hamba-Nya hingga banyaknya pahala yang dapat diraih. Definisi nikmat merupakan anugerah pemberian dari Allah kepada hamba-Nya agar di jalani sepenuh hati, baik itu berupa nikmat hidup, nikmat sehat, nikmat rezeki, dan lain-lain.
Hati yang tentram senantiasa merasa hidup yang damai, karena itu orang yang senantiasa bersyukur kepada Allah maka akan merasakan kenikmatan itu sendiri. Janji Allah apabila seorang hamba mampu bersyukur kepada-Nya, niscaya Allah akan mengasihi lebih dari nikmat sebelumnya. Sebaliknya, jika orang tidak bersyukur maka ia akan merasa hidupnya kurang dan terus berkurang.
Seperti dalam kisah Rasulullah, beliau hidup dengan penuh sederhana, dari kecil ia sudah menjadi anak yatim dan piatu. Semasa kecilnya beliau ikut berdagang, mengembala, dan masih banyak lainnya kegiatan Rasulullah dimasa kecilnya itu. Namun, beliau tidak pernah cemas dalam melakukan kegiatan aktivitasnya tersebut, sebab beliau yakin bahwa hanya Allah yang akan mencukupinya.
Di zaman akhir sekarang, banyak anak muda yang tampil mewah tapi tidak memperhatikan pekerjaan dari orang tuanya. Padahal pola hidup sederhana sudah tercermin dalam hidup Rasulullah, apakah kita sebagai umatnya haruskah untuk melebihi dari kesederhanaan?
Di dalam Al Qur'an sudah dijelaskan bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk tidak boros dan hidup bermegah-megahan, karena dari sifat pemborosan itu termasuk perbuatan setan. Oleh karenanya seberapa banyaknya rezeki yang kita dapatkan, itu merupakan titipan dari Allah semata. Tidak pantas kita sebagai hamba-Nya berbangga diri atas apa kita miliki di dunia ini.
Dalam hadis nabi, ada dua nikmat yang manusia sering lupa, yakni nikmat sehat dan waktu luang. Kesehatan merupakan suatu nikmat yang agung, jika tidak mempunyai fisik yang sehat tentu segala sesuatu yang kita lakukan tidak akan maksimal.
Seperti kita sholat, kita memiliki fisik yang kuat, tidak sakit, maka kita melakukan ibadah akan terasa nyaman. Berbeda dengan orang yang diberi sakit oleh Allah, ia melakukan ibadah pun tidak akan merasakan kenyamanan tersendiri, karena menahan rasa sakitnya itu akan membuat tidak khusyuk dalam beribadah.
Yang kedua adalah waktu luang, ini salah satu nikmat yang mana manusia tidak mengetahuinya. Waktu merupakan peluang buat kita untuk melakukan sesuatu yang baik, oleh karenanya banyaknya manusia melalaikan waktu luang tersebut.
Dengan demikian segala nikmat yang diberi oleh Allah merupakan yang terbaik buat kita, maka kunci menginginkannya hati yang tentram adanya sikap bersyukur kepada Allah. Dialah yang Maha Tau atas nasib hamba-Nya, kita sebagai manusia perlunya untuk berusaha agar mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Dunia merupakan ladangnya amal kebaikan, orang yang sering memikirkan akhirat pastinya ia akan bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Kita tidak pernah tau kapan kita akan kembali kepada-Nya, karena yang dihidupkan pasti juga akan dimatikan. Kita menyadari bahwa kita hanya manusia biasa, maka tidaklah patut jika kita tidak mensyukuri nikmat Allah.
Orang yang bergantung kepada Allah, hidupnya pasti akan mulia serta akan tenang dan damai. Karena tidak ada prasangka buruk apapun tentang nikmat yang ia miliki. Jika kita lihat para ulama', para kyai, dan para ahli tokoh agama lainnya mereka mempunyai jiwa yang bersih dan berkeyakinan dengan takdir Allah.
Begitupun orang yang hanya berputus asa, ia akan berprasangka buruk saja dan tidak bisa memahami segala nikmat yang ada. Adakalanya kita di bawah, adakalanya kita di atas, maksudnya apabila kita mempunyai pangkat yang tinggi, diberi rezeki yang cukup, dan menginginkan sesuatu bisa terpenuhi pastinya seseorang akan merasakan damainya hidup di dunia. Tapi banyak orang yang diberi cukup oleh Allah ia tidak untuk lebih mendekatkan-Nya tapi justru lalai dalam beribadah.
Kehidupan yang serba cukup atau bahkan lebih bisa saja itu ujian dari Allah, apakah ia mampu menginfakkan sebagian harta atau malah justru hanya untuk kesenangan semata.
Namun, apabila kita diberi yang sangat cukup atau dalam arti lainnya berkurang, itu pun kita tidak boleh menyalahkan siapapun. Di kehidupan dunia itu hanya Allah yang mengatur alam semesta beserta isinya. Dengan demikian, sebagai hamba yang taat kepada-Nya untuk selalu mengingat Allah dan selalu bersyukur dalam posisi bagaimana pun.