Stephen Hawking, seorang ilmuwan asal Inggris yang terkenal dengan theory of everything yang merupakan sebuah rangkuman dari seluruh hukum fisika utama yang menjadi fundamental dari keberadaan dunia ini. 

Dan itu semua berawal dari ledakan besar atau big bang theory” yang mana hal ini terjadi secara spontanitas dan dengan sendirinya. Tentu saja hal ini dapat diartikan sebagai pernyataan eksplisit bahwa Hawking tidak percaya pada wujud eksistensi non inderawi, atau tidak percaya dengan eksistensi Tuhan.

Dalam buku anumerta terakhir Stephen Hawking Brief Answers to the Big Questions (Jawaban Singkat untuk Pertanyaan Besar) yang dirilisnya beberapa waktu sebelum dia meninggal dunia, Bret Molina merinci pemikiran terakhir yang dimiliki fisikawan itu tentang pertanyaan terbesar yang dihadapi umat manusia sampai hari ini. Dalam buku ini Hawking menyatakan bahwa tidak ada Tuhan, tidak ada yang mengatur alam semesta.

Kemudian Hawking memperluas premis tersebut menjadi lebih dalam, hal ini dikutip dari sebuah buku yang diterbitkan oleh Sunday Times. Beliau menyatakan sebuah pertanyaan bahwa apakah alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan untuk alasan yang tidak dapat kita pahami, atau tercipta atas dasar hukum sains? Hawking menyatakan bahwa beliau percaya argumen yang kedua. 

Dan dalam hal ini Hawking juga mengatakan bahwa ,“Kalau anda suka, anda bisa menyebut hukum sains sebagai Tuhan”, namun bukan seperti Tuhan yang selama ini kita yakini, yang mana kita dapat menyembah dan berdoa kepadanya.

Namun Allah Ta’ala sudah menegaskan bahwa tidak ada sesuatupun terjadi tanpa adanya pencipta. Allah berfirman, “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (QS. At-Thur :35)

Saya akan memberikan sebuah analogi bahwasanya semisal kita berada di tengah-tengah gurun pasir, kemudian tertidur dan tiba-tiba terbangun dalam keadaan lapar. 

Dan secara mengejutkan kita melihat hidangan makanan dan minuman yang begitu luar biasa banyaknya, kemudian bisa dipastikan kita sebelum menikmati hidangan tersebut akan bertanya-tanya terlebih dahulu, darimanakah makanan ini? Siapa yang telah menyiapkannya?

Lalu bagaimana dengan alam semesta ini dengan segala isinya? Ada Matahari, bulan, bintang, bumi, langit dan seterusnya. Dan itu semua berjalan sesuai dengan perannya masing-masing dan memiliki aturan dalam pergerakannya, sehingga tampaklah sebuah keteraturan yang ada di alam semesta. Pertanyaannya disini adalah, mungkinkah sebuah sistem yang telah ada di alam semesta ini ada dengan sendirinya? Apakah hal tersebut terjadi secara kebetulan?

Maka inilah salah satu narasi yang membuktikan bahwa adanya Sang Pencipta yang membuat sesuatu setelahnya itu ada atau tercipta, ini disebut dengan disebut illatul ilal atau causa prima. Dengan begitu maka tentu adanya sosok penggerak awal yang tak digerakkan (primum mobile immontum) yang menyebabkan segala sesuatu ada/tercipta, yang kemudian dikenal sebagai Tuhan semesta (rabb al-alamiin).

Kenapa Tuhan Tidak Terlihat?

 Kita mengetahui dan dapat merasakan bahwa ada udara, arus listrik, magnet dan lain sebagainya. Pertanyaannya di sini adalah apakah kita dapat melihatnya? Anggap saja kita berada di suatu ruangan, lampu-lampu menyala dan AC atau kipas angin berfungsi dengan baik, kemudian ada orang yang bertanya, “Apakah ada aliran listrik?” Kira-kira apa jawaban orang-orang yang ada di tempat itu? Mungkin mereka akan berkata “Kamu sudah gila! Tidakkah kamu lihat lampu-lampu menyala, kipas angin, AC dan sebagainya berfungsi dengan baik?”

Lalu dia berkata “Di manakah aliran listrik itu?” Kita menjawab, “Aliran listrik itu ada di kawat tembaga yang terbungkus (kabel) itu.” Lalu dia mengupas kabel tersebut dan  apakah kemudian dia akan melihat sesuatu kecuali kawat tembaga yang ada di dalamnya? Kemudian, seandainya dia menyentuhkan tangannya ke kawat tembaga tersebut, kira-kira apa yang akan terjadi?

Kemudian pada benda-benda elektronik lainnya, baik pada satelit, kalkulator, telepon, internet dan lain-lain. Apakah kita dapat melihat electron atau arus listrik tersebut? Apakah kita juga dapat melihat gravitasi bumi? Apakah kita dapat melihat magnet? gelombang suara? Bukankah kita dapat menunjukkan adanya segala sesuatu itu dengan sebab adanya pengaruh atau bekasnya?

Bahkan seseorang yang masih primitif, tidak bisa baca tulis dan tidak pernah duduk di bangku sekolah pun akan berkata dengan naluri alamiahnya, adanya kotoran sapi ini menunjukkan adanya sapi. 

Ditemukannya jejak kaki menunjukkan adanya orang yang berjalan kaki. Maka, langit yang penuh dengan bintang-bintang yang berkilauan, bumi yang memiliki lembah-lembah dan lautan yang bergelombang, tidakkah itu semua menunjukkan adanya Tuhan Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

Sesungguhnya akal dan indera yang diciptakan Allah Ta’ala untuk kita bukan ditujukan untuk mengetahui dan melihat segala ciptaannya, apalagi melihat Tuhan yang menciptakannya, akan tetapi itu semua ditujukan agar kita mengakui, meyakini bahwa ada Allah yang menciptakan segalanya. Mahasuci Allah, “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang dia dapat melihat segala yang terlihat dan Dialah yang Maha halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’am 6:103)

Kemudian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam juga pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak tidur dan tidak laik bagi-Nya untuk tidur. Dia yang merendahkan timbangan dan yang mengangkatnya. Dilaporkan kepada-Nya amal malam sebelum amal siang dan amal siang sebelum amal malam. Hijab-Nya adalah cahaya. Seandainya Dia membuka hijab-Nya niscaya kesucian wajah-Nya akan membakar seluruh makhluk-Nya yang berada dalam jarak pandangan-Nya.” (HR. Muslim)