Setiap masuk penghujung hari PPKM, saya dan pasti banyak orang lainnya, menanti info istana: diperpanjang atau berhenti.

Pasca ada keputusan perpanjangan PPKM yang, disertai aturan makan di warung 20 menit. Saya menjadi tertarik menanti pengumuman. Penasaran dengan kebijakan terbaru. Ada kebijakan yang unik apa lagi. Semacam aturan makan di warung 20 menit itu. Bagi saya keputusan seperti itu, cukup meningkatkan imun.

16 Agustus 2021, hari terakhir, entah PPKM jilid keberapa. Saat tulisan ini dibuat, pagi hari, belum ada pengumuman. Kalau berharap, saya menginginkan keputusan yang sat-set, tegas, dan clear. Misal, PPKM akan diperpanjang sampai xxx Agustus 2021, target pencapaian adalah xxx, bila tercapai akan dihentikan, apabila tidak, otomatis diperpanjang sampai xxx hari. Atau keputusan dihentikan langsung dengan catatan xxx. Bukan kebijakan yang seperti selama ini, istilah di kampung saya, incrat-incrit.

Selain keputusan sat-set, tegas, dan clear. Sesungguhnya, saya berharap PPKM dihentikan. Mengingat PPKM berjilid, gitu-gitu saja. Cenderung membikin was-was dan minim dampak. Ditambah banyak kejadian aparat penegak hukum yang dinilai ngawur terhadap masyarakat kecil, khususnya ke pedagang lapak. 

Keputusan soal penanganan covid kedepan, saya berharap begini: ada pengerahan seluruh pegawai negara sebagai "agen perilaku kenormalan baru". 

Seluruh "pegawai negara" (baca: penerima gaji APBN), yaitu SDM perangkat Negara, ASN, sampai jajaran perangkat desa, berperan sebagai perpanjangan negara, hadir di tengah-tengah masyarakat.

Bukan seperti yang terjadi selama ini: penegak hukum (Polisi/Satpol PP), berperan sebagai petugas penggusur lapak, petugas pembubaran kerumunan, dan atau tindakan nir-persuasif lainnya. Disisi lain, masih ada pejabat publik kedapatan melanggar protokol kesehatan, tindakan demikian, cenderung tidak menunjukkan keteladanan.

Agen Perilaku Kenormalan Baru

Diksi kenormalan baru yang seringnya disebut new normal. Sudah sering terjadi, tidak hanya saat ini: pandemi covid-19. 

LaBarre tahun 2003 mengulas pendapat Roger McNamee, bahwa New Normal (kenormalan baru), selalu akan terjadi di sepanjang kehidupan manusia. Bentuk adaptif dari situasi dan kondisi atas perubahan yang terjadi.

Rich Miller dan Matthew Benjamin juga menyinggung tentang new normal untuk menjelaskan dampak krisis ekonomi dunia 2007-2008. Dan populer kembali di masa pandemi covid-19 saat ini.

Konteks pandemi covid-19, kenormalan baru digulirkan sebagai panduan penyesuaian perilaku dengan pendekatan perubahan (change behavior). Seperti, adanya aturan kegiatan masyarakat, aturan kerja, dsb. Yang tujuannya tentu untuk meminimalisir penyebaran covid-19. 

Catatan penting perubahan perilaku adalah dengan memahami perilaku melalui asesmen dan mengubah atau memodifikasi melalui intervensi. Baik tentang cara berpikir maupun bertindak.

Perubahan perilaku di masa pandemi covid-19, yang paling utama dan penting adalah perilaku hidup sehat. Soal jaga jarak, memakai masker, menjaga imun, dst, semua tindakan itu, bagian tindakan perilaku hidup sehat. 

Upaya mengkampanyekan perilaku hidup sehat. Perlu didorong terus menerus kampanye dengan mengambil konsep dari Tversky dan Kahneman, misalnya mengkombinasikan gain-loss framed messages. Yaitu, perubahan perilaku dapat terjadi apabila ada keseimbangan informasi yang diberikan terkait keuntungan kalau menjalankan perilaku sehat dan kerugian kalau tidak menjalankan.

Kembali ke Agen Perilaku Kenormalan Baru di masa pandemi covid-19. Seluruh sumber daya manusia yang tersebut di paragraf awal ditugaskan mengemban amanah tidak sekadar menyampaikan poin-poin yang termaktub dalam "piagam kenormalan baru", melainkan menjadi teladan. 

Yang dimaksud menjadi teladan adalah Seluruh sumber daya manusia yang tersebut di paragraf awal, apabila didapati melanggar protokol kesehatan mendapat punishment yang, lebih berat ketimbang masyarakat biasa.

Setelah keteladan dapat dijalankan. Tugas berikutnya adalah menyampaikan poin-poin yang termaktub dalam "piagam kenormalan baru". Yaitu setiap individu ditugaskan, misal, mengedukasi lingkungannya dan bertanggung jawab 10-15 keluarga. Apabila keluarga yang menjadi tanggung jawabnya melanggar, dia (sdm yang tersebut di paragraf awal) juga mendapat punishment.

Sumber daya manusia yang tersebut di paragraf awal, jumlahnya sangat banyak. ASN saja ada 4,2 juta lebih, belum lagi SDM PKH, pendamping desa, DPR RI, DPRD Provinsi/Kabupaten, pegawai BUMN/BUMD, dan pegawai non ASN di lembaga negara, dsb. Jumlah yang begitu besar dan memiliki kekuatan status, saya kira bisa menjadi "pasukan perang" yang efektif dan berdampak positif dengan cepat. 

Dalam imajinasi saya, gerakan penanganan covid-19, dimulai dari lingkar pertama: pegawai negara. Tentang perubahan perilaku. Setiap pegawai negara, mestinya layaknya sales. Menyampaikan pentingnya protokol kesehatan, dari tindakannya, lalu disampaikan atau mengajak. Setiap Ketua Lembaga, Kepala Dinas, dan pucuk pimpinan sektor lain, melakukan pengawasan ke jajarannya. Di kantor maupun di rumah. Kementerian yang memiliki jaringan sdm sampai bawah, seperti Kemensos, Kemendes, mengerahkan pasukannya. Tugas pokok tetap jalan, tugas moral menyampaikan perubahan/penyesuaian perilaku menjadi tambahan.

Saya bukan bermaksud menghakimi. Dalam benak saya, sdm yang tersebut di paragraf awal atau sebut saja pegawai negara akan lebih mudah diberi mandat dengan alasan keterikatan. Beda dengan masyarakat biasa yang tidak digaji APBN.

Simpelnya, pelibatan semua unsur ini menitikberatkan keteladan perseorangan, pendekatan persuasif, serta peran gotong royong. Atau boleh dikata, "negara hadir dengan keteladan".

Peran atau partisipasi masyarakat sipil bukan tidak penting. Sangat penting. Soal peran masyarakat sipil jelas sangat bisa dilihat. Gerakan sosial di mana-mana. 

Agen Perilaku Kenormalan Baru yang saya usulkan dan menitikberatkan keterlibatan pegawai negara. Setidaknya dengan 2 alasan, 1) Adanya keterikatan dengan negara serta kepemilikan status sosial, 2) Saya masih melihat adanya pelanggaran yang dilakukan yang, bagi saya tidak mencerminkan keteladanan.

Pembentukan Agen Perilaku Kenormalan Baru yang duta-nya adalah pegawai negara. Sebuah usulan gerakan moral.