Sudah satu tahun lebih seluruh dunia mengalami pandemi, tentu saja selama itu hampir semua kalangan mengadaptasi gaya dan cara hidup baru. Untuk kalangan pekerja tentu dituntut mengadaptasi perubahan yang diimplementasikan ke dalam cara berkomunikasi, bekerja sama dan berkoordinasi tak jarang adaptasi baru menambah beban, ya burnout katanya. Siapa yang tidak mengenal istilah burnout yang banyak singgah di media sosial. Yuk lebih jelas dengan burn out.
Apa itu burnout? Burnout atau burn-out adalah occupational stress type. Stress sendiri merupakan respon adaptif terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan individu. Individu dapat merasa stress ketika berada pada situasi terlalu banyak pekerjaan, ketidakpahaman terhadap pekerjaan, beban informasi yang diterima terlalu berat atau terlalu mengikuti perkembangan jaman.
Stress sendiri memiliki dampak negatif dan positif, pada tingkat moderat stress dapat memberikan energy pendorong pada individu untuk bisa bekerja lebih baik, namun jika stres mencapai tingkat yang cukup tinggi akan berakibat pada penurunan kinerja individu hingga tingkat yang cukup drastis. Inilah yang disebut type occupational burnout.
Tentu tinggi rendah stress tiap individu akan berbeda, namun yang tak nampak menyedihkanpun dari luarpun bukan berarti tidak mengalaminya. Dalam jangka pendek burnout yang dibiarkan tanpa penangan serius dapat membuat individu tertekan, tidak termotivasi, frustasi dan tidak bekerja dengan optimal. Sedang dalam jangka panjang, individu akan malas, dan terbengkalai tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dapat menimbulkan penurunan nilai kerja hingga mutasi.
Tidak hanya dampak pada pekerjaan, burnout tak jarang menimbulkan gejala gangguan kesehatan pada individu yang kerap kali diabaikan, misalnya nyeri pada lambung, sakit kepala sebelah, hingga sulit tidur dan mimpi buruk. Tentu hal ini akan mengurangi setidaknya sedikit keceriaan dalam hidup individu tersebut. Tak jarang dari mereka menangani dengan pengobatan medis untuk gejala tersebut. Namun bagi beberapa individu yang tidak lagi kuat, gejala akan berulang dan kesehatan menjadi terganggu karena pengobatan berulang kerap dianggap tidak optimal, kunjungan ke fasilitas kesehatan seperti rutinitas.
Karenanya burnout perlu diatasi dan individu yang mengalaminya membutuhkan support. Burnout tidak hilang begitu saja jika dibiarkan, burnout bisa membawa individu pada sakit yang lebih serius yaitu, depresi, penyakit jantung, dan diabetes. Sebuah study membuktikan, burnout tidak hanya untuk orang yang berkarir, dokter, tenaga medis, atau para eksektuif, para orang tua di rumah atau orang yang hanya bekerja di rumah pun bisa mengalaminya.
Burnout-pun bisa menyerang individu dengan karakteristik kepribadian yang memegang kendali, perfeksionis, dan ambisi menjadi "Tipe A" karena hal – hal tersebut dapat meningkatkan risiko kelelahan secara psikologis. Lalu bagaimana menyiasatinya?
Siasati burnout dengan beberapa hal berikut :
- Berolahraga
- Olahraga tidak hanya bagus untuk kesehatan, namun juga untuk meningkatkan mood agar menjadi lebih baik. Ini bisa menjadi cara untuk individu agar bisa menjadi versi terbaik dari dirinya. Pilihlah olahraga yang tidak memaksakan, jika anda suka berjalan santai lakukanlah perlahan tambah jarak perlahan kemudian tambah kecepatan, bisa jadi suatu hari nanti anda akan memulainya dengan berlari.
- Jaga pola makan
- Cobalah memulai hari dengan sarapan sehat, buah, gandum dan sayuran atau telor. Tidak perlu mahal, 1 buah apel dan sebutir telur cukup untuk memulai hari. Kemudian biasakan menambahkan omega 3 fatty acid sebagai antidepresan alami. Omega 3 bisa didapatkan melalui minyak biji rami, kenari dan ikan. Hal ini dapat membantu meningkatkan mood happy.
- Praktikan kebiasaan tidur yang baik
- Seperti diketahui tubuh kita membutuhkan waktu untuk istirahat dan mengatur ulang. Menurut National Sleep Foundation, menghindari kafein sebelum tidur, membangun ritual waktu tidur yang santai, dan melarang smartphone di kamar tidur dapat membantu menciptakan pola tidur yang baik.
- Mintalah bantuan
- Di Indonesia, bantuan konsultasi psikologis terkait burnout memang belum familiar sebagai bantuan pengobatan. Hal ini menjadi penting terkait pandemi saat ini immune system menjadi inti dari semua langkah pencegahan, karena burnout pun dapat menurunkan immune system. Tak perlu mengunjungi psikolog jika individu sudah cukup memiliki inner support yang dirasa cukup baik dan dapat saling menjaga satu sama lain. Namun sekali lagi, diperlukan wawasan bahwa bantuan psikolog tidak serta merta dicemooh bahwa individu tersebut lemah.
Burnout bukan hanya istilah yang sedang viral, namun sebuah istilah yang membawa kita pada kesadaran akan kesehatan jiwa. Burnout bisa disiasati dengan cara yang berbeda oleh setiap individu. Nyatanya menyadari bahwa kita ‘kelelahan’ dan membutuhkan pertolongan bahkan jeda seringkali diabaikan oleh diri kita sendiri. Untuk kalian para pekerja, beri sedikit ruang dan waktu untuk ‘tenang’ karena itu tidaklah mahal. Selalu ada tombol cuti untuk bisa diajukan. Bersemangatlah kembali!