Sentaro merasa gagal menjalani kehidupan, di masa lalunya yang kelam ia memiliki catatan kriminal. Ia suka minum-minuman keras dan merasa sulit untuk meninggalkan kebiasaan minum alkoholnya itu. Ia memang memiliki impian untuk menjadi seorang penulis, namun cita-cita yang sudah lama jadi tujuannya itu tak kunjung tercapai dalam hidupnya dan lama kelamaan semakin pudar begitu saja.
Sentaro bertahan hidup dengan bekerja sebagai pembuat dorayaki, ia menghabiskan hari-hari monotonnya itu di sebuah kedai sederhana bernama Dora Haru yang terletak di bawah pohon sakura yang mana seiring pergantian musim sakura itu akan selalu berubah.
Namun suatu ketika segalanya berubah. Pada suatu hari ketika Sentaro sedang bekerja seperti biasanya, seorang wanita tua bernama Tokue datang ke kehidupan Sentaro dengan keadaan jemari tangan yang dimilikinya itu terlihat aneh bentuknya. Wanita tua itu menghampiri Sentaro dengan tujuan untuk melamar pekerjaan di Dora Haru. Sentaro mengiyakan tanda setuju dan dari titik itulah kehidupan Sentaro mulai berubah.
Dengan melalui pengalaman hidupnya yang panjang, Tokue mewariskan dengan cara mengajarkan cara membuat pasta kacang merah yang benar kepada Sentaro, lengkap dengan metode bagaimana cara memaknai hidup agar mampu menghadapi masa lalu yang kelam, sebab wanita ini memiliki rentang hidup lima puluh tahun lebih yang mana tentu saja lebih panjang di banding usia Sentaro sendiri.
Seiring persahabatan yang dijalin antara mereka berdua, tekanan mulai datang dan muncul dari orang-orang di sekitarnya yakni masyarakat yang mengkhawatirkan kondisi Tokue yang mana mulai terungkap rahasia-rahasia gelap yang wanita tua itu simpan rapat-rapat. Rahasia itulah yang kemudian menuntut harga yang amat mahal.
Kira-kira begitulah BLURB tentang buku ini, yakni “Pasta Kacang Merah” karya Durian Sakegawa. Buku ini adalah harmoni kudapan manis dan persahabatan berisi kisah bagaimana harapan dapat membantu manusia menghadapi kelamnya masa lampau.
Sekilas, apakah di antara kalian para pembaca ada yang pernah menamatkan habis buku “Man’s Search for Meaning” karya Viktor Frankl?, buku ini berisi penelitian tentang pentingnya sebuah harapan dan makna hidup bagi manusia.
Nah “Pasta Kacang Merah” ini pasti akan mengingatkan pada buku tersebut, yang mana dengan cerita yang sangat mudah dipahami pesan yang dapat diambil itu cukup untuk membuat para pembaca kembali semangat menjalani hidup, apalagi jika kehidupan itu penuh penderitaan, terutama di masa lalu.
Selain itu, buku ini memiliki kelebihan yang jadi karakteristik. Di antaranya (pertama) memiliki cover/sampul buku yang cantik dengan dominasi merah muda (pink) sebagai representasi daun sakura yang jadi simbol negara Jepang, secara visual buku terlihat menarik oleh pandangan mata.
Kedua, terjemahannya mudah dipahami yakni berkat Asri Pratiwi Wulandari yang melewati proses “Translation” dengan baik dari judul aslinya “AN” atau telah lebih dulu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “Sweat Bean Paste”. Akan tetapi terbitan Gramedia ini adalah hasil terjemah oleh Asri Wulandari dari versi bahasa aslinya yakni bahasa Jepang dan bukan dari teks bahasa Inggris.
Ketiga, buku ini memiliki suasana yang akan melekat di hati pembaca di mana dibangun penulisnya dengan cerdas dan sederhana yakni setelah selesai membaca buku ini sampai tamat akan terbersit dalam keinginan pembaca untuk membeli Dorayaki, memakannya di sebuah kedai ala Jepang atau mencari pohon mirip Sakura, duduk di sana dan menghabiskan Dorayaki yang tersisa.
Keempat, buku ini juga punya nilai “plus” yang jadi tambahan sebagai kritik di mana penulisnya mengangkat isu soal diskriminasi pasien kusta di Negeri Samurai itu. Isu ini penting disuarakan untuk meredam diskriminasi yang terjadi dan meningkatkan simpati atau empati masyarakat pada penderita kusta.
Kelima atau yang terakhir, pesan yang ingin disampaikan itu berhasil ditangkap dan disimpulkan di mana secara bebas dapat ditarik ringkasnya adalah membuat dan mengajak pembaca untuk memiliki kesadaran dalam mencari makna kehidupan secara konsisten di lakukan dalam waktu lama sebab hal itulah yang akan menghantarkan kita pada tujuan hidup yang baik, serta memupuk atau menambah rasa empati kita sebagai pembaca kepada orang-orang yang mendapatkan stigma negatif di tengah-tengah masyarakat modern.
Kira-kira beberapa catatan kecil itulah yang bisa dibagikan berdasarkan hasil bacaan dan bertujuan untuk membuat rasa “curiosity” di benak hati setiap orang. Baiklah, ada satu kutipan favorit dari buku ini yang rasanya penting untuk disampaikan di sini, yaitu;
“meski telah kehilangan kedua tangan dan kaki pun, penyakit tak mematikan ini tak memberi pilihan selain untuk terus menjalani hidup” – Tokue, di halaman 188.
Identitas Buku
Judul; Pasta Kacang Merah
Penulis; Durian Sakegawa, Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tempat; Jakarta, Tahun; 2022
ISBN; 978-602-06-6507-8, Jumlah Halaman; 240 hlm.