Cita rasa masakan tak begitu penting. Namun dari setiap kunyahan, bakal beriring suara kata hati; “Lima rupiah saya donasikan, lima rupiah saya donasikan. Semoga tetap sehat dan bertahan saya punya teman, lima rupiah saya donasikan.”
Berawal dari hasil olah data statistik kinerja toko milik Penulis, ketika memasuki masa penjualan pada bulan-bulan berakhiran 'ber', yaitu; September, Oktober, November, Desember.
Deretan bulan-bulan pas musim hujan deras seru melanda, beserta hawa dingin yang menerpa, telah memberi kontribusi kepada produk Breast Holder (BH) dengan jenis yang bervariasi, berhasil menempati peringkat ke-2 penjualan terlaris.
Peringkat tinggi untuk beberapa jenis pakaian yang dibutuhkan oleh pelanggan toko, telah membuktikan 3 hipotesa sekaligus, yaitu;
1. Wanita-wanita penghuni perumahan di sekitar toko, sangat peduli pada kesehatan dan perawatan anggota tubuh yang menjadi sasaran awal pasangan hidupnya tercinta, selama musim hujan, bercuaca dingin.
2. Wanita peduli pada bayi dan putra putri kesayangannya dengan menyediakan pakaian penghangat musim hujan.
3. Daster Wanita juga sangat laris mengingat kebutuhan primer saat jemuran susah kering karena jarang tersentuh sinar matahari.
Penggalan Data Excel Hasil Olahan Statistik Jenis Produk di Toko Milik Penulis
Selebihnya, menjadi kesimpulan pula bahwa hujan adalah karunia dan betapa penting ilmu statistika.
Suasana Toko Pada Musim Hujan, Siap Memenuhi Kebutuhan Pelanggan
Mengutamakan Fungsi, Bukan Merek
Masih berkutat dengan angka-angka statistika terhadap berbagai produk dalam toko milik Penulis, maka terdapat kecenderungan bahwa pelanggan lebih memilih produk tanpa merk selama fungsinya memenuhi kebutuhan.
Penggalan Data Excel Hasil Olahan Statistik Merek Produk di Toko Milik Penulis
Beragam jenis produk tanpa merek tersebut, dihasilkan oleh banyak pengusaha sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Mulai dari baju, celana, rok, daster, jilbab, bando, tas, dompet, sepatu, sandal, sabun, sampo, disinfektan, hand sanitizer, bantal, guling, sprei, tudung saji, bumbu masakan siap tumis, bawang goreng, hingga krupuk dan kripik.
Oh iya! Sama satu lagi tak ketinggalan, yaitu; BH.
Produk Tas Karya Pengrajin UMKM Kualitas Ekspor
Memang terbukti, bahwa cara berpikir kebanyakan orang Indonesia masih berorientasi pada saling tolong, saling dukung kepada sesama. Semangat berpola pikir demikian, bakal semakin menjadi-jadi, justru apabila kondisi sulit semakin bertambah.
Krisis ekonomi telah berkali-kali mendera Indonesia. Mulai dari yang gampang diingat pada tahun 1998 ketika menjelang dan pasca Reformasi, hingga akhir-akhir ini semasa Pandemi.
Meski Kecil Tapi Menyemangati
Selama Pandemi berlangsung, maka para ahli ekonomi telah ramai membuat prediksi teoritis, perihal keuangan negara yang semakin menipis.
Prediksi tersebut memang tergambar sebagai kenyataan di lapangan sehari-hari yang memang benar berkondisi sulit. Namun, kondisi demikian justru memperbanyak orang yang turut memikirkan nasib teman dan tetangga sebelah.
Grup-grup media sosial pun ramai-ramai dibuat untuk saling dukung menawarkan masakan olahan rumah. Lalu dengan niatan saling bantu, para anggota grup kemudian bergiliran menawarkan, menjual, membeli dan menikmati olahan masakan sesama anggota grup.
Cita rasa masakan tak begitu penting. Namun dari setiap kunyahan, bakal beriring suara kata hati; “Lima rupiah saya donasikan, lima rupiah saya donasikan. Semoga tetap sehat dan bertahan saya punya teman, lima rupiah saya donasikan.”
Begitu terus, pada setiap suapan masakan yang terdiri dari 32-an kali kunyahan.
Seporsi Nasi Jagung Masakan Teman
Jika seporsi nasi Jagung bungkus daun pisang, berlauk ikan asin, mendol, urap-urap sambal bajak, berisi setidaknya 15-an suapan, maka bisa dihitung matematis itu doa kata hati yang beriring dalam setiap kunyahan.
Itu baru satu orang. Jika satu keluarga terdiri 7 orang menikmati nasi Jagung masakan teman atau sekian bungkus nasi Jagung laku dinikmati oleh keluarga-keluarga satu Rukun Tetangga (RT) pas akhir pekan, maka bisalah jumlah donasi di-totaljendral-kan
Betapa aksi saling bantu tersebut memiliki dampak luar biasa berupa sekresi hormon Kortisol. Suatu hormon peraih kebahagiaan, yang langsung bisa menyemangati teman untuk tetap berdiri tegak dalam kondisi sulit. Tegak lurus tetap optimis menyongsong masa depan, tanpa pernah lunglai sekalipun.
Bagai Cendawan Musim Hujan
Sifat umum orang Indonesia yang saling menyemangati orang dekat, handai taulan, rekan juga sahabat dalam kondisi sulit, menjadi peluang tersendiri untuk diakomodir menjadi sebuah mata rantai kewirausahaan yang unik, dalam wadah UMKM.
Upaya edukasi dan membuka wawasan baru, terus dilakukan oleh pemerintah, sejalan dengan minat menjalankan UMKM yang terus meningkat.
Minat tersebut, sekaligus menjadi kesempatan yang tepat untuk mengembangkan jejaring baru. Kualitas produk tak begitu perlu, melainkan menempa tumbuhnya harapan baru.
Pertumbuhan UMKM bak jamur di musim hujan. Jamurnya itu harapan, hujannya itu masa sulit. Dahsyatnya, jamur yang tumbuh adalah jamur sehat, yang mengandung protein yang penting bagi pertumbuhan.
Sebuah metafora betapa putaran ekonomi sektor riil telah menjadi pilar penyangga kekuatan ekonomi Indonesia pada masa-masa sulit.
Menumbuhkan Harapan Baru
Sejalan dengan hasil olahan statistik data toko milik Penulis, yang telah menobatkan BH sebagai produk sangat laris, maka hasil olahan data tersebut bisa digabungkan menjadi; BH tanpa merk itu Favorit.
Sebuah Smartphone Tanpa Password, Sekali Sentuh Siap Mengunggah dan Mengunduh
Ibarat smartphone yang bakal segera bisa digunakan sekali sentuh, jika tanpa terkunci password, maka BH tanpa merk adalah piranti tanpa password. Sedikit sentuhan, bisa langsung dicopot.
Pengibaratan tersebut juga menjadi suatu kesimpulan, bahwa meski telah menjadi tulang punggung, maka pelaku kegiatan UMKM itu memiliki karakter low profile. Tak pernah secara langsung menjadi pencermatan serius para ekonom tingkat nasional yang berorientasi pada pendapatan negara berangka nominal hingga triliunan Rupiah
Para penggiat UMKM, cukup mengembangkan usaha bersemangat saling menumbuhkan harapan baru.
Tak perlu rumus-rumus ekonomi rumit, tapi cukup berorientasi pada BH yang mudah dicopot, menjadi laku.
Sip lah!